Perlahan Nicholas membuka matanya dan mendapatkan sosok Abigail yang masih tertidur pulas di sisinya dengan menggunakan selimut yang sama dengannya.
Perlahan dia mengangkat tangannya dan membelai wajah polos Abigail dengan lembut. Abigail tidak memberikan reaksi apapun, sepertinya dia masih berada sangat jauh di alam mimpinya.
Nicholas mendekatkan tubuhnya di tubuh gadis itu dan memeluknya lembut seraya mencium kening gadis itu cukup lama. Tidak ada yang lebih diinginkannya saat ini selain Abigail.
Abigail masih belum memberikan reaksi, dia malah semakin pulas setelah berada di pelukan Nicholas. Nicholas semakin mengeratkan pelukannya di tubuh gadis itu dan menghirup dalam - dalam aroma rambut dan tubuh gadis itu yang selalu mampu menenangkannya. Cukup lama mereka berada di posisi itu sampai akhirnya Abigail menggeliat ringan.
Perlahan Abigail membuka matanya dan menemukan dirinya sedang berada dalam pelukan. Dia mencoba mengumpulkan kesadarannya. Perlahan dia menjauhkan kepalanya dari pelukan Nicholas dan menemukan Nicholas yang sedang menatapnya sambil tersenyum.
"Selamat pagi Abigail." Ujar Nicholas lembut sambil mencium telapak tangan Abigail yang sudah digenggamnya.
Abigail tidak menyahut, dia hanya memberikan sebuah senyuman kepada Nicholas.
"Awww." Rintih Abigail ketika dia mencoba untuk duduk. Tubuhnya seperti ditimpa beban berat, tulang-tulangnya terasa mau patah, dia tidak memiliki tenaga walaupun hanya untuk duduk. Pinggang dan punggungnya terasa seperti baru dihantam sebuah batu besar.
"Maafkan aku." Ujar Nicholas lirih merasa bersalah atas sakit yang dirasakan Abigail.
Abigail mengernyitkan dahinya bingung karena Nicholas meminta maaf.Abigail sudah kembali berbaring.
"Kita tidak akan kemana-mana hari ini. Jadi kau tidak perlu bangun." Ujar Nicholas mendekatkan wajahnya ke wajah Abigail dan mencium singkat bibir gadis itu.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Abigail.
"Aku bisa melakukannya di sini." Jawab Nicholas lembut.
"Emmm...." Abigail tampak ragu.
"Ada apa Abigail?" Tanya Nicholas melihat gerak-gerik Abigail.
Abigail tidak menjawab. Dia tidak tahu bagaimana membicarakannya kepada Nicholas. Dia tidak tahu kata yang tepat untuk menanyakan sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak dia membuka matanya.
"Bicaralah Abigail." Nicholas gemas melihat Abigail yang seperti kesusahan mengungkapkan kata-katanya. "Ada apa? Kau ingin sesuatu? Kau lapar? Haus? Ingin ke kamar mandi?" Tanya Nicholas. Tapi Abigail hanya meresponnya dengan gelengan lemah.
"Emm... Bagaimana... Emm.. Kalau...." Abigail masih menggantung kalimatnya. Hal itu semakin membuat Nicholas tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Kalau apa Abigail?" Tanya Nicholas mencoba sabar.
"Bagaimana kalau aku....... hamil?"
Nicholas malah tersenyum mendengar pertanyaan Abigail yang memakan waktu begitu banyak.
"Kalau begitu kita harus menikah." Jawab Nicholas enteng.
"Hah?!" Abigail membelalak matanya mendengar jawaban santai Nicholas.
"Ada apa?" Tanya Nicholas heran melihat reaksi Aby yang menurutnya berlebihan.
"Kau bertunangan dengan Barbara." Ujarnya lirih. Ada rasa tidak rela menyebut Barbara sebagai tunangan Nicholas.
"Sudah kubilang, aku tidak akan mau menikah dengan Barbara." Ujar Nicholas penuh keyakinan.
"Tapi-"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIGAIL (TAMAT)
RomansaOPEN PO!! Nicholas Franklin. Pria berwajah tampan pewaris tunggal perusahaan raksasa asal Amerika Serikat. Hidupnya terlihat sempurna, bahkan sangat sempurna dimata orang - orang yang hanya mengetahuinya sebagai pewaris tunggal. Berbanding terbal...