Elvina masuk ke rumah nya yang tergolong mewah itu dengan langkah gontai, Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 17:30, sebenarnya Ia sudah pulang sekolah pukul 14:00, namun hari ini ada jadwal ekskul musiknya. Cewek berambut kecoklatan itu membersihkan dirinya sembari menunggu Papanya pulang.
Elvina membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu, Ia membayangkan apa yang terjadi dalam kehidupannya. Elvina adalah anak piatu, Mamanya meninggal saat melahirkannya. Dan yang sekarang yang Ia miliki hanyalah Papanya. Andai saja Ia memiliki Ibu seperti teman-temannya, Ia pasti dengan senang hati menceritakan tentang keluh kesah nya dan kebahagiaan yang Ia alami. Terkadang terselip perasaan iri melihat teman-temannya yang masih bisa merasakan enak nya masakan Ibu, curhat bersama Ibu nya, dan merasakan kasih sayang seorang Ibu.
Namun Elvina sangat bersyukur memiliki Papa yang sangat menyayanginya. Papanya terkadang melakukan apa yang seorang Ibu lakukan agar anak gadis nya itu tidak merasa sedih, namun tetap saja terkadang terselip rasa sedih di hati anak semata wayang nya itu.
Tiba-tiba pikiran Elvina tertuju kepada Melvin, kenapa Cowok itu menolak nya di saat Cowok lain mati-matian mengejar nya? Apa usaha yang di lakukan Elvina kurang?
Elvina tersenyum membayangkan bagaimana respon Melvin yang selalu saja jutek kepadanya seakan-akan Ia adalah sesuatu yang harus dihindari Cowok itu. Andai saja Melvin bisa membalas cintanya dan menyayanginya seperti Papanya yang menyayanginya.
Rasa kantuk pun menyerang nya dan perlahan kedua mata gadis itu tertutup dengan senyuman yang menghiasi bibir nya, Ia berharap bisa bertemu Mamanya dan juga Melvin di dalam mimpinya, yah walaupun hanya di dalam mimpi.
-
Tangan besar Pria paruh baya itu mengelus pelan kepala seorang gadis yang sedang tertidur di sofa, perlahan mata kedua gadis itu terbuka. Dan senyum nya perlahan merekah melihat seorang yang Ia tunggu-tunggu sudah datang.
"Papah!" Seru nya dan langsung memeluk Pria yang di sebutnya Papah itu. Aris Bramasta Adiguno—Papa Elvina membalas pelukan anaknya dengan penuh kasih sayang.
"Vina kok tidur di sofa?" Tanya Papanya sambil mengelus punggung anak semata wayangnya itu.
"Vina nungguin Papa pulang, Papa udah makan?" Papa nya mengangguk, "Udah tadi Papah makan di kantor. Kamu udah makan?" Elvina mengggeleng.
"Bentar lagi Pah, Vina mau cerita-cerita sama Papah. Kan Papah juga akhir-akhir ini lagi sibuk, jadi jarang ketemu deh sama Vina." Ucap Elvina dengan memanyunkan bibirnya. Papah nya yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Oxfrand group, memang akhir-akhir ini sedang di sibukkan dengan pekerjaannya.
"Maafin Papah ya, Papah akhir-akhir ini emang lagi sibuk karna perusahaan Papah mau launching produk baru." Elvina mengangguk mengerti.
"Iya deh, tapi Papah jaga kesehatan ya, jangan telat makan dan jangan kecapekan," Aris tersenyum sambil mengelus kepala anak gadisnya itu.
"Harus nya Papah yang bilang gitu ke kamu, Kamu jangan kecapekan, jangan telat makan, obat nya jangan lupa di minum," ujar Papanya yang di balas anggukan oleh Elvina.
"Oh iya, kamu mau cerita apa tadi sama Papa?" Tanya Aris sambil membenarkan posisi duduknya.
Elvina tersenyum malu, membuat Aris bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran anaknya, "Melvin ya?" Tebak Aris tepat sasaran. Elvina memang sering bercerita tentang Melvin kedap Papanya.
Elvina menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengangguk malu. "Kak Melvin makin ganteng aja Pah, tapi Pah kenapa ya Kak Melvin itu cuek banget sama aku? Kenapa Kak Melvin selalu nolak aku? Emang aku jelek ya?" Tanya Elvina mengerucutkan bibirnya.
"Enggak sayang, kamu itu cantik, cantik luar dan dalam malah. Cuma emang Melvin nya aja yang cuek banget. Tapi percaya deh, batu yang keras kalo terus-terusan di tetesin air bakalan terkikis, Nak. Sama kayak usaha kamu ke Melvin dan kamu juga harus sabar menunggu hasilnya. Tapi kalau kamu emang udah capek, ya sudah berhenti aja. Mungkin di luar sana ada yang lebih baik buat kamu." Ujar Aris membuat putri semata wayangnya itu tersenyum senang, Elvina tidak salah memilih Papahnya sebagai teman curhat baginya.
"Iya Pah, Makasih ya Pah. Sekarang Vina mau makan dulu. Papah istirahat ya!" Ucap Elvina sambil mencium pipi Aris dan segera berlalu.
Setelah selesai makan, Elvina kembali ke kamar nya yang bernuanasa pink pastel. Ia berbaring di tempat tidur nya dan membuka ponselnya. Ia membuka kontak Melvin dan mengirim sebuah pesan singkat yang tidak mungkin di balas Cowok itu.
Elvina Anastasia
Kak lagi ngapain?Elvina tau kalau Melvin tidak akan membalas chatnya. Ada 3 kemungkinan yang di lakukan Melvin saat ini:
1. Melvin sedang belajar
2. Melvin sedang main game di ponselnya
3. Melvin sedang nongkrong bareng temen-temen nya.Elvina men-deal nomor Melvin, ia sudah menduga-duga kalau Melvin tidak mengangat telfonnya, namun saat nomor nya tersambung, Elvina mendengar suara Krasak krusuk dari Ponselnya. Ia menjerit tertahan saat melihat bahwa telfonnya di terima.
"Halo!" Sahut seseorang di sebrang sana membuat senyum di bibirnya hilang seketika. Itu suara Satria, Elvina mendengus kesal.
"Kok lo yang jawab sih Bang Sat? Kak Melvin mana?" Tanya Elvina.
"Noh lagi mojok sama cewek," ucap Satria, namun di detik selanjutnya Ia menjauhkan ponsel Melvin dari telinganya saat mendengarkan teriakan Elvina.
"HAH?! MOJOK SAMA SIAPA?!" Teriak Elvina dengan wajah yang sudah memerah.
"Kaga njir, canda gue. Melvin lagi ke toilet, nah ini dia," ucap Satria dari sebrang sana, lalu tiba-tiba Elvina mendengar suara yang sangat ingin di dengarkannya walaupun tersirat nada kesal dari seseorang di sebrang sana.
"Apaan sih, Sat? Kuker banget lo," setelah mengatakan itu sambungan terputus. Elvina tersenyum. Biarlah, walaupun Melvin berbicara dengan Satria dan dengan kesal karna telah mengangkat telfonnya. Setidaknya malam ini Ia bisa tidur dengan sangat nyenyak setelah mendengar suara orang yang Ia cintai itu.
"Good night, Kak Melvin." Gumam Elvina pelan dan setelah itu Ia tertidur.
•••
Good night gaiz🖤💫
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."