Now playing :
Jaz-teman bahagia
****
Devara mengatakan jika sekolah harus dalam keadaan steril sebelum dilaksanakan ujian akhir semester. Jadi, dia mengajak gue untuk pergi ke puncak. Segala persiapan sudah disiapkan oleh dia sendiri. Gue hanya melihat apa yang dilakukan Devara mulai dari mengeluarkan pakaian gue hingga memasukkannya di dalam koper. Devara benar-benar bisa menjaga dan merawat gue dengan baik. Setelah memasukkan pakaian, dia memasak untuk makan siang.
Sedikit senyuman tidak pernah lepas dari wajahnya. Gue menghampiri Devara berniat untuk membantunya memasak, tetapi dia menolak. Akhirnya gue memutuskan untuk menemaninya saja----memandangnya---di kursi ruang makan.
"Sayang."
"Hm."
"Kamu gak capek?"
"Pertanyaan kamu kurang berbobot, Dev."
"Cuka sama soda kue kalau direaksikan jadi apa? Butuh berapa PH untuk menyangga?"
"Mereka gabutuh penyangga karena PHnya sudah netral. Kalau keduanya direaksikan menghasilkan gas karbondioksida." Gue cuma melongo melihat jawaban Devara padahal gue hanya iseng. Gue jadi merasa bodoh jika disandingkan dengan Devara. Bahkan pertanyaan gue tetap tidak berbobot.
Gue mengamati setiap gerakan yang dilakukan Devara. Ternyata memasak juga melelahkan, gue kira memasak adalah hal yang menyenangkan. Gue berinisiatif untuk mengikatkan rambut Devara agar tidak terlalu gerah. Shit, lihat leher Devara aja pikiran gue kemana-mana.
"Makasih ya?"katanya.
"Sama-sama. Masih lama ya?"
"Enggak kok. Sebentar lagi. Kamu duduk aja. Gak capek?"
"Masih capek kamu kayaknya."
"Mangkannya hargain cewek termasuk bunda."
"Aku lagi gak mau bahas itu."
"Iyaa maaf. Ambilkan piring sama mangkuk dong." Gue melaksanakan perintah Devara untuk mengambilkan piring dan mangkok,sendok, garpu, wadah, dan yang lainnya.
Perlahan dia menghidangkan masakannya. Aroma sedap masuk ke dalam hidung gue. Dengan sengaja, gue mengincip masakan Devara dengan satu jari. "Enak. Kamu bakat memasak deh." Dia hanya tersenyum, kemudian memindahkan makanan ke ruang makan.
"Selamat makan!!"ucapnya. Gue sangat antusias untuk mencicipi masakan Devara, mungkin gue menambah beberapa piring. Sayang kalau tidak dihabiskan. Pak Harun juga sedang izin.
Setelah makan, gue membantu Devara mencuci piring dan membereskan rumah sebelum ditinggal ke puncak.
"Selesai. Aku siap-siap dulu yaa?"
"Iya, aku tunggu disini."
Gue menonton TV sambil menunggu Devara bersiap-siap. Tidak ada tontonan yang menyenangkan. Semua hanya ada acara gosip. Ingin gue musnahkan saja.
"Aaaaa." Teriakan Devara membuat gue segera berlari ke kamarnya. Gue melihat dia terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya. Gue yakin penyakitnya kambuh. Gue segera menghampiri dia,"Kamu kenapa?"tanya gue dengan nada selembut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVA & DEVARA ✅
Teen FictionDia adalah seseorang yang berperan penting dalam kehidupanku dan menjadi pusat semestaku. Dia bukan orang yang patuh atau rajin. Dia juga tidak pandai memainkan kata. Dia, Deva Ghanali Achmad. Seorang most wanted dan juga cowok paling menyebalkan ya...
