OPEN PO!!
Nicholas Franklin.
Pria berwajah tampan pewaris tunggal perusahaan raksasa asal Amerika Serikat. Hidupnya terlihat sempurna, bahkan sangat sempurna dimata orang - orang yang hanya mengetahuinya sebagai pewaris tunggal.
Berbanding terbal...
"Aku membencimu ayah!! Aku benar-benar membencimu!!" Teriak remaja laki-laki berusia 14 tahun itu di depan wajah pria paruh baya yang masih menatap datar ke arahnya.
"Jaga sikapmu Nicholas!!" Bentak pria paruh baya itu menahan amarahnya.
"Sialan!! Aku benar-benar membenci keluarga ini!!" Teriak remaja itu dengan nada tinggi sambil berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Tidak lama kemudian, remaja itu turun dengan membawa sebuah ransel.
"James, antarkan aku ke tempat Kakek." Perintahnya kepada supir yang sudah lama mengabdi di keluarganya.
***
"Kakek tidak mau cari masalah dengan Ayahmu Nick." Ujar pria berumur 80 tahun itu kepada cucunya yang baru saja datang dan menjelaskan maksud kedatangannya.
"Sekarang lebih baik kau pulang kerumah Ayahmu, Kakek akan mengantarmu." Perintah Paul Franklin kepada cucunya.
Nicholas tidak menyahut.
"Baiklah, Kakek akan mengijinkanmu menginap semalam disini. Tapi besok pagi kau harus kembali kerumah Ayahmu." Paul menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat cucunya yang tidak bergeming mendengar perintahnya.
"Kemarilah, Kakek akan memberitahu sesuatu yang mungkin selama ini membuatmu salah paham." Kata Paul sambil menepuk-nepuk bagian sofa di sebelahnya agar cucunya mendekat. Tap tidak ada reaksi dari cucunya, akhirnya Paul mengalah dan berjalan mendekati cucunya. "Kau sangat keras kepala. Sama seperti Ayahmu." Sindir Paul.
"Dan sama seperti Kakek." Sahut Nicholas santai tanpa melihat wajah Kakeknya.
"Kau sudah 14 tahun sekarang, jadi Kakek harap kau bisa mengerti dan menerima kondisi yang terjadi saat ini." Ujar Paul dengan nada serius. "Kakek tidak bisa menyalahkan Ayahmu, begitu juga dengan Ibumu, tapi Kakek juga tidak bisa membenarkanmereka berdua." Lanjut Paul menjelaskan.
Paul menghela nafas. "Awalnya Ayahmu tidak ingin menikahi Ibumu, begitu juga dengan Ibumu. Tapi kondisi saat itu mengharuskan mereka harus menikah. Dan akhirnya mereka menikah. Kakek pikir setelah kehadiranmu Ayah dan Ibumu bisa menjadi lebih baik, tapi ternyata Kakek salah. Ayahmu bermain api begitu juga dengan Ibumu. Kakek yakin kau tahu hal itu." Paul kembali menjelaskan."Soal Ayah dan Ibumu yang bercerai, itu semua keinginan Kakek." Lanjut Paul.
"Kakek sudah gila!" seru Nicholas kepada Kakeknya.
"Tenang dulu Nick, Kakek belum selesai menjelaskan." Sambung Paul. "Kakek pikir lebih baik mereka bercerai daripada harus mempermalukan keluarga dengan sikap mereka. Kakek benar-benar malukarena itu. Dan kak-"
"Stop!! Aku tidak ingin dengar lagi, aku mau pulang. Kupikir Kakek akan memberikan solusi yang baik. Kakek malu memiliki keluara seperti mereka? Sama, aku juga malu memiliki Kakek sepertimu." Ujar Nicholas memotong pembicaraan Kakeknya dan langsung beranjak meninggalkan rumah Kakeknya.
