45. TEXAS 🏙

13.8K 541 20
                                    

Nicholas tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh sambil terus menghubungi ponsel Abigail dan George. Sialnya, kedua nomor orang itu sama-sama sedang tidak aktif.

Nicholas juga sebenarnya tidak tahu harus mencari George dan Abigail kemana. Dia sama sekali tidak memiliki petunjuk.

"Sial sial sial!!" Teriaknya sambil membanting setir mobilnya dan kemudian menghentikkannya secara mendadak. "Aku jamin kau tidak akan hidup lagi setelah bertemu denganku bajingan." Geramnya dengan nada dingin dan tatapan menyeramkan.

"Kau juga harus bertanggung jawab atas kejadian ini Abigail." Ujarnya datar. Dia berpikir kalau Abigaillah yang menelpon George untuk membantunya melarikan diri. Hal yang luput dari perhatian Nicholas.

***

"Kau akan membawaku kemana?" Tanya Abigail menatap George yang duduk di hadapannya dengan tatapan menggoda seolah-olah bisa menelanjangi Abigail hanya dengan menatapnya seperti itu.

"Aku sudah bilang kalau aku akan membantumu melarikan diri dari pria egois yang sombong itu." Ujar George masih tidak melepaskan tatapannya dari Abigail.

Mereka kini sudah berada di dalam jet pribadi milik keluarga George. George memilih duduk di hadapan Abigail agar dia bisa memandang dengan leluasa wajah cantik Abigail.

"Aku tidak suka ditatap seperti itu." Ujar Abigail. Dia memang sudah mulai terbiasa dekat dengan pria sejak dia menjalin hubungan terlarangnya dengan Nicholas. Tapi George beda. George dengan terang-terangan memandangnya dengan tatapan yang menggoda Abigail.

"Tapi aku sangat menyukainya, baby." Sahut George dengan nada nakal khas George.

Abigail yakin tidak ada gunanya berdebat dengan George. Akhirnya dia memilih untuk mengambil selimut yang tersedia di kursinya dan menutupi bagian kepalanya hingga badan.

George tersenyum lembut melihat tingkah Abigail.

"Kita bisa istirahat di kamar kalau kau mau tidur." Ujar Nicholas kembali dengan nada nakal.

"Tidak perlu." Ujar Abigail ketus tanpa membuka selimut yang menutupi wajah dan tubuhnya.

Tiba-tiba bayangan dirinya dan Nicholas yang pernah tidur bersama di dalam kamar jet pribadi muncul. Dengan cepat Abigail mengusir bayangan itu.

***

Abigail menggosok-gosok matanya sambil mencoba mengingat-ngingat dimana dia sekarang.

"Kau sudah bangun?" Sebuah suara agak asing tapi familiar menyapanya. Dia mencari sumber suara itu dan kemudian menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas si sumber suara yang tengah duduk di sofa kamar.

Abigail melihat sosok George sedang tersenyum ke arahnya. Melihat George, tiba-tiba saja Abigail berharap jika pria yang duduk di sofa itu bukanlah George melainkan Nicholas.

"Kau lapar? Bagaimana kalau kita makan?" Tanya George.

"Ini dimana?" Abigail malah bertanya balik.

"Kita di Texas. Tenang saja, Nicholas tidak tahu kalau aku punya rumah di sini. Ayo makan." Jelas George berpikir Abigail sedang khawatir akan Nicholas dapat menemukan mereka.

"Bagaimana aku bisa sampai di kamar ini?" Tanya Abigail menghiraukan ajakan George.

"Kau benar-benar berbakat menjadi putri tidur. Kau bahkan tidak terusik sama sekali ketika aku menggendongmu dari jet sampai di sini." Jelas George dengan tatapan kagum yang dibuat-buat.

"Benarkah?" Tanya Abigail mulai merasa malu dengan dirinya sendiri.

"Benar sekali. Kalau begitu ayo kita makan." George kembali menawarkan Abigail untuk makan.

ABIGAIL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang