Now playing :
GAC - bahagia****
Semalam Dea memelukku dan mengatakan bahwa dia ingin bersahabat denganku dan Chelsea. Mulai malam itu, kami bertiga membuat persahabatan baru. Friver, itu kata Dea. Ya, aku hanya bisa berharap jika persahabatan ini akan menjadi hubungan paling istimewa. Mungkin persahabatan ini lebih banyak beresiko karena semakin dekat dengan Dea, semakin aku harus mengubur perasaanku ke Deva dalam-dalam.
Aku membenci perasaanku sendiri. Mengapa perasaan ini harus datang untuk orang yang salah, orang yang sudah berpuan, bahkan orang yang tidak pernah melirik. Ternyata bukan hanya aku yang harus sadar diri, tapi perasaanku juga. Perasaanku harus sadar bahwa dia sudah jatuh pada orang yang tidak akan bisa dimiliki.
Aku memutuskan, perihal perasaan, aku tidak akan mengungkapkannya. Aku tidak akan menunjukkannya. Dan aku akan terus bungkam. Aku biarkan perasaan ini menghilang seiring berjalannya waktu. Karena kalau tidak begitu, perasaan akan selalu manja kepada pemiliknya.
Hari ini, aku, Dea, dan Chelsea pergi ke sekolah bersama. Kami tidak naik mobil ataupun ojek,tapi kami jalan kaki. Lagipula jarak sekolah dan rumahku hanya 2 km;dekat. Kami berangkat pukul enam---sengaja mengulur waktu.
Tin.. tin..
Aku dan Chelsea kompak menoleh ke arah mobil yang terus membunyikan klaksonnya. Itu Deva, tumben sekali dia membawa mobil. Deva turun dan menarik tangan Dea agar Dea berhenti untuk berjalan. "Sayang.."
Dea menghentikan langkahnya,termasuk aku dan Chelsea,"Apa?"kata Dea. Sepertinya dia dan Deva sedang tidak bersahabat. Dea terlihat sedang kesal dengan Deva. "Maaf buat yang semalem ya, aku cuma ngerjain kamu kok. Kamu kenapa jalan kaki?"
"Lagi pingin aja."
"Jangan marah dong, hei." Romantis sekali. Pagi-pagi sudah dihadapkan dengan adegan seperti ini. Aku dan Chelsea memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali, tapi Dea menarik tanganku,"Kok duluan sih. Tungguin," rengeknya.
"Kalau kita nunggu kamu sama Deva selesai, kelamaan. Kamu bareng Deva aja ya,"kata Chelsea dan aku ikut mengangguk--pertanda setuju. Dea menatapku sedih,"Pokoknya kalian gak boleh ninggalin aku. Dah Deva, kita ketemu di sekolah. Aku mau berangkat sama sahabat-sahabat baru,"katanya sambil melambaikan tangan ke arah Deva, lalu merangkulku dan Chelsea.
"Kenapa gak bareng sama Deva?"tanyaku.
"Masa aku ninggalin kalian. Duh, gaakan deh ya."
"Uwah,akhirnya Deacu kembalii,"kata Chelsea. Aku tersenyum. Aku senang berteman dengan Dea. Semoga tidak sementara apalagi sesaat.
Perjalanan kami ke sekolah menghabiskan waktu 20 menit. Baru saja kami masuk ke sekolah, semua pandangan para siswi mengarah pada kami. Mungkin itu memang terlihat aneh. Setahu mereka, Dea selalu bersama Deva, Chelsea dengan Rizki, dan aku bersama pak supir namun kali ini kami bertiga jalan kaki bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVA & DEVARA ✅
Teen FictionDia adalah seseorang yang berperan penting dalam kehidupanku dan menjadi pusat semestaku. Dia bukan orang yang patuh atau rajin. Dia juga tidak pandai memainkan kata. Dia, Deva Ghanali Achmad. Seorang most wanted dan juga cowok paling menyebalkan ya...