19

13K 492 36
                                    

"Kakak gakpapa?" tanya Elvina dengan mata yang membulat membuat Melvin memicingkan matanya. Melvin mendesis kala tangan kanannya yang terkilir di sentuh oleh Elvina.

"Ngapain lo disini?"

"Gimana keadaan Kakak?" tanya Elvina tanpa menjawab pertanyaan Melvin, sedari tadi nama 'Vira' terus-terusan menggerayangi pikirannya. Siapa orang itu? Ah, mungkin Ia bisa bertanya kepada Satria nanti.

"Gue tanya, ngapain lo disini?"

"Jenguk kamu,"

"Ck! Mending lo keluar,"

"Gak mau,"

"Keluar!"

"Gak mau,"

"KELUAR!" bentak Melvin membuat Elvina tersentak, ia tidak tahu mengapa Melvin sangat emosional setelah mengucapkan nama 'Vira'.

Elvina mulai beringsut keluar, memberikan ruang untuk Melvin, mungkin cowok itu butuh waktu sendiri. Namun ringisan cowok itu membuatnya buru-buru menoleh dan mendapati Melvin yang ingin meraih gelas.

"Tolong jangan suruh aku keluar sebelum Kakak makan dan minum obat Kakak," ucap Elvina sembari melirik bubur ayam dan obat-obatan yang tersedia di nakas.

Melvin bungkam, rasa nyeri di tangannya membuatnya sulit bergerak, bahkan
untuk sekedar meraih gelas. Perlahan Melvin mulai melunak dan menurut.

Elvina mulai menyuapi Melvin. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Elvina yang masih sibuk dengan pemikirannya tentang siapa itu 'Vira' dan Melvin yang sedikit bingung dengan keterdiaman Elvina, tidak biasanya ia hanya diam saja. Mungkin Elvina sakit hati karna ia telah membentaknya, pikir Melvin. Namun tiba-tiba secercah rasa bersalah muncul di hati Melvin. Harusnya ia bisa menahan emosi. Tapi memang itulah faktanya, setelah ia bermimpi atau sedang berpikir tentang suatu hal yang berkaitan dengan gadis di masa lalunya itu, emosinya sangat sulit di kontrol.

"Maaf," ucap Melvin tiba-tiba yang membuat sendok di tangan Elvina menggantung.

"Untuk?"

"Udah ngebentak lo," ucap Melvin sambil menyerobot makanan di sendok itu.

Tiba-tiba Elvina tertawa membuat Melvin mengernyit heran. "Gakpapa kali Kak, aku ngiranya malah Kakak lagi nge-test vokal," ucap Elvina walaupun sebenarnya ia sempat sakit hati kala Melvin membentaknya.

Melvin berdecak kesal, dan Elvina menjulurkan segelas air dengan obat. Setelah Melvin selesai, ia sedikit membenarkan duduknya.

"Apa yang sakit Kak?"

"Yang kayak lo liat,"

Elvina tiba-tiba menyentuh tangan Melvin membuat Cowok itu meringis.

"Ck! Tangan gue terkilir,"

"Aku kan gak tau, yang aku liat cuma luka di kepala sama tangan doang,"

Melvin memilih diam, mata Elvina tiba-tiba menangkap sebuah gitar di pojok kamar. Ia mengambil gitar tersebut.

"Ini gitar siapa Kak?"

"Gak tau," ucap Melvin sambil memalingkan wajahnya. Tidak ingin menatap gitar itu, sudah lama sekali ia tidak memakai gitar itu. Dan kini gitar itu kembali terpampang di depan wajahnya, dan Elvina lah penyebabnya ia melihat benda itu lagi. Padahal sebenarnya gitar itu milik Melvin. Gitar yang selalu ia pakai untuk mengiringi nyanyian seorang gadis yang ia cintai. Melvin mati-matian belajar bermain gitar demi gadis di masa lalunya itu.

"Aku mau nyanyi pake gitar ini, tapi gak terlalu fasih sih, soalnya ini juga masih belajar sama Reno," ucap Elvina dengan senyum manisnya sedangkan Melvin meliriknya tak suka.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang