DUA : MIRACLE

7.8K 233 27
                                    

Now playing :
GOT7 - miracle

****

"Hari ini kita punya pasangan baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini kita punya pasangan baru. Duo Deva," sahut Jojo, yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. Deva juga tersenyum namun ada keterpaksaan disana. Ah, harusnya aku tidak berharap menjadi pasangan sungguhan bersama Deva. Dia saja tidak ingat denganku. Lagipula, Deva hanya menyayangi Dea. Hanya Dea.

Salah tidak jika kita berharap mendengar kabar perpisahan dari hubungan orang yang kita suka? Itu sering kubayangkan. Andai saja Deva dan Dea putus. Dosa aku mendoakan mereka dengan yang buruk. Baiklah, aku akan mengganti doanya, semoga mereka langgeng sampai maut yang memisahkan. Sudah baik, bukan? Walaupun, ada rasa tidak rela mendoakan mereka langgeng.

Aku membuka ponselku-----sebuah notifikasi dari Mama membuatku mengernyit. Tumben.

   "Halo, ma?"

   "Iya, Ra. Nanti pulang sekolah jalan kaki
    ya atau ojek online. Mang Praja mau
    nganter mama ke Tangerang sebentar."

   "Iya deh ma, love you."

Aku menutup teleponnya. Ini adalah hari pertama di kelas 12, tetapi mama sudah menyuruhku membuang tenaga lebih lagi. Uh, aku tidak suka dimana aku memesan ojek online dan supirnya suka ngebut untuk modus-modus. Sorry, abang ojek online, aku lebih suka naik bajaj atau angkutan umum lainnya.

Aku menoleh ke arah kanan,melihat temanku yang satu itu asik bermain handphone sedari tadi,"El, gak ada materi atau apa gitu? Aku bosan nih." Dia menghela napasnya kasar dan menoleh ke arahku dengan tatapan kesal,"Yaelah, Ra. Enak kali jam kosong. Gue jadi bisa VC sama doi."

Aku memutarkan bola mataku---malas melihat El, lebih tepatnya Elma. Dia satu-satunya orang yang dekat denganku setelah Chelsea. Setiap jam kosong, Elma selalu menghubungi pacarnya. Hah, apa harus setiap jam mengabari pasangan? Sama-sama sayang sih, tetapi juga dibalut rasa bosan yang meradang.

Deva, dia sudah tidak berada di bangku sebelahku. Dia sekarang sedang bersenda gurau bersama teman-temannya. Aku tersenyum melihatnya yang tidak melihatku. Miris.

Kalian tahu? Aku sudah merekam semua ekspresi Deva di otakku. Terkadang ekspresi Deva yang menatap tajam dan tersenyum itu selalu terputar dengan sendirinya ketika aku sedang sendiri ataupun sedang tidur. Deva ada dimana-dimana. Aku suka.

Tak lama setelah aku meletakkan hp di tas, Deva menghampiriku,"Devara, ikut gue ke ruang guru." Aku mengangguk pelan,"Iya."

Aku ingin membenarkan rambutku sebentar namun Deva sudah menarik tanganku keluar kelas. Mimpi apa lagi aku ini bisa digandeng oleh cowok impian para siswi.

Aku berada dalam ruangan yang memiliki suhu rendah----membuatku sedikit kedinginan.

"Duo Deva, saya tidak bisa kembali ke kelas, karena ada urusan yang sangat penting. Saya minta tolong, foto copy-kan surat-surat ini 40 lembar ya di luar sekolah karena mesin foto copy milik sekolah rusak." Hah, duo Deva. Bahkan aku sudah tidak menyukai sebutan itu sejak tadi.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang