BONUS PART

7.8K 241 39
                                    


Warna-warni dalam kehidupan seorang Deva Ghanali Achmad mendadak berubah menjadi monokrom. Deva yang bandel, suka merokok, suka berantem dengan orangtuanya, kini berubah menjadi Deva yang dewasa dan berwibawa. Deva berhasil menyandang status sebagai CEO terkaya di Indonesia. Dia sangat bangga dengan hasil kerja kerasnya. Dia juga sangat berterimakasih kepada seseorang yang sempat ada di hidupnya dan merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

Jujur saja, hingga kini, Deva masih sangat mencintainya. Andaikan seseorang itu masih ada, mungkin sekarang dia menjadi ibu dari anak-anaknya. Tanah yang gembur dengan bunga-bunga baru diatasnya selalu menjadi tempat favorit Deva sekarang. Bukan hanya sebagai tempat berkunjung, melainkan sebagai tempat curahan hatinya setiap hari. Deva menyukai kegiatannya saat dia masih dapat mencium batu nisan yang terpasang.

Devara Agatha

Nama yang akan selalu diingatnya. Nama yang akan selalu menjadi favoritnya. Nama yang akan selalu membangkitkan semangatnya dalam menjalani hidup. Bertahun-tahun Deva mencoba untuk menerima semuanya dengan perlahan sampai akhirnya dia bisa.

"Sayang, aku merindukanmu. Mungkin kamu selalu mendengarkan kalimat yang sama setiap harinya dariku. Tetapi, itu begitu nyata. Kamu tahu kan?" Deva tersenyum sambil memandang foto Devara yang terpampang di depan batu nisannya. Disini adalah sebagian jiwanya.

"Sayang, hari ini aku akan meeting. Kamu baik-baik saja bukan disana? Aku harap begitu. Aku pamit sebentar ya. Besok aku kesini lagi. Aku masih dan akan selalu mencintaimu." Deva mengecup batu nisan tersebut, kemudian beranjak pergi dari tempatnya. Jejak sepatu Deva tercetak di samping makam Devara. Katanya dengan begitu, dia akan merasa selalu berada di dekat Devara.

Hari ini Deva sedang mengadakan meeting dengan perusahaan lain yang sedang membutuhkan bantuannya. Jas yang rapi sudah melekat di badannya.

"Selamat siang, tuan Deva."

"Selamat siang."

Meeting dilakukan selama tiga jam lamanya. Deva benar-benar melakukan tugasnya sebagai CEO dengan baik. Dia adalah seseorang yang ramah dan selalu peduli.  Tidak heran, jika dia memiliki banyak rekan bisnis yang ingin bekerja sama dengannya.

Deva berniat pergi untuk mengunjungi keluarga Devara sekaligus menjenguk Divora, kucing peliharaannya. Di tengah perjalanannya ada sedikit hambatan. Deva keluar dari mobilnya dan melepaskan jasnya.

"ANJING sini lo!"lawannya. Dia bergulat dan melawan beberapa orang yang berpenampilan seperti preman dengan liar. Jangan tanya apapun, dia sangat ahli dalam hal seperti ini. Dia adalah masternya.

"Anda tidak apa-apa?"

"Tidak. Saya baik-baik saja. Deva?"

"Tara?"

"Kamu apa kabar?"

"Baik. Kamu?"

"Iya baik. Oh iya, aku turut berduka cita ya? Aku sempat datang ke makam Devara. Aku tidak menyangka orang sebaik dia akan secepat itu meninggalkan kita."

"Terimakasih. Kamu mau pulang?"

"Iyaa."

"Aku antar."

"Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok."

"Hei, nona. Anda pikir saya akan membiarkan anda pulang sendirian di tempat yang sepi setelah anda hampir saja dicelakai oleh preman? Cepat masuk, saya tidak butuh penolakan!"

Deva mengantarkan Tara pulang ke rumahnya dengan selamat. Di perjalanan mereka juga tidak ada percakapan apapun yang bisa memecah keheningan. Keduanya berdiam diri.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang