DUA PULUH DUA

4K 174 11
                                    

Now playing :
Davichi - this love ( ost. DOTS)

****

Gue melihat Devara menangis di dalam ruangan. Sebenarnya ada apa sampai dia menangis. Gue pingin masuk ke dalam, tetapi dokter hanya memperbolehkan bunda yang masuk. Alasannya gue tidak steril dan gue yang juga sakit. Gue tidak mengerti dengan semua ucapan-ucapan dokter yang menurut gue tidak masuk akal.

Bunda keluar dengan wajah masamnya. Gue jadi curiga, sebenarnya di dalam ada apa sih. Gue ingin bertanya kepada bunda, tapi gengsi. Hubungan gue sama bunda kan tidak akur.

"Gimana keadaan Devara?"

Bang Brey datang bersama mamanya dengan wajah panik. Gue paham dengan keadaan mereka yang terpaksa membiarkan Devara hidup di rumah gue. Yang gue tidak habis pikir, mengapa papa Devara justru lebih menyayangi Audi yang licik itu daripada Devara yang lembut. Kayaknya Audi menggunakan ilmu hitam untuk mempengaruhi papanya. Cewek iblis.

"Devara benar-benar kelelahan sampai kepalanya terasa berat. Jangan khawatir, dia hanya membutuhkan istirahat total,"kata Bunda. Gue menganggukkan kepala, jadi Devara hanya kelelahan. Kalau begitu, gue tidak usah terlalu khawatir..

"Mama mau lihat Devara,Brey."

"Iya mah. Mama masuk dulu saja. Nanti giliran Brey."

Setelah mamanya Devara masuk ke dalam ruangan, gue lihat bang Brey mengacak rambutnya. Cowok lemah banget tidak seperti gue.

"Harusnya gue gak ngebiarin Devara keluar rumah waktu itu."

"Sudahlah bang. Devara aman sama gue. Lo gak perlu khawatir."

"Gue khawatir, Dev. Dia adik gue. Gue sayang sama dia. Gue gak mau dia kenapa-napa. Setelah Devara keluar dari rumah, gue jadi gak betah karena ada Audi. Bahkan gue selalu sengaja pulang malam agar gue gak ketemu sama perempuan jahat kayak dia. Sampai kapanpun, adik gue cuma Devara. Bukan Audi."

Miris juga gue dengernya. Itu semua memang gara-gara Audi. Gue dan Chelsea aja mati-matian untuk menyimpan rahasia selama belasan tahun di keluarga Devara. Tapi, yang dilakukan Audi itu benar-benar ngebuat gue ingin membunuhnya. Gue tega dengan perempuan ketika seseorang yang gue cintai merasa menderita karenanya.

Gue lihat bunda yang masih berusaha menghentikan air matanya yang keluar. Gue pingin peluk bunda, tapi hubungan bunda sama gue sedang tidak baik.

"Deva, kamu pulang saja. Kamu harus istirahat. Biar bunda yang jaga Devara disini."

"Deva aja."

"Kamu sakit,nak."

"Bunda aja yang pulang. Bukannya bunda gak peduli sama Deva? Bukannya bunda gak mau deket sama anak bunda?"

"Deva!!"

Sebenarnya gue tidak tega mengucapkan kalimat seperti itu. Tetapi, mulut gue mengeluarkan kalimat yang benar-benar gue rasain saat ini supaya bunda tau. Gue capek debat sama bunda, apalagi ayah. Ayah selalu saja sibuk dengan pekerjaannya yang di depan laptop. Ah, shit.

Gue beranjak dari tempat itu menuju taman rumah sakit. Daripada gue ke kantin rumah sakit, lebih baik gue di taman. Taman, satu hal yang disukai Devara. Katanya, taman bisa membuat moodnya membaik.

Seorang anak kecil terlihat sedang duduk sendiri di taman. Kepalanya berbalut perban. Gue mendekati dia,"Hei manis. Kamu ngapain disini?"

"Bosan,kak."

"Kamu sakit apa?"

"Kata mama otak aku yang sakit." Gue sedih banget dengarnya. Selain dia masih tergolong anak-anak yang seharusnya bersenang-senang di usianya. Dia malah harus berjuang untuk hidupnya.

"Kalau kamu nurut apa kata dokter dan selalu berdoa sama Tuhan, kamu pasti sembuh."

"Kakak disini ngapain? Sakit ya?"

"Pacar kakak yang sakit,"kata gue tanpa beban sekalipun untuk mengatakan itu. Apa salahnya gue menganggap Devara pacar gue? Toh, gue sama dia sama-sama saling menyayangi.

"Aku ke kamar dulu ya kak. Cepet sembuh buat pacar kakak."

"Kamu juga ya cantik." Gue lihat anak itu berjalan ke arah salah satu ruangan. Dia terlihat baik-baik saja,tapi seperti apa yang dikatakannya bahwa otaknya sedang sakit. Otaknya sakit karena penyakit, tidak  seperti gue. Otak gue sakit karena gue emang bodoh dan tidak bisa mencerna penjelasan guru.

Ternyata di rumah sakit ini banyak perawat yang cantik. Mata gue seger banget. Gayanya,beuh.

"Astaghfirullah, maafin aku Devara. Dasar gue, lihat yang mulus dikit mata sliweran."

Davina
Abang, di rumah kok gaada orang sih

Lg di rs

Ha?siapa yg sakit?

Devara

Trs aku gmn dong di rumah?

Sndirilh

Davina, adik perempuan gue yang satu itu ribetnya minta ampun. Kalau akan pergi ke suatu tempat, dia sangat lama untuk bersiap-siap. Davina bilang dia lama karena membuat pencakar langit dan gue baru tau yang dimaksud Davina itu alisnya. Dasar cewek, gue rasa Devara tidak seribet itu.

Gue kembali ke ruangan Devara, barangkali gue sudah boleh masuk ke dalam. Mama Devara dan bang Brey sudah tidak ada disana. Cepat sekali. Gue pun masuk ke dalam ruangan Devara menggunakan masker hidung.

"Hai, D." Dia hanya tersenyum menatapku. Melihatnya yang tak berdaya membuatku ikut terluka. "Cepat sembuh."

"Aku engga sakit, Dev." Lihat dia. Dengan infus dan selang oksigen yang ada di tubuhnya, dia masih bisa mengatakan tidak sakit.

"Kamu gak sakit, hanya butuh istirahat saja."

"Dev, aku pingin sendiri."

"Kenapa? Aku disini mau jagain kamu."

"Dev, please." Gue yakin, dia sedang tidak baik-baik saja. Dari selaput matanya yang mulai berair hingga tangan yang terkepal seperti memendam emosional. Gue tidak pergi,tapi gue memeluknya. "Aku kangen sama keluarga aku, Dev. Hiks." Gue masih diam mendengar semua keluh kesahnya. Hati gue sedikit teriris. Gue melepaskan pelukan gue,"Aku bakalan cari orangtua kandung kamu. Kamu tenang ya? Persoalan tentang mama, papa kamu dan bang Brey, itu aku yang urus."

"Aku tidak tau siapa orang tua aku, Dev. Aku tidak tau nama mereka. Bagaimana bisa menemukannya? Hiks."

Gue mengeluarkan hp dari dalam saku celana---menghubungi pasukan---layaknya FBI.

"Tolong cari keluarga asli Devara Agatha dalam tiga hari. Cari tahu juga tempat tinggalnya."

"Beres, jangan nangis. Aku gak suka kamu nangis,"kata gue.

Tidak perlu menjadi cowok yang romantis untuk membuktikan kalau kita menyayangi seseorang. Memahami, mengerti, dan selalu ada buat cewek itu sudah cukup. Gue bener, kan?

To be continued.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang