Ini hari kedua Melvin menjalani hukumannya. Masih sama seperti hari sebelumnya, cowok itu menyapu ruang musik, dan Elvina mengawasinya sampai selesai. Sebenarnya ruang musik gak terlalu kotor kok, karna siswa yang masuk ruang musik paling juga waktu ada pelajaran kesenian. Atau siswa yang ingin menghabiskan waktu istirahatnya di ruang musik.
Elvina merasa ada yang aneh dengan Melvin, cowok itu terlihat pucat, sesekali dia tampak memijat kepalanya. Elvina berdecak, khawatir dengan keadaan Melvin, apalagi semalam Galang mengatakan kalau Melvin sedang tidak enak badan.
Setelah Melvin selesai dengan pekerjaannya, Elvina berdiri bermaksud ingin keluar untuk mengunci ruang musik, tapi Melvin malah duduk di sofa sambil menutup wajahnya dengan lengan kanannya.
"Buruan keluar, ruangan ini mau gue kunci," kata Elvina, namun dia masih terus memperhatikan cowok itu yang tampak kelelahan. Elvina tidak tega, tapi sungguh, Elvina juga tidak ingin rencananya untuk melupakan cowok itu menjadi gagal.
Elvina diam, dia menahan diri untuk tidak menjadi dirinya yang seperti dulu. Namun saat Elvina menyentak pelan tangan Melvin dari wajahnya, Elvina kaget, suhu tubuh Melvin sangat panas.
"Ya ampun, Kakak sakit?" Elvina duduk di sebelah Melvin membuat cowok itu menggeliat sesaat, membenarkan posisi tidurnya. Sebenarnya Melvin masih sanggup untuk berjalan, karna dia tidak selemah itu. Tapi sungguh, badannya benar-benar lemas, bahkan kepalanya serasa berputar-putar. Melvin hanya butuh istirahat yang cukup.
Elvina meletakkan tangannya di dahi Melvin lalu menangkup pipi cowok itu, membuat Melvin perlahan membuka matanya. Melvin sempat terpana melihat wajah Elvina yang terlihat khawatir saat ini. "Harusnya tadi Kakak bilang kalau lagi demam gini, biar hari ini gak usah hukuman dulu," omel Elvina. Dia tidak sadar bahwa sikapnya sudah kembali seperti dulu, hal itu membuat Melvin senang seketika.
Melvin menyentuh tangan Elvina di pipinya, lalu melepaskannya perlahan. "Gue cuma demam, bukan sekarat," ucap Melvin. Elvina mengigit pipi dalamnya, menahan diri untuk tidak lompat-lompat di depan Melvin karna cowok itu menyentuh tangannya.
Elvina mengulum senyumnya, lalu berdehem. "Aku bawa mobil, aku anterin pulang aja ya? Biar motor Kakak ntar suruh Bagas aja yang ambil," kata Elvina.
Kalau dulu mungkin Melvin akan menolak, kalau dulu mungkin Melvin akan menyentak tangan Elvina kasar saat gadis itu menyentuhnya, dan kalau dulu mungkin Melvin akan segera menjauh kalau Elvina mendekatinya. Tapi,
Melvin mengangguk, "anter gue ke basecamp aja," ucap Melvin.
Elvina mengerjapkan matanya, ini serius Melvin beneran mau? Atau efek gak enak badan mangkanya cowok itu jadi begini?
"Hah? Serius Kak?" tanya Elvina memastikan, Melvin mengangguk sekali lagi.
Setelah menghubungi Bagas, Elvina segera keluar bersama Melvin. Elvina tidak tahu kenapa cowok itu tidak menolak setiap berinteraksi dengannya.
Reno datang, dia memandang Melvin tak suka lalu sorot matanya langsung berubah senang menatap Elvina yang kini telah berbalik setelah mengunci pintu.
"Mau balik?" tanya Reno yang di angguki oleh Elvina atas pertanyaan Reno. Sepertinya Reno baru selesai menjalankan hukumannya di perpus.
"Mau gue anter gak?" tanya Reno.
"Dia balik sama gue," kata Melvin, Reno menatapnya tak suka lalu menoleh kepada Elvina, menunggu jawaban cewek itu.
"Iya, gue mau nganter Kak Melvin dulu, dia lagi demam," ujar Elvina. Reno tersentak, tumben Melvin mau berdekatan dengan Elvina. Apa cowok itu mulai menerima Elvina di hidupnya? Lalu bagaimana dengan Elvina yang ingin melupakannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."