Sudah tiga hari Melvin tidak melihat keberadaan Elvina. Entah apa yang Ia pikirkan, namun sejujurnya Ia merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Biasanya ada Elvina yang mengganggunya, menggandeng tangan nya dengan tiba-tiba, membuat Melvin kesal dengan segala tingkahnya, dan memberikan senyum manis yang tanpa sadar sudah menjadi hal favorit Melvin.
Melvin mengigit cookies coklat itu, rasanya memang sangat berbeda dengan yang dibuat Elvina dulu. Jelas rasanya sedikit lebih enak yang di belinya di sebuah toko roti tadi. Tetapi entah kenapa lidahnya terasa lebih menikmati cookies coklat buatan Elvina, namun dengan bodohnya sewaktu itu Melvin membuangnya begitu saja.
"Kenapa gue merasa ada yang hilang saat cewek gila itu gak ada?"
Melvin sadar, kalau perkataan Bagas memang ada benarnya. Sejujurnya setiap dia berada di dekat Elvina, Melvin lupa dengan kesedihannya dan masa lalunya, Melvin juga merasa kesal saat Elvina dekat dengan Reno. Namun sayang, terkadang ego nya terlalu tinggi untuk mengakui hal itu.
Melvin memejamkan matanya, menikmati angin malam yang terasa dingin, namun tidak berarti apa-apa bagi Melvin. Di tangan kiri Melvin terdapat bingkai foto yang terdapat fotonya dengan Davira. Melvin berjalan, menaruh toples cookies coklat itu di sebuah meja yang berada di balkon kamarnya, lalu Ia kembali berjalan ke teras balkon kamarnya.
Melvin meraba foto itu, senyum tipis terpatri di bibirnya. Sedikit banyaknya Melvin dapat melihat kemiripan di wajah Elvina dan Davira. Dari senyum nya, bentuk rambut, dan juga bentuk wajahnya.
"Davira udah gak ada, Vin. Life must go on! Bukan berarti kalau Davira mati, hati lo juga ikutan mati. Lo harus liat perjuangan Elvina, jangan sampe lo nyesel kehilangan Elvina sama kayak lo kehilangan Davira sebelum lo nyatain perasaan lo. Cobalah buat buka hati buat seseorang yang baru."
Perkataan Bagas kembali terngiang-ngiang di pikirannya, membuatnya kembali bingung dengan perasaannya sendiri.
"Vir? Apa gue harus buka hati buat dia?"
Melvin mengusap wajahnya kasar, sebenarnya Melvin enggan untuk merasakan jatuh cinta, lagi. Tapi siapa sangka rasa cinta tumbuh tanpa kita minta? Bahkan sebelumnya Melvin berusaha menutup hati buat siapa pun, namun sekarang apa? Tanpa Melvin sadari, Elvina berhasil masuk di celah-celah hati Melvin yang sudah Ia batasi dengan tembok kokoh.
Pikiran Melvin hanya berada di satu titik, Elvina. Gadis itu berhasil menghantui pikiran Melvin. Melvin sendiri bingung dengan jalan pikirnya yang selalu berubah-ubah. Satu sisi Ia membenci Elvina yang terus-menerus mengejarnya, satu sisi Ia merasa kehilangan saat Elvina tidak menampakkan dirinya.
Melvin menggeram kesal, lantas mengambil kunci motornya. Saat ini tujuannya hanya satu, pergi ke club untuk menenangkan pikirannya sejenak.
***
"Ini foto Papa mu waktu kecil, lihat! Culun banget kan? Tapi wajahnya ganteng banget. Papamu ini ramah banget, apalagi kalau sama perempuan." Ucap seorang wanita yang sudah berumur itu--Nyonya Bramasta, orang tua dari Aris dan Jonathan. Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga untuk bernostalgia sesaat dengan melihat-lihat foto lama, karna besok Elvina dan Aris akan kembali ke Indonesia. Di samping Elvina ada Oma dan Opa nya. Sedangkan di sofa sebrang ada Aris dan Jonathan yang hanya menyimak sambil memakan camilan di meja.
"Astaga, Papa culun banget! Make celana kok sampe hampir ke dada, sih?" Elvina tertawa renyah.
"Takut melorot, Vin." Aris nyengir, lalu kembali mengunyah makanan di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."