DUA PULUH TUJUH

3.8K 162 6
                                    

Now playing :
The overtunes - bicara

****

Pagi-pagi sekali gue berangkat sekolah dengan memakai seragam lengkap. Ini bukan Deva yang sebenarnya----berangkat pagi dan berpenampilan rapi. Ini salah satu cara gue untuk menarik hati Devara. Semua pasang mata menatapku heran karena tidak biasanya Deva ber-penampilan rapi dan semakin tampan.

Gue masuk ke dalam kelas gue. Sama dengan yang diluar tadi, menatapku heran  termasuk Chelsea. Gue melihat bangku Devara masih kosong. Jam dinding menunjukkan pukul 06.30 yang mana Devara harusnya sudah datang.

"Rapi amat lo,"celetuk Chelsea. Gue hanya meliriknya sekilas, lalu mengeluarkan HP untuk menghubungi Devara. Lagi-lagi HPnya masih tidak aktif. Apakah dia tidak mengisi daya baterainya? Mengapa susah sekali dihubungi sejak tadi malam.

"Devara kemana?"tanya gue ke Chelsea. Dia malah mengerutkan dahinya. "Ya harusnya gue yang nanya ke lo, Devara kemana aja? Terakhir aja gue chat sama dia kemarin lusa."

Gue melempar tas gue ke arah bangku gue dan berlari keluar kelas. Gue akan pergi ke rumah Devara untuk memastikan keadaannya. Butuh waktu setengah jam dan itu akan membuat gue terlambat kembali ke sekolah.

"Bi, Devara mana?"

"Non Devara kan sekolah atuh, den."

Tapi, Devara tidak ada di sekolah. Gue kembali ke sekolah melajukan motor gue dengan kecepatan tidak wajar. Saat di sekolah pun, Devara masih belum ada. Gue menelpon pak Harun namun tidak diangkatnya. Kekhawatiran gue menjadi polinomial.

"Devara kemana sih,"ucap gue.

"Deva, masuk! Kamu ngapain di depan kelas?"

Gue masuk ke dalam kelas dengan suasana jiwa yang buruk. Gue menatap papan tulis namun pikiran gue menuju Devara. Sampai hampir 09.00 dia tidak datang ke sekolah. Sebenarnya Devara kemana Ya Tuhan, tolong jaga dia dimanapun dia berada.

"Dev, Devara gak masuk ya?"

"Gue gak tau dia dimana."

"Kok gitu? Gak ditelpon?"

"Dari semalam gue nelpon, hpnya dia gak aktif."

Ting!

Bubble B
Rooftop

Gue berlari ke arah rooftop sekolah setelah menerima pesan. Ternyata dia berada disini. Gue bener-bener khawatir. Gue memeluknya. "Kenapa gak bisa dihubungin?"

"Maaf ya, semalam ketiduran sampai lupa nge-charge. Tadi pagi telat karena kesiangan, terus aku liat ada guru di kelas. Yaudah aku kesini."

"Jangan buat aku khawatir, sayang." Badannya hangat namun tidak sakit. Devara terlihat berbeda hari ini, tapi apa?

"Ke kelas, yuk?"ajaknya. Gue mengangguk dan menggandeng tangannya menuju kelas.

"Devara, kangen."

"Chelsea aku engap."

Gue biarkan mereka berdua bercengkrama. Yang terpenting Devara ternyata tidak apa-apa. Melihat wajahnya saja membuatku senang.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang