15

14.9K 534 14
                                    

Pagi ini Melvin berjalan di koridor sekolah. Dengan baju yang di keluarkan, kancing baju terbuka dua kancing di atas, tanpa memakai dasi. Tangannya ia masukkan ke dalam kantong celananya, matanya menatap lurus kedepan dengan tatapan datarnya, tanpa senyum sedikitpun. Gaya berpakaiannya sama sekali tidak rapi, namun herannya sepanjang perjalanannya di koridor para cewek-cewek berteriak histeris dan memuja ketampanannya.


"SELAMAT PAGI!" teriakan seseorang dari belakang dan langsung melingkarkan tangannya di lengan Melvin.

Melvin menatap Elvina risih dan segera menyentakkan tangan Elvina dari lengannya. Beberapa pasang mata menatap mereka dengan berbagai pandangan, ada yang menatapnya tidak suka, ada yang menatapnya iri, ada juga yang menatap mereka sambil senyum-senyum tak jelas.

"APA LO LIAT-LIAT?!" gertak Elvina membuat orang-orang yang melihat mereka mengalihkan pandangannya, mereka jelas takut berurusan dengan Elvina.

"Is Kak Melvin, tungguin! Buru-buru banget sih! Kayak di kejer-kejar hantu aja!" ucap Elvina seraya mensejajarkan langkahnya dengan Melvin.

"Ini sih lebih dari hantu," gumam Melvin.

"Iya dong, aku kan hantu yang selalu menghantui pikiran mu. Hahaha!" ucap Elvina seraya tertawa dengan candaannya. Melvin meliriknya sekilas lalu kembali menatap lurus kedepan yang membuat tawa Elvina terhenti, ia mendengus sebal mendapat respon yang tak memuaskan dari Melvin.

"Oh iya! Gimana cookies nya? Enak 'kan?" tanya Elvina sambil menghadap ke samping untuk melihat wajah Melvin lebih dekat.

"Biasa aja," ucap Melvin dengan wajah datarnya.

"Biasa aja atau luar biasa?" Elvina mencolek-colek lengan Melvin membuat Melvin menatapnya tajam yang hanya di balas dengan peletan lidah oleh cewek itu.

"Tinggal ngakuin enak aja susah banget sih," Elvina mengerucutkan bibirnya kesal.

Melvin hanya diam dengan tatapan datarnya berbeda dengan Elvina yang sangat ekspresif. Mereka tampak serasi saat berjalan berdua di koridor sekolah. Beberapa orang juga mencuri-curi pandang kepada mereka.

Elvina sudah sampai di depan pintu kelasnya, ia menahan lengan Melvin agar cowok itu berhenti. Dengan secepat kilat ia menarik tangan Melvin dan mencium punggung tangannya.

"Dadah, sayang!" ucap Elvina dengan melambaikan tangannya, lalu ia ngacir ke dalam kelas, meninggalkan Melvin yang sudah kesal setengah mati. Beberapa orang terpekik kaget melihat kejadian itu. Melvin kembali melangkah ke kelasnya dengan tatapan tajamnya membuat siswi-siswi itu menatapnya takut.

***

Pelajaran berikutnya berganti, namun guru Kimia yang seharusnya mengajar di kelas X IPA 2 belum juga datang.

"Oy Nik, Bu Garong gak masuk?" tanya Elvina kepada Niko—ketua kelas di kelasnya. Cowok yang tadinya sedang fokus dengan game di Ponselnya menoleh sejenak sambil mengedikkan bahunya. Bu Garong adalah guru Kimia yang memang galak dan mereka menjulukinya dengan Garong, karna Bu Kimia yang seperti kucing Garong.

"Panggilin dong Bu Garongnya," ucap Asri—salah satu murid pintar di kelasnya yang memiliki hoby belajar.

"Ck! Sekali-sekali free kek, puyeng pala gue belajar mulu, sok rajin banget sih lo," celetuk Romi yang membuat Asri menatapnya kesal.

"Terserah," ucap Asri membuat Romi panik, sebab Asri merupakan salah satu sumber contekan di kelas. Asri memang pintar dan tidak pelit kalau tentang tugas. Tapi kalau ia sudah kesal dengan seseorang, sampai nangis darah pun ia tak akan mau berbaik hati memberikan tugasnya.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang