ENAM BELAS : Jadi....

4.2K 167 5
                                    

Now playing :
Aldi maldini - biar aku yang pergi

****

Aku berada di rumah sakit dan dalam perawatan dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berada di rumah sakit dan dalam perawatan dokter. Aku ingin pulang,tetapi kak Brey melarangku hanya karena dokter berkata bahwa aku butuh istirahat total. Toh, walaupun aku di rumah sakit, aku tetap banyak pikiran dan tidak ingin makan. Aku tidak memiliki penyakit yang parah, lalu buat apa aku berbaring di tempat membosankan seperti ini. Untung saja mama berhasil merayuku, kalau tidak mungkin aku akan kabur dari sini.

Dokter menyatakan jika mama baik-baik saja. Luka yang ada di wajah mama hanya karena terpeleset dan terpelantuk di kamar mandi hingga menimbulkan luka lebam. Papa benar, aku memang tidak mengetahui apapun. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu kepada papaku sendiri.

"Devara, kamu kenapa?" Chelsea tiba-tiba datang dan langsung memelukku. Dia menatapku iba apalagi setelah melihat selang infus dan selang oksigen di hidungku. Dia satu-satunya orang yang paling bisa merasakan apa yang aku rasakan.

"Lo gapapa?"tanya Dea. Aku menggeleng pelan. Mereka tahu darimana jika aku berada disini dengan kondisi yang hampir tidak berdaya. Apakah kak Brey memberitahu mereka? Aku memejamkan mataku pelan, kepalaku masih terus saja berdenyut.

"Kalian tahu darimana aku disini?"tanyaku dengan suara parau.

"Gue." Aku menatapnya sekilas, lalu memalingkan muka. Aku masih merasa malu sekaligus kecewa.

"Dea, laper nih,"kata Chelsea.

"Apa hubungannya sama gue oncom?"

"Cari makan bentar yuk?" Dea menghela napasnya kasar dan menatap Chelsea dengan tajam,"Ayo buruan! Makan mulu deh lo."

Deva menatapku lekat, dia mengunci pandanganku tepat di bola matanya. Kemudian, dia berjalan mendekatiku. Tatapannya berubah menjadi sendu namun menghangatkan. Tangannya menggenggam tanganku. Aku mengalihkan pandanganku---tidak ingin melihatnya. "Detha,"ucapnya yang membuatku menoleh ke arahnya lagi. Mengapa dia memanggilku dengan nama yang membuatku kehilangan semuanya.

"Aku kangen sama kamu."
Aku juga.

"Maaf."
Maaf juga.

"Maaf udah nyiksa kamu selama ini."
Bahasa Deva sudah mulai berubah. Dia memakai aku-kamu untuk berbicara denganku. Dia juga membahas hal yang masih belum aku tahu maksudnya.

"Maaf udah nyiksa perasaan kamu. Sebenarnya aku pura-pura gak kenal kamu, aku pura-pura."

"Maksud kamu apa, Dev?"

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang