9

14.8K 565 10
                                    

"Bulan dan Bintang menjadi saksi bisu atas perlakuan manismu malam itu. Kelak jika aku merasa lelah saat memperjuangkanmu, akan ku minta pada Bulan dan Bintang untuk menceritakannya kembali. Agar aku tidak memiliki alasan untuk lelah memperjuangkanmu."
-Elvina Anastasia-

•••

Elvina melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 20:00 malam, Ia baru saja mengantar Sella ke rumahnya setelah dari pemakaman tadi.

Tiba-tiba Ia teringat Mphin—kucingnya yang sedang Ia titipkan ke penitipan hewan karna Mphin yang sedang sakit saat itu dan di haruskan di rawat di penitipan hewan dulu. Besok tepat satu bulan Mphin di penitipan maka besok Elvina akan menjemput kucing kesayangannya itu.

"Duh, hari ini gue kok kerjaannya kangen mulu ya,"

"Tadi kangen Mama, sekarang kangen Mphin, terus kangen Kak Melvin deh," Elvina terkekeh sendiri dengan kata-katanya.

Suara ketukan pintu membuat Cewek itu menoleh ke arah pintu dan menyuruh seseorang yang mengetuk pintu untuk masuk.

"Eh, Papa?" Elvina merubah posisinya menjadi duduk saat melihat Papanya masuk ke kamarnya dengan baju santai.

"Papa udah pulang kerja? Tumben cepet?" tanya Elvina sambil menatap Papanya yang saat ini sudah duduk di tempat tidurnya.

"Udah, kerjaan Papa udah selesai. Papa pengen ngajak kamu jalan-jalan. Udah lama juga kan kita gak jalan-jalan," ucap Aris membuat Elvina berbinar.

"Mau Pa, mau." Ucap Elvina.

"Yaudah Papa tunggu di bawah ya," ucap Aris dan pergi dari kamar Elvina.

Hanya butuh 20 menit Elvina sudah siap dengan rok selutut dan baju motif bunga dengan cardigan membuatnya terlihat feminim.

Elvina berjalan melewati tangga dan melihat Papanya yang saat ini sedang membaca koran dengan secangkir kopi di tangannya. Mendegar suara langkah kaki, lantas Aris mengalihkan pandangannya kepada anak gadisnya yang terlihat sangat cantik. Padahal Elvina hanya memoleskan sedikit lip balm di bibirnya tapi sudah terlihat cantik.

Aris tertegun sesaat, gaya Elvina dan wajah Elvina terlihat sama persis dengan Mamanya dulu. Dulu sewaktu Aris dan Farah masih berpacaran, Farah sangat suka memakai rok selutut dan baju dengan cardigan.

"Kamu cantik banget, persis seperti Mama," ucapan Aris membuat Elvina tersenyum.

"Makasih, Pa"

"Yuk, pergi!" Aris merangkul Elvina dan mencium kepala Elvina. Elvina merangkul pinggang Papanya, sudah lama mereka tidak quality time.

Aris membukakan pintu untuk Elvina.
"Silahkan masuk, Tuan Putri," ucap Aris sambil sedikit membungkukkan bandannya. Elvina tertawa dan memukul pelan badan Papanya itu.

"Terimakasih, Pangeran." Ujar Elvina dengan tawanya membuat Aris ikut-ikutan tertawa.

Sepanjang perjalanan dihiasi canda tawa didalam mobil itu. Papa Elvina memiliki selera humor yang sama seperti Elvina.
Belum lagi Papanya yang kentut di mobil dan membuat jendela agar tidak bisa di buka, Aris juga mematikan AC mobil sambil tertawa melihat anaknya yang saat ini marah-marah sambil menghidupkan kembali AC mobil dan berusaha membuka jendela mobil.

"Ih Papa jorok banget deh, buka ih jendelanya! Kentut Papa bau tau!" gerutu Elvina namun Papanya tetap santai sambil memfokuskan matanya ke depan saja tanpa memerdulikan ocehan anak gadisnya itu.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang