41

13.3K 559 226
                                    

Assalamu'alaikum, halooo!
Jadi chapter 41 ini adalah chapter 40 yang aku hapus, dan di chapter ini gak ada yang aku ubah sama sekali kok. Jadi yang mau baca ulang gapapa, yang gak mau baca ulang juga gapapa.

____



Elvina mamatut wajahnya di depan cermin kecil, hal yang sudah dilakukannya hampir lima kali. Dia melirik jam yang tertempel di dinding ruang musik. Sepuluh menit telah berlalu sejak pulang sekolah tadi, tapi Melvin belum juga datang. Ingin nge chat tapi gengsi. Sejujurnya Elvina juga bingung kenapa dia mau menerima tawaran Bu Ros untuk mengawasi Melvin. Bukankah seharusnya dia menolak? Kalau gini jadinya dia bakalan sering ketemu deh sama Melvin, apalagi cuma berdua di ruangan ini. Entahlah, Elvina juga ingin meyakinkan dirinya bahwa perasannya akan biasa-biasa saja, di dekat ataupun tidak di dekat cowok itu.

"Ish!" Elvina berdecak kesal, hari ini dia juga ada janji dengan sahabat-sahabatnya akan berkumpul di rumah Aletta. Apa-apaan coba Melvin? Mentang-mentang Elvina suka sama dia, jadi mau suka-sukanya aja gitu ngebuat Elvina nunggu?

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Melvin yang berjalan masuk dengan seorang CS di sebelahnya.

"Lama banget sih," gerutu Elvina pelan, namun masih bisa di dengar oleh Melvin. Cowok itu meliriknya sekilas.

Melvin berdehem. "Gue udah bayar Mas Jul buat gantiin hukuman gue," ujar Melvin datar.

Elvina berdiri dari duduknya lalu menatap Melvin tidak terima. "Bu Ros udah bilangkan, supaya gak bayar orang lain buat gantiin hukuman lo?"

Melvin mengedikkan bahunya acuh "Peduli amat."

Elvina berdecak, lalu Elvina menatap Mas Jul sambil tersenyum. "Mas maaf ya gak jadi, soalnya ntar Bu Ros marah, maaf ya Mas."

Mas Jul terpana dengan senyuman manis gadis itu, pipinya memerah. Walaupun sudah kepala tiga, Mas Jul suka kok liat yang bening-bening.

Melvin meliriknya tak suka. "Apaansih lo? Kok jadi lo yang ngatur?" ketus Melvin. Kini mata elangnya menatap tajam gadis di depannya.

Elvina menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, nyalinya menciut seketika. Rasa gugup tiba-tiba menyerangnya saat di tatap seperti itu oleh Melvin. "Y-ya pokoknya gak boleh!"

"Mau gue aduin nih sama Bu Ros?" ancam Elvina sambil menunjukkan ponselnya.

"Maaf nih Mas ganteng, mending kamu jalanin tugas kamu aja. Ini ruangannya juga gak besar-besar amat kok, juga gak terlalu kotor. Biar uangnya saya balikin. Saya takut bermasalah sama Bu Ros," ucap Mas Jul menatap Melvin tak enak.

Melvin berdecak, lalu menatap Mas Jul datar. Benar juga kata Mas Jul, Bu Ros bisa saja langsung memecat Mas Jul, mengingat guru itu sangat tegas kepada para CS di sekolahnya.
Elvina mengangguk, menyetujui perkataan Mas Jul.

"Yaudah," kata Melvin singkat. Elvina refleks menoleh kearahnya.

"Yaudah apa?" tanya Elvina bingung.

"Mas Jul, pergi sekarang," ucap Melvin datar, Mas Jul jadi gak enak nih, pasalnya Melvin dkk itu sering jajanin anak Mas Jul yang berumur lima tahun. Mereka juga sesekali mau membantu Mas Jul kalau ada murid yang berlaku sesukanya pada Mas Jul.

Mas Jul menghela napas, merogoh kantongnya, lalu mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan. Padahal tadi Mas Jul sudah berbinar menatap uang itu, rencananya dia akan membelikan meja belajar dan sepatu sekolah untuk anaknya yang sudah TK itu.

"Sekali lagi maaf ya, ini uang Mas ganteng yang tadi," kata Mas Jul. Alih-alih menerima uang itu, Melvin malah mengambil sapu dan serokan yang di pegang Mas Jul.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang