Elvina keluar dari Ruang Musik dengan Reno setelah mendengar bel masuk. Reno memasukkan kedua tangannya di kantong celananya dengan Elvina yang berjalan di sampingnya.
Reno berdecak kesal saat di liriknya Elvina sedang menunduk, Ia mendekatkan dirinya dengan Elvina, "Angkat kepala lo, ntar ingus lo meler," ucapan Reno membuat Elvina menatap Reno dengan sebal.
"Nah gitu dong,"
Mereka sudah sampai di kelas X IPA 2–kelas Elvina, yang berada tepat di samping kelas Reno.
"Masuk gih, jangan nangis lagi." Ucap Reno yang di angguki oleh Elvina.
"Gue balik ya," Reno hendak balik namun tangannya di tahan oleh Elvina yang membuat Cowok itu menatap Elvina dengan tatapan bertanya.
"Makasih ya, Ren." Reno mengangguk dan segera berlalu dari hadapan Elvina.
Dari kejauhan seorang Cowok bertubuh jangkung menatap mereka dengan tatapan datar khas nya. Namun terselip rasa tidak suka pada tatapan Cowok itu.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Elvina dengan terburu-buru menuju parkiran untuk menemui Melvin. Ia tidak ingin terlalu memikirkan masalah tadi, toh Melvin sudah sering membuatnya sakit hati. Elvina sudah terbiasa dengan itu semua dan mulai menerimanya.
Elvina tersenyum senang saat melihat orang yang di cari-carinya berada di parkiran.
"Kak Melvin!" Saat Elvina ingin menghampiri Melvin tiba-tiba geng yang sering disebut The Devil datang menghampiri Melvin. Kalau kalian belum tau, jadi The Devil itu geng cabe-cabean di sekolahnya yang beranggotakan 3 orang yaitu; Stevi—sebagai ketua, Luna dan Bella. Mereka adalah Kakak kelas Elvina yang berada satu tingkat di atasnya. Dan Stevi juga termasuk orang yang menggilai Melvin, namun Elvina tidak takut akan hal itu, karna Ia yakin bahwa Melvin tidak menyukai Stevi.
Elvina menatap tajam Stevi yang saat ini sedang bergelayut manja di lengan Melvin. Ia menghempaskan kasar tangan Stevi yang membuat cewek itu menatapnya sinis.
"Ngapain sih lo megang-megang Kak Melvin?! Ganjen banget!" Ucap Elvina berapi-api.
"Heh adek tengil! Lo ngaca gih siapa disini yang ganjen. Lo atau gue? Udah di tolak mentah-mentah masih aja ngejer-ngejer. Murahan banget," Ucap Stevi membuat amarah Elvina semakin menjadi-jadi. Sebenarnya perkataan Stevi benar adanya, namun entah mengapa hatinya terasa sakit saat di sebut 'murahan'.
"Tau nih, mending lo pulang ya aja deh ya, minum susu terus tidur sama Mama Papa lo, dasar anak manja." Perkataan Luna membuat nya benar-benar sakit hati, apalagi Ia membawa-bawa Mamanya yang sudah tiada. Walaupun Elvina tau bahwa mereka tidak tahu kalau Ia adalah anak piatu.
"Nah setuju gue, pulang gih. Anak kecil gak boleh cinta-cintaan." Kini giliran Bella yang bicara sambil tertawa meremehkan.
"Murahan," ucap Stevi sekali lagi dan spontan Elvina menamparnya keras. Stevi menatap Elvina sinis sambil memegang pipinya yang terasa perih.
Bukannya Elvina tidak bisa melawan kata-kata tajam mereka, namun jika sudah di sangkut pautkan dengan Mamanya lidah Elvina terasa kelu untuk membalas perkataan mereka.
Stevi ingin menampar balik Elvina namun tangannya di tahan oleh Melvin. Melvin menatap Elvina dengan pandangan yang tidak terbaca. Sebenarnya Elvina bisa saja mengusir mereka bertiga dari sekolah ini, namun Elvina rasa tidak pantas Ia mengusir tiga curut ini hanya karna seorang Cowok, toh kesalahan mereka tidak terlalu fatal. Tetapi jika memang mereka sudah keterlaluan, Elvina bisa mengadukannya kepada Fariz Vernonsyah—Kepala sekolah. Fariz adalah adik kandung dari almarhumah Farah Vinansyah—Mama Elvina, maka dari itu Fariz sangat menyayangi Elvina yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri dan juga peninggalan dari Kakaknya yang paling berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."