"Vira itu..."
"Oy Sat! Vina!" Bagas menepuk bahu Satria, membuat cowok itu menoleh ke arah Bagas yang entah sejak kapan sudah berada disana.
"Itu gue bawain martabak. Buruan masuk, ntar di abisin anak-anak," ucap Bagas membuat Satria senang sekaligus lega. Senang karna Bagas membawa makanan kesukaannya dan lega karna ia bisa menghindari topik tersebut.
"Gue masuk dulu ya!"
Bagas tersenyum, mungkin hampir saja Satria kebablasan dan menceritakan semuanya. Ini bukan saat yang tepat untuk Elvina mengetahuinya. Namun sepandai apapun seseorang menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga, bukan? Dan biarlah waktu yang menjelaskan semuanya.
"Vina? Gak masuk lo? Ntar martabaknya di abisin sama anak-anak, loh." Bagas bersedekap, menatap gadis di depannya yang entah sedang melamun apa.
"Ha? Ah, enggak, gue mau ke kamar Melvin dulu." ucap Elvina sambil membawa gitar yang sedari tadi di pangkuannya.
"Eh tunggu,"
Bagas menatap heran gitar itu.
"Itu gitar Melvin 'kan?"
Elvina mengangguk membuat Bagas kaget. Ia pikir Elvina akan mengambil gitar itu tanpa seizin Melvin.
"Lo udah izin sama Melvin?"
Elvina kembali mengangguk yang lagi-lagi menambah rasa kaget Bagas. Bagaimana mungkin ia meminjamkan gitar itu kepada Elvina? Sedangkan sahabat dekatnya saja tidak ia perbolehkan untuk menyentuh gitar itu.
"Serius?"
"Emangnya kenapa sih? Dari tadi kok kayaknya pada kaget gue make gitar ini?"
"Ah, enggak. Gakpapa, mending lo nyusul Melvin gih. Gue mau gabung sama anak-anak dulu ya."
Elvina heran. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju kamar Melvin, ekor matanya melirik ketiga sahabatnya yang tampak bahagia dengan pasangannya masing-masing, yah walaupun mereka belum resmi berpacaran.
Ia kembali berjalan menuju kamar Melvin. Saat sudah sampai di depan pintu kamar, ia mengetuk. Terdengar suara dari dalam lalu Elvina pun masuk. Namun matanya membelalak kala menemukan banyak puntung rokok yang bertaburan di nakas. Tanpa sadar ia menghitung puntung rokok itu, mulutnya komat-kamit, sedangkan cowok yang sedang duduk di tempat tidur yang tengah sibuk dengan game onlinenya melirik Elvina sekilas. Ah, Melvin terlihat sudah mendingan dari sebelumnya.
"Astaga! Ini Kakak yang abisin semuanya?"
Melvin mengangguk singkat, Elvina berjalan dengan panik untuk mengembalikan gitar itu pada tempatnya. Ia mendekat dengan Melvin dan mencium bau rokok masih menguar jelas. Uh! Bau itu sangat amat membuat kepalanya pusing dan ingin muntah. Jujur saja Elvina tidak bisa menghirup aroma rokok sejak kecil.
"Ini makan!" titah Elvina sambil langsung memasukkan permen kedalam mulut Melvin, tentu hal mendadak itu membuat cowok itu kaget dan hampir tersedak.
"Lo mau bunuh gue ya?!"
"Kakak yang mau bunuh diri sendiri! Ngabisin rokok sebanyak itu?! Astaga!" Elvina mengacak rambutnya kesal, tak habis pikir dengan Melvin. Di tinggal sebentar saja sudah hampir menghabiskan sebungkus rokok.
"Bukan urusan lo!" ketus Melvin, namun mulutnya masih setia mengemut permen manis yang membuat aroma mulut menjadi harum.
Elvina merogoh sling bag nya, mengambil sebuah farfum yang berbentuk strawberry dan menyemprotkannya ke tubuh Melvin dan kasur. Melvin sempat terbatuk sambil terus memainkan gamenya yang memang tidak bisa di jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."