"Kondisi jantung kamu sedikit melemah, apa akhir-akhir ini kamu pernah nge-drop?" Elvina mengusap pelan tengkuknya, mau berbohong tapi pasti akan ketahuan. Akhirnya Elvina mengangguk."Kamu jarang minum obat kamu ya?" Tanya Dokter yang di jawab gelengan pelan oleh Elvina.
Dokter tampan alias paman Elvina itu mengusap pelan wajahnya. "Apa kamu terlalu berlebihan beraktivitas? Apa karna ekskul musik? Kalau iya biar Uncle bilangin sama Papa kamu, biar kamu gak usah ikut-ikut ekskul lagi." Mendengar itu lantas Elvina menggeleng kencang sembari memegang tangan Dokter itu.
"Enggak Uncle! Kemarin ada acara di sekolah, terus Vina lupa minum obat. Jadi ya gitu, kecapekan terus nge-drop deh. Ini sama sekali gak ada sangkut pautnya sama ekskul musik kok." Jelas Elvina membuat Dokter itu langsung memicingkan matanya.
"Kamu ingetkan pesan-pesan Uncle?"
Elvina menatap jengah dokter tampan yang berusia 27 tahun di depannya ini. Elvina saat ini sedang berada di sebuah rumah sakit di Amrik untuk check up dan membeli obat nya yang sudah habis.
"Iya uncle, iya!" Elvina memutar kedua bola matanya malas.
"Jangan ikutin acara sekolah lagi, inget sama kondisi kesehatan kamu. Jangan terlalu maksain kemauan kamu, ntar ujung-ujungnya kamu kambuh. Jangan bikin Uncle khawatir." Dokter itu mengelus pelan pipi Elvina.
Elvina tersenyum samar, lalu menganggukkan kepalanya.
"Apa perlu Uncle pindah ke Indonesia biar bisa pantau kamu terus?" Tanya Dokter itu dengan alis yang naik sebelah. Elvina membelalakkan matanya lalu menggeleng kuat.
"Enggak Uncle, enggak perlu. Papa bisa pantau Vina kok."
Dokter itu hanya tersenyum tipis.
Jonathan Stevano Bramasta--anak bungsu dari keluarga Bramasta--keluarga dari Papa Elvina yang bekerja sebagai Dokter spesialis jantung.
"Bentar," ucap Jonathan, ia tampak menelepon seseorang.
"Halo?"
"Saya minta semua jadwal saya hari ini di batalkan dan akan di gantikan oleh dokter Dave."
"Oke, baiklah."
"Thank's."
Setelah itu Jonathan menatap lagi kearahnya membuat Elvina mengembangkan senyumnya.
"Are u ready, princess?" Jonathan tersenyum kepada Elvina.
"Ready!" Elvina berseru senang dengan tawa kecilnya.
Elvina sengaja datang ke rumah sakit hanya dengan supirnya, karna Jonathan berjanji akan mengajaknya jalan-jalan setelah dari rumah sakit. Sedangkan Aris hanya di rumah grandma.
Jonathan tertawa, senang sekali melihat tawa gadis itu. Lalu Jonathan mengganti jas dokternya dengan pakaian santai.
"Ayo!" Jonathan mengulurkan tangannya yang langsung di sambut gembira oleh gadis cantik itu. Mereka bergandengan tangan, sepanjang koridor rumah sakit menatap mereka dengan tatapan iri, memuja, dan heran. Iya, beberapa dari mereka ada yang heran. Pasalnya walaupun Dokter Jonathan itu terkenal ramah tapi ia tidak pernah terlihat sedekat itu dengan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."