TIGA PULUH ENAM

3.7K 130 2
                                    

Now playing :
Dewa 19 - kangen

****

Gue rindu. Gue kangen. Sudah satu semester tidak ada kabar dari Devara. Gue menelpon bunda juga selalu tidak aktif. Gue khawatir. Gue takut terjadi apa-apa. Gue ingin ke Inggris, tetapi kuliah gue belum libur. Tidak ada yang bisa gue hubungi disini. Hanya ada Tara yang setiap hari ngintilin gue kemana aja. Kasihan juga sih tuh cewek. Mana mamanya menitipkan dia ke gue.

Davina gue telepon juga tidak aktif. Gege, Farel, dan teman-teman gue yang lainnya juga. Ini seperti sihir dalam mimpi yang ketika gue bangun dari tidur, semuanya lenyap dan hilang. Hanya menyisakan gue sendirian. Mencoba untuk tidak khawatir juga rasanya sangat susah.

"Deva, what happened?"

"Nothing."

"You always be cold to me. Why? Am I bothering you?"

"No."

"Then why?"

"I already have a fiancé, she hasn't call me in six months. Then, do I have to have fun with you, while my fiance is somehow now?"

"So my attitude hasn't been able to make you love me?"

"What do you say?"

"I love you at the first sight."

"You are crazy. I dont love u and never will."
Entah bagaimana kalimat gue tadi, tiba-tiba Tara menangis di depan gue. Dia menjatuhkan air matanya di hadapan gue.  Sepertinya gue benar-benar salah berbicara.

"Tara, do--dont cry, please. I--i am sorry. I dont mean for that." Tara semakin menangis , membuat gue juga bingung apa yang harus gue lakukan. Gue menarik napas gue dalam-dalam, kemudian menyentuh bahunya yang bergetar. Akhirnya gue menarik Tara ke dalam pelukan gue. Gue usap air matanya dan tanpa sengaja gue mencium dahinya. Gue lemah dengan cewek yang menangis.

Tara menghentikan tangisannya dan semakin memeluk gue erat. Gue terpaksa untuk membalas pelukannya. Gue takut mamanya Tara marah ke gue karena gue tidak menjaga anaknya.

"Happy birthday to-----." Gue melepaskan pelukan gue dan berlari ke arah orang itu. Gue benar-benar merasa terkejut dengan kedatangan orang-orang yang gue rindukan. Gue lupa kalau hari ini adalah hari ulangtahun gue. Ada bunda, Devara, Gege, dan Farel. Devara memegang kue ulang tahun dengan lilin diatasnya. Matanya memerah seperti akan menangis. Tubuhnya sudah bergetar.

Kutiup lilin yang masih menyala dengan berharap banyak kepada Tuhan, kemudian mengambil kue tersebut untuk gue berikan kepada Gege. Gue peluk Devara dengan sangat erat dan lebih erat lagi. Setetes air mata membasahi kemeja yang gue pakai. "Maaf, aku gak bermaksud untuk ngehianati kamu. Aku cuma---"

"Aku kangen sama kamu,"katanya. Oh Tuhan, aku lebih merindukannya. Sangat merindukannya. Gue cium puncak kepalanya, dahinya, pipinya, hidungnya, dagunya,"Ini nanti,"kata gue sambil menunjuk bibirnya. Gue baru sadar kalau Devara sudah memiliki banyak perubahan. Dia tidak marah namun menangis. Dia tidak semakin berisi namun mengurus. Rambutnya semakin tipis. Mungkinkah ini efek penyakitnya?

"Woi anjing habede. Gue bela-belain kesini demi Devara dan lo. Lo nya malah gini. Sialan lo tai,"sahut Gege. Gue memukul bahunya. Gege kalau berbicara selalu tidak pernah disaring.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang