Di bawah langit-langit yang mulai menghitam, seorang gadis tampak mondar-mandir di balkon kamarnya. Ia menimang-nimang ponselnya, rasanya ingin menelepon Melvin. Namun apa malam-malam begini cowok itu masih bangun? Elvina terkekeh, toh walaupun ia belum tidur mana mungkin Melvin mau mengangkat teleponnya.
"Argh! Kak Melvin! Aku rindu!" pekik Elvina sembari mengacak rambutnya kesal.
Ia berjalan ke tempat tidurnya, menelungkupkan badannya dan bergumam tidak jelas di bantal. Huh! Kalau saja ia tidak sibuk dengan acara di sekolah pasti ia akan bertemu dengan Melvin. Ini semua juga ulah Reno yang selalu melarangnya untuk bertemu Melvin dengan berbagai alasan.
Elvina mendudukkan badannya, menatap layar ponselnya sekali lagi, "Bodo amat deh kalau gak di angkat," gumamnya sembari menekan tombol hijau itu.
Berdering.
Tut tut tut.
Elvina berdecak kesal, "gak di angkat,"
Ia menelepon sekali lagi,
"Halo?"
Elvina mengernyit. Bukan, bukan karena teleponnya diterima. Tapi karna penerima telepon yang pastinya bukan Melvin, itu suara wanita.
"Ha-halo?"
"Ini siapa? Nomor tidak di kenal?"
Elvina mendengus, ternyata Melvin tidak menyimpan nomornya.
"Ini siapa?" Elvina malah balik nanya.
"Mama nya Melvin."
'Wadaw camerku,'
Elvina menjauhkan ponsel dan berdehem berkali-kali, memastikan agar suaranya tidak serak. "Eh? tante Miranda?" tanya Elvina yang membuat seseorang di sebrang sana mengernyit heran.
"Kamu kok tahu nama saya? Kamu siapa, ya?" tanyanya lagi. Elvina menepuk jidatnya pelan.
'Duh, keceplosan,'
Elvina cengengesan sendiri, tidak mungkin dong dia bilang kalau Ia punya biodata keluarga Melvin. Pasti calon mertuanya itu akan berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Lalu terdengar suara seseorang yang di rindukannya itu.
"Mama ngapain?"
"Ini ada yang nelpon,"
"Siapa?"
"Gak tau, nomor gak di kenal,"
Elvina berdecak sebal mendengarnya.
"Oh, matiin aja."
"Kamu yakin? Siapa tau penting, Nak,"
Sementara di sebrang sana cowok itu mendengus sebal, ia sudah tau kalau itu Elvina.
"Palingan salah sambung, sini Melvin matiin,"
Elvina mendengus sebal, padahal ia ingin berbincang dengan cowok itu. Ia menaruh ponselnya di kantung piama yang di pakainya. Ah sudahlah, tidak apa-apa yang terpenting ia sudah mendengar suara Melvin malam ini. Itu sudah cukup sebagai obat rindu.
Elvina melangkah ke balkon kamarnya dan mendaratkan bokongnya di kursi yang terdapat di balkon kamarnya. Matanya menatap pada bulan dan bintang yang bersinar terang. Sewaktu kecil, Papanya pernah mengatakan kalau setelah Mamanya meninggal, Mamanya akan menjadi bintang yang selalu bersinar setiap malam, maka dari itu Elvina senang, walaupun Mamanya sudah tiada tetapi Mamanya selalu meneranginya di kegelapan. Sebuah senyuman indah merekah di bibir gadis itu.
"Ma, Mama pasti lagi liatin Vina 'kan?"
"Ma, salah gak sih kalau Vina iri sama temen-temen Vina yang punya keluarga lengkap?"
"Kenapa ya Mama pergi deluan? Bahkan Vina belum sempet ketemu sama Mama." Gadis itu terus saja bergumam dengan senyuman indah khasnya walaupun air bening sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Ma, Vina pengen cerita deh, cerita ini udah Vina ceritain sama Papa. Tapi sama Mama belum hehehe," Ia menghela napas pelan dan memberi jeda sesaat.
"Vina suka sama seseorang, Ma. Dia orang nya cuek banget deh. Vina sayang bangettt sama dia Ma, padahal dia nya aja kayak kulkas gitu. Udah dingin, datar pula." adu nya mengerucutkan bibirnya sebal.
"Tapi anehnya Vina malah tambah sayang sama dia, kayaknya dia pake pelet ikan deh," cewek itu terkekeh walaupun setetes air bening mengalir di pipinya.
"Namanya Kak Melvin, Ma. Vina sayang banget sama dia."
Elvina tidak sadar, sedari tadi teleponnya masih tersambung dan di sebrang sana Melvin mendengarkan setiap kata yang ia ucapkan.
Dan Melvin tidak sadar, sedari tadi sudut bibirnya tertarik ke atas dan membentuk sebuah senyum kecil di bibirnya, senyuman tulus yang terpancar kebahagiaan disana. Dan sesuatu yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang baru, yang bahkan dia sendiri tidak menyadarinya.
<>
Tudei Ako update 2 chapter ya, timakasii alofyuuuuuuu fiuhhhh~🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Подростковая литература"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."