28

14.8K 670 28
                                    

Jangan lupa baca author note ya!

•••

Cewek bergaun pink itu memeluk tubuhnya sembari mengelus-elus lengannya, udara malam terasa sangat menusuk kulit. Ia menatap jalanan, rumah-rumah, perkantoran, dll dari atas sini. Terlihat indah saat malam, hanya lampu dan bulan yang menyinari. Elvina mendengus kesal saat orang yang di tunggunya belum datang juga, sudah hampir satu jam ia menunggu disini. Huh! Apa Melvin tidak menepati janjinya ya?

Suara langkah kaki membuat cewek itu menoleh ke belakang dan mendapati Melvin dengan tatapan yang terlihat... Cemas? Elvina mengerjapkan matanya, lalu ia kembali menatap mata yang berubah tajam itu. Elvina bernapas lega. Ia pikir Melvin tidak jadi datang. Melvin berjalan mendekat ke arahnya.

"Sorry lama."

Senyum Elvina mengembang melihat cowok yang terlihat sedikit acak-acakan  itu, namun itu malah membuatnya terkesan seksi dan tampan, "Iya, gakpapa,"

"Jadi, lo mau ngomong apa?" tanya Melvin to the ponit.

Elvina tersenyum, "Aku kangen."

"Hah?" Melvin mengernyit tidak mengerti ucapan Elvina. Tadi katanya mau ngomong sesuatu yang penting.
Apa 'aku kangen' adalah sesuatu yang penting?

"Kok hah, sih? Aku bilang aku itu kangen sama kakak! Kangen banget!" seru Elvina masih dengan senyumnya.

"Ah iya! Aku gak suka ya Kakak deket-deket sama nenek lampir itu!" Elvina mendengus sebal dengan tangan bersedekap.

"Sumpah gak penting banget." Melvin menggeleng tidak percaya. Bagaimana mungkin Elvina hanya ingin menyampaikan kata-kata itu saja? Padahal ia sebenarnya tadi sudah hampir pulang karena lupa dengan janjinya. Sampai hampir setengah perjalanan ia kembali ke sekolah dengan ngebut-ngebut, khawatir dengan Elvina yang menunggunya terlalu lama. Bahkan tadi dia nyaris tertabrak dengan sebuah mobil. Bagaimana tidak kesal coba?

"Lo itu kurang kerjaan banget sih! Mending tadi gue langsung pulang aja! Ngabis-ngabisin waktu aja! Caper tau gak?!" bentaknya membuat cewek itu tersentak. Elvina meremas gaun di bagian paha nya. Sungguh, dia tidak menyangka kalau Melvin akan Semarah ini.

Elvina menundukkan kepalanya, "Maaf, Kak. Tapi aku memang rindu sama Kakak. Soalnya akhir-akhir ini kan aku sibuk bantu ngurusin acara sekolah. Jadi aku pengen aja ketemu sama Kakak malam ini karna besok ak—"

Melvin berjalan mendekat ke arah cewek itu sampai ujung sepatu Melvin bertemu dengan ujung heels Elvina. Dada cowok itu naik turun menahan amarahnya. Lalu ia terkekeh mengejek "Terus apa hubungannya sama gue?! Lo pikir lo itu penting bagi gue?! Ingat! Lo bukan siapa-siapa gue!! Lo itu cuma cewek gila yang selalu bertindak semau lo supaya kemauan lo tercapai, egois!!"

Tes.

Setetes air mata jatuh tepat di sepatu Melvin. Segitu hina kah Elvina di matanya? Elvina menaikkan pandangannya.

"Maaf, Kak." Ucapnya menatap mata tajam yang seperti ingin membunuhnya saat itu.

"Gue gak perlu maaf lo!! Selama ini gue cukup sabar buat ngehadapin sikap lo!! Lo sadar diri kek!! Gak semua yang lo mau itu harus tercapai!! Jangan maksain kehendak lo aja! Lo gak malu ngejer-ngejer cowok yang bahkan gak punya perasaan sama lo?! Gue risih sama lo! Stop deketin gue!!" bentak Melvin tepat di depan wajah Elvina membuat cewek itu merasakan sakit tak karuan.

Sakit, pedih, nyeri, sesak, perih, semua bercampur menjadi satu. Hanya air mata yang bisa ia keluarkan, betapa ia sangat sakit atas ucapan Melvin. Demi apapun, Elvina lebih menyukai Melvin diam seperti manekin dari pada harus membentaknya dengan kata-kata yang menyakitkan seperti ini.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang