DUA PULUH EMPAT

3.9K 157 8
                                    

Now playing :
Taeyeon - Fine

****

Ulangan sejarah berlangsung dengan lancar. Sepertinya otak gue sudah berfungsi dengan benar berkat Devara. Mungkin ini pertama kalinya gue mengerjakan ulangan tanpa menyontek, membuka hp, ataupun membuka buku secara diam-diam. Gue bangga dengan diri gue sendiri yang sudah menuju ke jalan yang benar. Alhamdulillah.

Gue pergi ke ruang bk untuk meminta ijin keluar sekolah. Sesuai janji gue tadi pagi, gue akan mengajak Devara pergi ke rumah orangtua kandungnya. Gue yakin dia akan senang.

"Audi, kamu sudah membuat kakak saya menderita karena menjauhkannya dari Devara. Kakak saya begitu menyayangi Devara dan selalu berusaha menjaga rapat-rapat rahasia besar ini. Namun, dengan mudahnya kamu mengambil perhatian kakak ipar saya dan membongkar semuanya di depan Devara. Belum dewasa sudah licik sekali kamu."

"Jaga mulut anda, bapak kepala sekolah!"

Gue mendengar perdebatan kecil itu saat tidak sengaja melewati ruang kepala sekolah. Itu adalah suara Audi dan bapak kepala sekolah. Sepertinya permasalahan itu selalu menjadi sarapan buat gue. Gue berjalan kembali ke arah tujuan yang sebenarnya. Belum saatnya gue membalas perbuatan Audi, mungkin setelah ini.

"Permisi bu."

"Deva, ada apa kamu kemari?"

"Saya mau meminta ijin keluar sekolah bersama Devara. Urusan penting banget menyangkut nyawa seseorang."

"Yasudah, ini surat keluarnya. Hati-hati ya." Mudah sekali bagi gue mengeluarkan berbagai alasan untuk keluar dari sekolah karena ini sudah beberapa kalinya gue keluar dari sekolah dengan alasan yang berbeda. Terimakasih, gue memang pintar.

Setelah menerima surat keterangan keluar sekolah, gue menghampiri Devara dan mengajaknya untuk pergi sebelum Chelsea  kepo dengan semua hal yang terjadi. Gue selalu kalah dan lelah menghadapi Chelsea yang super akut. Sekali dia kepo, dia akan bertanya sampai ke akarnya. Demi apa gue memiliki saudara sepaha seperti dia.

Devara diam saja sedari tadi. Tidak berbicara dan lengkungan bibirnya ke bawah. Apakah dia sesedih itu? Kehilangan keluarga yang merawat dan menjaganya selama hampir 18 tahun. Gue saja memiliki keluarga namun rasanya tidak memiliki siapa-siapa. Miris banget ya hidup gue.

Gue mengikuti jalan ke arah lokasi yang sudah ditunjukkan. Tetapi, gue merasa aneh dan janggal. Jalan yang gue lalui bukan ke perkampungan, pedesaan, ataupun kompleks rumah. Jalannya sepi dan pohonnya rindang.

"Bos, disini tempatnya. Mari ikut saya." Gue menggandeng Devara, dia terlihat sangat bingung. Dia saja bingung, apalagi gue. Gue mengikuti mereka berdua. WTF. Mengapa mereka menunjukkan tempat seperti ini?

"Maaf bos, ini semua data-datanya. Mohon dibaca dulu."

Devara Agatha
Dilahirkan di Bandung, 16 Oktober 2000
Anak kandung dari Randi Atmaja dan Agatha Suciarsie

Randi Atmaja, korban tabrak lari yang tewas pada 10 Juli 2003
Hal itu menyebabkan istrinya terpaksa menitipkan anaknya kepada keluarga kaya Wijaya
Setahun kemudian, Agatha Suciarsie dikabarkan meninggal dunia karena kanker otak yang dideritanya
Mereka meninggalkan sebuah rumah beserta isinya dan warisan lainnya untuk putrinya kelak

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang