46. TEXAS 🏙 (Part II)

13.4K 530 6
                                    

"Aku bisa makan sendiri." Ujar Abigail menolak ketika George hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

George tidak peduli omongan Abigail. Dia tetap mengarahkan sendok itu ke depan wajah Abigail sambil memberi isyarat agar Abigail membuka mulutnya.

Abigail tidak menyerah. Dia malah mengangkat tangannya untuk mengambil sendok itu dari tangan George.

George tidak kalah gesit, dia langsung menjauhi tangannya dari jangkauan Abigail.

"Kau terlalu lama bersama Nicholas. Sifat keras kepalanya menular." Ujar George yang kembali mencoba keberuntungan untuk dapat menyuap Abigail.

Abigail menyerah. Benar kata George, sifat keras kepala Nicholas menular. George juga salah satu korban, keras kepala kedua orang itu sama.

Akhirnya dia hanya pasrah saja dan membiarkan George mulai menyuapinya.

Baru saja dia akan membuka mulutnya untuk menerima suapan George, tiba-tiba rasa mual itu kembali muncul.

Abigail menutup mulutnya dengan tangan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia benar-benar tidak bisa makan bubur itu.

George menghembuskan nafasnya kasar dan meletakkan mangkuk bubur itu di atas nakas.

"Kita harus kerumah sakit." Ujarnya sambil membuka selimut Abigail.

"Tidak perlu. Aku hanya tidak berselera makan, tidak harus ke rumah sakit." Bantah Abigail menolak ide George. Abigail merasa dirinya baik-baik saja. Dia hanya tidak berselera makan. Dia tidak akan mati hanya karena tidak bisa makan. Kan masih bisa minum hehehe.

"Aku panggilkan dokter ke sini." George tidak mau menyerah. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Abigail yang semakin terlihat pucat dan lemah.

Abigail kembali menyerah. George pasti tidak akan berhenti sampai keinginannya terkabulkan.

"Baiklah. Aku akan menghabiskan ini." Sahut Abigail sambil menunjuk mangkuk di atas nakas. "Tapi tidak perlu panggil dokter." Lanjut Abigail jengah.

George tampak senang, dia langsung mengambil mangkuk bubur itu dan mulai menyuapkannya ke dalam mulut Abigai.

Abigail kembali mual, tapi dia mencoba untuk melawan rasa mualnya itu. Tidak bisa dipungkirinya kalau saat ini dia memang benar-benar lapar, hanya saja dia tidak berselera makan.

***

Setelah selesai menghabiskan bubur dengan drama panjangnya, Abigail kini sudah kembali tidur dengan pulas. Keadaan tubuhnya sudah mulai membaik.

George yang melihat hal itu langsung merasa lega dan membiarkan Abigail beristirahat.

George keluar dari kamar dan menuju kamar lain yang ada di rumah itu.

George merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran besar. Pikirannya dipenuhi dengan kondisi Abigail yang tidak makan hampir 24 jam sampai mual- mual dan tidak berselera makan.

"Aku tidak yakin Carlos Armstrong akan diam saja jika dia tahu putrinya diperlakukan tidak baik." Ujar George dengan nada sinis.

Ya, George juga sudah mengetahui rahasia besar itu. Sekali lagi, kemampuannya dalam hal mencari tahu dan menyelidiki sesuatu memang tidak bisa dianggap remeh.

"Nick.. Nick.. Tanpa aku mengambilnya darimu pun, kau memang sudah seharusnya melepaskannya. Aku yakin Carlos Armstrong tidak akan mengijinkanmu menikahi putrinya."

***

"Kalian harus extra berusaha untuk mencarinya. George dewa dalam hal ini, jadi kita harus di atas dewa untuk bisa menemukan mereka." Perintah Nicholas pada anak-anak buahnya.

"Baik tuan. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan nona Abigail dan membawanya ke sini." Sahut salah seorang anak buahnya.

"Bagimana dengan acara pernikahan yang akan dilaksanakan 3 hari lagi tuan?" Celetuk Jhon yang dari tadi terdiam.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu Jhon." Sahut Nicholas dengan tatapan heran.

"Maksudku tuan, apa aku tetap menyiapkan semuanya walaupun non Abigail belum ditemukan?" Tanya Jhon sedikit ragu-ragu.

"Abigail akan kembali ke sini. Dan pernikahan itu tetap akan dilaksanakan 3 hari lagi. Jangan pancing emosiku dalam hal itu Jhon. Lakukan semua yang sudah kuperintahkan." Ujar Nicholas dengan nada tinggi.

"Baik tuan." Sahut Jhon sambil membungkukkan badannya.

"Dan jangan lupa soal pengumuman pernikahan di semua media." Tambah Nicholas.

"Apa itu tidak terlalu beresiko tuan?" Tanya Jhon canggung.

"Kau tidak dengar Jhon? Aku sudah bilang lakukan semua yang sudah kuperintahkan!" Ujar Nicholas geram.

***

Keesokan harinya....

"Ayah memanggilku?" Tanya Kenneth setelah berada di dalam kamar ayahnya.

"Ya, ayah ingin menanyakan sesuatu. Duduklah." Sahut Carlos sambil melepaskan kacamatanya.

"Kau masih berhubungan dengannya?" Tanya Carlos sambil mendorong selembar foto dengan jarinya di hadapan Kenneth.

"Abigail?" Tanya Kenneth heran.

"Ya." Sahut Carlos singkat.

"Kami terakhir bertemu beberapa hari yang lalu. Ada apa yah?" Tanya Kenneth bingung.

"Kau menyukainya?" Tanya Carlos begitu saja.

"Aku memang sempat menyukainya yah bahkan aku sudah memintanya untuk menjadi pacarku." Jelas Kenneth santai seperti sedang mengobrol dengan teman laki-lakinya.

Carlos hanya menyimak dan menunggu Kenneth melanjutkan omongannya.

"Tapi dia menolakku saat itu. Dan sekarang sepertinya dia sedang menjalin hubungan dengan kakak angkatnya. Nicholas. Bahkan sepertinya sebentar lagi mereka akan menikah, tadi pagi aku melihat beritanya di TV" Lanjut Kenneth santai.

"Mereka akan menikah?" Tanya Carlos.

"Dia tidak main-main dengan ucapannya." Lirih Carlos hampir tidak terdengar.

"Sebenarnya ada apa yah?" Tanya Kenneth bingung.

"Tidak ada apa-apa." Sahut Carlos sambil tersenyum. "Nanti sore kau ada kegiatan?" Tanya Carlos.

"Tidak yah." Jawab Kenneth.

"Kalau begitu, nanti sore temani ayah. Ayah ingin mengunjungi sekolah ayah dulu." Ujar Carlos.

"Baik yah. Kalau begitu aku permisi yah, aku ada janji dengan ibu." Ujar Kenneth sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Ya, silahkan." Sahut Carlos.

"Aku harus memastikannya sendiri." Gumam Carlos dalam hati.

***

tbc...

ABIGAIL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang