DEVA POV - DUA PULUH SATU

4.3K 172 24
                                        

Now playing :
Jaz - berdua bersamamu

****

Gue Deva Ghanali Achmad. Cowok dengan banyak ekspresi yang mampu membuat cewek-cewek terkagum. Cowok dengan wajah tampan dan rupawan yang mampu membuat siapa saja terpesona. Berbagai kisah telah gue lalui di dalam cerita melalui sudut pandang Devara. Yah, cewek itu mampu membuatku heran dan melongo dalam waktu yang bersamaan. Jangan salah, cowok juga memiliki perasaan. Mangkannya jangan bilang semua cowok itu sama, cowok itu beda.

Dari segi genetik saja kelahiran seorang cowok sudah berbeda. Dari gue lahir sampai gue seganteng ini pun, tidak ada yang bisa menyamai. Karena Deva itu one n only, limited edition khas buatan mama dan papa. Jadi, kalau kalian anggap semua cowok itu sama, kalian semua salah. Setiap orang itu memiliki khas tersendiri.  Nah, ini adalah satu kelebihan gue, terlalu percaya diri. Ya, wajarlah ya orang ganteng.

Gue adalah seorang cowok biasa tetapi memiliki cinta yang luar biasa untuk seorang cewek. Cewek itu namanya Devara. Dia cantik, lucu, jenius, tatapannya menusuk jiwaku. HAHA,suka merepotkan perasaan gue aja. Cewek yang jauh beda dari tipe idaman gue, tapi bisa membuat perasaan gue terbolak-balik.

Kemarin, gue nyatain semuanya di depan Devara. Belasan tahun gue memendam perasaan dan berpura-pura untuk tidak mengenalinya. Itu bukan Deva banget. Oke, setelah gue nyatain semuanya kemarin, sekarang kami berdua sedang sakit. Sama-sama demam dan flu yang menyebabkan kami berdua ijin sekolah bersamaan. Mengapa bisa? Kemarin pulang dari cafe, kita kehujanan. Tepatnya sengaja biar kehujanan, tetapi tidak tahu jika efeknya sampai sakit bersamaan.

Gue lebih khawatir sama cewek di sebelah kamar gue. Gue sudah bilang kalau mengobrol lewat chat saja karena kami berdua tidak boleh keluar dari kamar. Tetapi, sampai siang ini dia tidak memberiku kabar.

Devaraa
Cewek😍
Ngapain sih?

Tuhkan, dibaca pun tidak, apalagi dibalas. Gue jadi pingin keluar kamar buat ngecek keadaannya dia. Secara diam-diam, gue ngebuka pintu kamar gue dan berlari ke kamar Devara. Dia masih tidur rupanya, padahal ini sudah pukul 8 pagi. Gue menempelkan tangan gue di dahinya. "Panas banget, anjir." Tindakan gue membuat tidur Devara sedikit terganggu, badannya bergerak terlentang hingga wajah kami tinggal beberapa senti lagi.

Gue bisa merasakan napasnya yang pendek dan panas. Badannya bergetar kedinginan. Sontak saja gue tidur di sebelah dia dan memeluknya. Berniat menghangatkan badannya, bukan modus. Fitnah kalian yang membaca ini.

"Ngh,"lenguhnya. Dia bergerak lagi hingga badannya menyamping, pas di depan wajahku. Gue bisa melihat wajah tidurnya yang sangat polos. Dia cantik tanpa polesan apapun. Masih dekat begini saja gue sudah bayangin nanti kita akan honeymoon kemana. Pikiran gue emang kejauhan.

Gue semakin mendekatkan wajah gue ke wajah Devara. Dia lucu banget, anjir. Pingin gue cium,eh. Enggak ampun.

"Lucu ya kita bisa sakit barengan gini." Orang ganteng ngomong sendiri itu langka. Tolong ajak ngomong. Gue lihat matanya mengerjap, kemudian terbuka pelan.

"Pagi, D." Dia masih diam. Mungkin belum sadar jika di depannya itu seorang cowok tampan nan rupawan.

"DEVA?KAMU NGAP---" Gue membungkan mulut Devara agar dia tidak berteriak lebih keras lagi. Bisa-bisa bunda akan mengomeli dan menjewerku. "Sst, jangan teriak. Nanti ketahuan bunda."

"Kamu ngapain?"bisiknya.

"Lihat kamu. Kamu udah sembuh?"

"Pusing. Kamu ngapain gak sekolah?"

"Boleh pinjam tangan kamu?"

"Buat apa, Dev?"

"Badan aku demam."

Dia menyentuh keningku dengan punggung tangannya dalam beberapa detik, kemudian gue menyelipkan jemarinya diantara jemariku. Kini tangannya berada di genggamanku.

"Yeh modus. Tapi, beneran demam sih kamu."

Gue memejamkan mata dengan tangan yang masih saling menggenggam. Gravitasi kasur beneran narik gue biar tidak gue tinggal. Entah apa yang selanjutnya terjadi yang gue ingat cuma ketiduran di kamar Devara.

****

Gue membuka mata dan melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 12. Rupanya gue sudah tertidur selama empat jam dengan Devara yang masih di samping gue. Sepertinya dia juga tidur lagi.

"Bunda cari di kamar tidak ada. Ternyata disini. Kamu habis ngapain hah?"Bunda menghampiri gue dan menyentuh kening gue. Lalu, bunda malah menyentilnya, "Aw!"aduku

"Badan kamu sudah tidak demam. Cepat kembali ke kamar!"

"Emang bunda peduli aku sakit atau engga?" Gue beranjak dari kamar Devara, kemudian berjalan ke kamar gue sendiri. Gue menutup pintu kamar dengan bantingan keras. Tahu apa sih bunda? Tahunya cuma kerja, kerja, kerja, dan tidak pernah pulang. Sekalinya pulang bersikap sok manis. Gue tidak membutuhkan itu semua. Gue cuma butuh quality time keluarga.

Gegblk
Ngapa lu kagak masuk, anjing

Sakit, gblk

Hilih, alesan

BGST LO ANJING

Gue melempar hp ke kasur dan menjatuhkan badan gue. Banyak yang bilang berbicara kasar itu tidak baik, tetapi gue melakukannya karena enak dan biasa gitu. Ya, kalau ada yang tidak suka gue yang seperti ini, pergi aja. Dia kira gue suka kali ya sama dia.

Hidup gue harus banyak yang ditata. Kata Devara, dia tidak suka cowok yang berantakan dan pemalas. Mungkin gue harus merubah penampilan gue dulu, baru akhlak. Sebenarnya banyak perbedaan dari gue dan Devara, tapi gue tidak peduli karena cinta tidak memandang perbedaan kan?

Gue suka merokok, Devara benci dengan perokok. Gue berantakan, Devara tidak suka orang yang berantakan. Gue pemalas, Devara kurang suka orang yang pemalas. Gue suka vanila, Devara suka coklat. Untungnya perasaan kita sama.

"Dev." Kulihat gadisku itu masuk ke dalam kamarku. Wajah cantiknya seketika memucat. Bibirnya yang merah merekah juga memucat. Gue rengkuh dia ke dalam pelukan gue. Badannya sangat panas namun tidak menghilangkan aroma bayi dari tubuhnya. "Sakit, Dev,"rintihnya.

"Yang mana yang sakit?"

"Sakit." Dia hanya merintih kesakitan dan memegangi kepalanya kuat-kuat. Rintihannya berganti menjadi teriakan. Teriakan yang membuat seluruh tubuh gue ikut kesakitan.

Gue membopong badan Devara. Gue akan bawa dia ke rumah sakit. Sepertinya ini bukan demam biasa. Bunda juga ikut kalang kabut melihat keadaan Devara. Disaat seperti ini, Devara membutuhkan keluarganya namun dia tidak memiliki keluarga. Bang Brey? Ya, gue akan menghubunginya nanti. Sekarang gue harus memastikan bahwa gadis manisku ini mendapat perawatan intensif dari dokter sampai sembuh.

Devara, aku sudah membuktikan bahwa aku adalah cowok pertama yang akan berlari ketika keadaan kamu tidak sadar diri. Aku mencintaimu, sungguh.


To be continued

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang