"Wajah kamu kenapa, Nak?" tanya Miranda dengan nada khawatirnya melihat wajah anak semata wayangnya di penuhi luka.
"Gakpapa," ucap Melvin dingin, ia menepis pelan tangan kurus Miranda yang meraba wajahnya.
"Mama obatin, ya?" ujar Miranda sambil menarik pelan tangan Melvin yang langsung di tepis pelan oleh Melvin.
"Gak usah Ma, Melvin gakpapa," ucap Melvin pelan. Miranda mengangguk samar, toh percuma memaksa Melvin. Sekali ia bilang tidak ya tidak.
"Kamu udah makan?" tanya Miranda.
"Belum,"
"Mama masakin ayam semur sama sup jamur kesukaan kamu, mau ya?" Sebenarnya Melvin enggan untuk menerima penawaran Miranda, namun saat mata mereka bertemu. Melvin lemah, Melvin akan selalu lemah saat berhadapan dengan sisi ke ibu an Miranda.
Lantas Melvin mengangguk pelan yang menciptakan senyum lebar di bibir Miranda. Ah senyuman wanita itu saja mampu menular sampai bibir Melvin sedikit tertarik ke atas, hanya sedikit, bahkan tidak terlihat sama sekali dan hanya Melvin saja yang bisa merasakannya.
Miranda berjalan ke dapur dan mempersiapkan bahan-bahan masakan yang akan di buatnya. Tangannya dengan lihai memotong dan meracik bumbu yang di buatnya. Sedangkan Melvin, duduk diam di meja makan sambil memainkan ponselnya. Diam-diam ia melirik ibunya yang sangat bersemangat memasak, terselip rasa rindu di dalam hatinya. Sudah lama sekali, sudah lama sekali momen ini tidak terjadi. Terakhir kali sewaktu Melvin masih SMP Miranda akan memasak untuknya dan Melvin akan menunggunya di meja makan, walaupun yang menikmati masakan itu hanya mereka berdua saja. Melvin kembali mengalihkan perhatiannya ke layar ponselnya.
Melvin terkesiap mendengar suara rintihan Miranda di sertai suara pecahan barang-barang. Ia menaikkan pandangannya saat melihat Mario—Papanya, yang entah sejak kapan sudah di dapur. Tangan Melvin mengepal melihat tangan Mario yang tanpa ampun menjambak rambut Miranda.
"Lepasin tangan lo!" sahut Melvin dingin.
"Kamu diam saja! Wanita sialan ini memang gak berguna! Saya pulang bukannya di bukain pintu, malah asik di dapur!" bentak Mario menaikkan nada bicaranya.
"Awhh, ampun mas, sakit..." Miranda merintih kesakitan mencoba melepaskan tangan Mario dari kepalanya yang terasa mau copot.
"Lo memang laki-laki bejat! GUE BILANG LEPASIN TANGAN SIALAN LO DARI MAMA GUE!" teriak Melvin yang sontak membuat Mario melepaskan tangannya dengan kasar sambil menyeringai sinis. Sedangkan Miranda langsung terkulai lemas di lantai. Sungguh, Melvin ingin sekali melayangkan tinjunya di rahang Mario saat ini juga. Namun melihat tatapan Miranda yang begitu memelas membuatnya mengurungkan niatnya.
"Cih! Mama? Bahkan saya menyesal menanamkan benih saya di rahim wanita sepeti dia, apalagi memiliki anak tidak tahu diri sepetimu," ucap Mario dengan senyum sinis nya.
Cukup sudah. Kesabaran Melvin sudah sampai pada batasnya. Tangannya mengepal kuat, dengan cepat ia memberikan tinjunya tepat di rahang dan pelipis Mario yang berhasil mengeluarkan darah dekat sudut bibirnya dan pelipisnya. Ia menarik kerah baju Mario dengan mata yang berapi-api.
"Saya pun tidak sudih menjadi anak kandungmu!" bentak Melvin dengan menekan setiap kata-kata yang di ucapkannya.
"Kamu memang anak tidak tahu diri, Melvin!" geram Mario sambil menampar keras wajah Melvin, bahkan ia tahu wajah anaknya babak belur tapi ia tidak perduli dan menampar Melvin, cukup membuat wajahnya menoleh ke samping. Sudut bibir Melvin berdarah, bahkan luka sehabis dia boxing tadi belum di obati namun kini kembali mengeluarkan darah.
Melvin terkekeh sinis, tangannya terangkat sudah siap memberikan tinjuan tapi kaki Melvin segera di peluk oleh Miranda. Ia menoleh ke bawah mendapati Miranda yang mendongak kepadanya dengan tatapan memohonnya, pipinya di banjiri air mata dengan rambut yang berantakan.
"Melvin, jangan, Nak. Mama mohon." Ujar Miranda dengan suara lembutnya, sangat lembut. Tatapannya sendu yang membuat tangan Melvin tergerak untuk melepaskan kerah baju Mario dengan kasar. Pria itu membenarkan kerah kemejanya dengan angkuh, dagunya terangkat angkuh.
"Anak sama Mama sama saja, sama-sama tidak tahu diri!" desis Mario sembari pergi dari dapur yang kembali membuat telinga Melvin memanas, Miranda segera mengelus kaki Melvin mencoba menyalurkan kesabaran pada anaknya.
Melvin berjongkok, membantu Miranda berdiri. Sepanjang perjalanan menuju ruang tamu tidak ada pembicaraan di antara mereka.
Dengan telaten Melvin menyisir rambut Miranda, penuh perasaan. Giginya mengatup rapat, menahan amarah yang siap meledak-ledak. Sesekali Miranda meringis merasakan rambutnya yang rontok. Sungguh, kalau saja Miranda tidak melarangnya untuk menonjok Mario, sudah pasti pria itu akan babak belur di tangan Melvin.Melvin sudah mencoba sabar dengan kelakuan Papanya, selama ini ia sudah mencoba untuk tidak melihat bagaimana Mario menyiksa Miranda. Namun jangan salahkan Melvin kalau ia akan menghajar Mario jika pria itu menyiksa Ibunya di depan matanya.
"Luka kamu di obatin, ya?"
Melvin diam, membiarkan Miranda mengobati lukanya. Dengan hati-hati pula Miranda mengobati luka Melvin. Walaupun terasa sakit namun raut wajah Melvin tetap dingin tanpa ekspresi.
"Ceraikan dia," ucap Melvin dingin yang membuat pergerakan tangan Miranda berhenti, ia menatap anaknya dengan mata yang sudah berair.
"Mama gak bisa,"
"Harus berapa kali Melvin bilang sama Mama? Dia itu cuma laki-laki bajingan yang selalu sakit in Mama. Dia gak cinta sama Mama!" geram Melvin, tangannya sudah terkepal kuat.
"Jaga omongan kamu, Melvin! Dia Papa kamu! Papa kandung kamu! Mama gak perduli dia cinta atau enggak sama Mama, tapi Mama cinta sama Papa mu apapun yang terjadi akan tetap seperti itu," ucap Miranda dengan suara yang mulai meninggi.
"Cih! Bahkan Melvin gak sudih nyebut dia sebagai Papa,"
"Melvin..." suara Miranda kembali melembut mencoba memperingatkan Melvin.
"Melvin gak mau liat Mama terus-terusan di sakitin sama dia, Ma... Melvin gak bisa nahan diri buat gak hajar dia kalau dia berani sakitin Mama di depan mata Melvin," ucap Melvin lirih, terdengar seperti seorang anak kecil yang merajuk pada Ibunya. Senyum hangat Miranda terbit di bibirnya.
"Dia Papa kamu Melvin. Sejak pertama kali Mama di jodoh in sama Papa kamu dan kami menikah, Mama sudah mencintai Papa kamu. Mama sudah janji sama almarhum kakek kamu untuk tetap berada di samping Papa, apapun yang terjadi." jelas Miranda yang membuat Melvin terkekeh sinis.
"Lupain janji itu Ma, kakek juga bakal nyuruh Mama cerai sama dia kalau tau kelakuan aslinya!"
Miranda menatap anaknya itu sendu, perlahan tangan kurusnya mengelus surai Melvin dengan penuh sayang. "Sayang, terlepas dari janji Mama sama kakek. Mama akan tetap mencintai Papamu. Awalnya kepalsuan romantis yang selalu kami perlihatkan di depan keluarga membuat Mama sakit hati, tapi perlahan Mama mulai terbiasa. Walaupun di rumah Mama selalu mendapat siksaan dari Papa."
"Dan suatu hari, Mama hamil kamu. Mama senang sekali, Mama pikir kalau kamu adalah hadiah dari Tuhan, penantian kesabaran Mama, dan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup Mama. Walaupun Papa kamu tidak suka dengan kehadiranmu, tapi Mama sangat bersyukur, dan sejak itu Mama membagi cinta Mama untuk kalian berdua. Bagi Mama, kalian adalah hidup Mama."
Melvin terhenyak mendengar penuturan Miranda. Kata-kata Miranda terdengar begitu tulus yang membuat hati Melvin sedikit tenang mendengar penuturan Ibunya, setidaknya ia masih merasa berguna untuk hidup.
"Dan Mama yakin, batu yang keras sekalipun akan terkikis jika terus-terusan di berikan percikan air. Mama yakin, Papa akan berbalik mencintai Mama. Mama hanya perlu berjuang dan berdoa kepada Tuhan. Sisanya Mama serahkan kepada Tuhan, agar di berikan yang terbaik."
Miranda mengingatkannya dengan seseorang, seorang cewek bawel yang selalu menganggunya di sekolah. Cewek yang tanpa lelah selalu mengejarnya. Melvin menghela napas berat, membuang jauh-jauh pikiran itu. Mencoba menghilangkan perasaan yang akhir-akhir ini selalu menghantuinya.
<>
HALOOOOO!!!
GAYS VIEWRS CERITA MELVINA UDAH 2K!!! HUHU!!! AKO SENENG BINGBING😭😭🥰 MAKASI YA YANG UDAH NYEMPET-NYEMPETIN BACA CERITA GAJE INI, SEMOGA KALIAN SELALU SUKA SAMA CERITA INI TEMANK-TEMNAK KU TER-ZHEYENG🤭😭🥰 KEEP VOTE AND COMMENT YA CINGTAH AKO😭🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVINA
Teen Fiction"Hargai selagi ada, karna sesuatu akan terasa berharga setelah kehilangan."