Keesokan harinya, Melvin terdiam di kelasnya menatap punggung Bagas yang sudah duduk di sebelah Tito. Bagas marah padanya?
Melvin sadar, tidak seharusnya dia mengatakan hal seperti itu semalam. Tapi mau bagaimana lagi? Melvin juga tidak bisa mengembalikan waktu, kecuali jika Melvin mau meminta maaf kepada sahabat nya itu. Bukan hanya Bagas, namun Satria juga seolah-olah tidak menganggapnya ada. Tentu keadaan seperti ini membuat Galang dan Tito menjadi heran. Galang dan Tito saling melemparkan tatapan herannya. Apalagi melihat Satria yang biasanya paling banyak bacot, malah menjadi seperti orang yang sedang sariawan.Melvin yang sudah merasa jengah, lantas melangkahkan kakinya keluar setelah permisi dengan guru yang sedang mengajar, dengan alasan ingin ke toilet. Melvin berjalan menyusuri koridor, melapas rasa penat yang kian melandanya. Langkah Melvin terhenti, dia mengerjapkan matanya dua kali melihat seorang gadis yang sedang berjongkok sambil mengikat tali sepatunya. Apa Melvin halusinasi? Tapi kenapa gadis itu terlihat nyata?
Dan benar saja, saat gadis itu bangkit dan menyelipkan rambutnya di sela telinganya, hingga wajahnya terlihat jelas. Melvin masih menatap lekat gadis itu, sampai akhirnya yang di tatap juga menatapnya. Cewek itu tampak terkejut, namun sebisa mungkin Ia menyamarkan keterkejutannya. Cewek itu tersenyum tipis membuat Melvin menaikkan sebelah alisnya. Melvin menunggu reaksi selanjutnya, gadis itu pasti akan menghampiri nya. Dan benar saja Elvina berjalan kearahnya dengan senyum yang semakin lebar.
Namun saat hampir sampai, Elvina tidak menghiraukan nya dan melewati Melvin begitu saja. Melvin berbalik menatap Elvina yang tengah berbicara dengan Reno. Mereka tampak begitu akrab, belum lagi tangan Reno yang mengacak rambut Elvina membuat Melvin ingin mematahkan tangan cowok itu. Jadi senyuman lebar itu untuk Reno?
Ah, bahkan Melvin membayangkan bagaimana Elvina yang selalu tersenyum dan mengganggunya. Melvin mengerutkan dahinya, apakah Elvina sakit hati dengan perkataan Melvin? Apakah Elvina benar-benar ingin menjauhinya?Sedetik kemudian Melvin menaikkan sebelah alisnya. Ada apa ini? Mengapa semua orang seolah menjauhinya?
Sampai akhirnya, tiba-tiba seseorang memeluk lengan Melvin. Melvin menoleh lalu menghempaskan lengannya kasar, membuat Stevi menggerutu sebal. Mungkin kalau sekarang Elvina yang melakukannya, Melvin akan berpura-pura marah dan membiarkan Elvina untuk memeluk lengannya.
"Gak usah deket-deket gue!" Peringat Melvin sambil menatapnya tajam.
"Emang kenapa sih? Tuh liat! Elvina aja udah asik sama gebetan baru nya. Yang lama di lupain, emang dasar cewek genit. Ups!" Stevi terkekeh sambil berpura-pura menutup mulutnya.
"Mending sama gue, konsisten sama satu cowok." Ucap Stevi dengan senyum manisnya, yang entah kenapa terlihat menjijikkan di mata Melvin.
"Nyadar! Lo juga cewek genit," kata Melvin yang membuat Stevi berdecak sebal.
"Yah, setidaknya gue gak segenit cewek yang ngejer-ngejer lo dulu lah, gak dapet yang satu, pindah ke lain hati. Haha!" Stevi sedikit membesarkan suaranya membuat Elvina yang dari tadi mencuri pandang ke arah mereka, menatap Stevi sinis.
Elvina berjalan mendekati Stevi. "Jaga mulut lo ya, nenek lampir!" Desis Elvina sambil menunjuk-nunjuk wajah Stevi. Stevi berdecak sebal, lalu menghempaskan telunjuk Elvina dengan kasar.
"Emang bener kan? Lo!" Stevi mendorong bahu Elvina dengan telunjuknya. "Cewek genit!" Lanjut nya.
Elvina menghempaskan telunjuk Stevi dengan kasar. "Gak usah sok tau lo!" Ketus Elvina. "Tenang aja," Elvina menjeda perkataan nya. "Gue gak bakal gangguin gebetan lo lagi kok," lanjut Elvina yang terdengar meragukan. Melvin yang tadinya hanya menatap malas pada mereka, kini menatap manik mata Elvina, mencoba mencari kebohongan di mata Elvina. Namun, Elvina langsung mengalihkan pandangan nya. Dada Melvin terasa bergemuruh, dia marah untuk alasan yang tidak jelas. Rasanya Melvin ingin menulikan telinganya saat Elvina mengatakan kalimat terakhir tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."