36

17.3K 678 107
                                    

Sudah terhitung dua minggu lebih sejak pertama kali Elvina mulai menjauhi Melvin. Selama dua minggu itu pula lah sikap Melvin kian berubah, cowok itu menjadi lebih sensitive dan kasar. Bahkan Melvin yang jarang main tangan untuk masalah sepele, kini menjadi rajin di panggil ke ruang BP.

"Ekhem! Jadi kali ini apa lagi yang udah kamu lakuin, Melvin?" tanya Bu Ros--guru BP.

Melvin diam dan hanya memandang ke arah lain.

"Gunain mulut kamu buat bicara!" sentak Bu Ros dengan tatapan tajamnya. Dia sendiri kadang heran, Melvin yang jarang terlibat masalah di dalam sekolah kini menjadi langganan BP.

"Axel deluan yang salah, dia numpahin jus ke baju saya." Jawab Melvin santai, bahkan dia tidak takut dengan tatapan Bu Ros yang sangat mengerikan itu.

"Tapi kata Axel dan menurut beberapa saksi dia gak sengaja dan udah minta maaf, kenapa kamu malah menghajar dia sampai pingsan?"

Melvin berdecak malas, "dia nya aja yang lemah, di tonjok sekali udah tekapar."

"Ini sekolahan buat nimbah ilmu, bukan buat adu kekuatan! Otak yang di pake, bukan otot!" sentak Bu Ros yang hanya di anggap angin lalu oleh Melvin.

"Untung saja tidak ada luka serius pada Axel. Kalau sampai dia kenapa-napa, kamu bisa di tuntut sama orang tua Axel, Melvin. Kamu ngerti?!"

"Saya juga gak bakal nonjok dia tiba-tiba kali Bu kalau dia gak nyenggol saya," Ah! Selain menjadi pembuat masalah, Melvin sekarang juga berubah menjadi banyak biacara dan semakin keras kepala apabila ucapannya di bantah.

"Kan dia udah minta maaf!"

"Saya gak minta dia buat minta maaf," jawab Melvin santai sambil menatap Bu Ros dengan alis yang terangkat sebelah.

Bu Ros memijat kepalanya yang terasa pening. "Saya capek debat sama kamu, gak ada habisnya. Lagian kamu kenapa sih jadi suka bikin masalah? Dan sekarang jadi banyak ngomong? Setahu saya kamu itu orangnya cuek dan irit bicara." Kata Bu Ros kesal.

"Bukannya saya suka bikin masalah, tapi emang masalah nya aja yang caper sama saya." Ujar Melvin membuat Bu Ros semakin kesal.

"Terserah kamu! Ini surat panggilan orang tua buat kamu. Kalau besok orang tua kamu gak dateng seperti biasanya, maka saya akan skors kamu selama satu minggu." Kata Bu Ros. Memang benar, setiap Bu Ros memberikan SPO kepada Melvin, orang tua nya tidak pernah datang sama sekali, sudah terhitung enam kali malah. Entah Melvin yang memang tidak menyampaikannya atau orang tua nya yang memang tidak mau datang.

Melvin menegakkan badannya, manatanya menatap lurus ke arah Bu Ros. "Skorsing, Bu?" Tanya Melvin membuat Bu Ros mengangguk mantap, dia mengira bahwa Melvin takut dengan ancamannya.

"Selama satu minggu?" Tanya Melvin lagi dengan dahi yang mengerut heran. Yang lagi-lagi di angguki oleh Bu Ros dengan senyum kemenangan.

"Kenapa gak satu bulan aja? Biar enak." Kata Melvin membuat senyum Bu Ros luntur seketika.

"DIAM KAMU! UDAH SANA PERGI! POKOKNYA KALAU BESOK ORANG TUA KAMU GAK DATANG SAYA BAKALAN BENER-BENAR SKORSING KAMU! KALI INI GAK ADA DISPENSASI!" bentak Bu Ros, emosi nya kian tumpah.

Melvin berdiri lalu memasukkan kedua tangannya di kantong celananya, bibir nya tersenyum tipis, lalu dia menatap Bu Ros geli. "Marah-marah mulu, ntar umur 20, muka 50 loh, Bu."

"APA KAMU BILANG?! MUKA SAYA TUA?!" bentak Bu Ros sambil menggebrak mejanya.

Melvin mengedikkan bahu nya, "saya gak bilang gitu kok Bu, kayaknya Ibu sendiri yang nyadar." Ucap Melvin membuat Bu Ros berdecak lalu memijat pelan kepalanya.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang