Now playing :
HIVI - orang ke 3****
Hukuman tadi pagi cukup membuatku kehilangan banyak tenaga. Panas dan lapar. Untung saja aku tidak pingsan di tengah lapangan. Berkat Deva. Dia tadi membelikanku minuman dan makanan. Awalnya aku sangat terkejut bagaimana dia bisa bersikap seperti itu kepadaku. Namun, aku sadar, dia memang baik ke semua orang.
Sekarang, aku berada di UKS. Aku tidak merasa mengantuk ataupun sakit, tetapi Deva yang menyuruhku untuk berbaring disini. Dia melihat hidungku mengeluarkan cairan merah yang aku yakini itu darah. Namun, aku tidak merasakan jatuhnya darah tersebut karena Deva dengan sigap mengelapnya sebelum menetes. Aku bersyukur, tidak ada Dea ataupun orang lain yang melihat adegan itu. Demi apapun, aku tidak ingin hubungan persahabatanku yang baru ini rusak hanya karena sikap Deva hari ini kepadaku.
"Lo istirahat, gue bilang Chelsea dulu. Jangan kemana-mana,makanannya dimakan sendiri ya. Minum yang banyak biar darah di hidung lo gak keluar lagi nanti,"ucapnya. Mengapa Deva mendadak sangat bawel seperti ini, jadi lucu.
"Iyaa,"jawabku. Dia berjalan keluar UKS sambil membawa tasnya dan juga---tasku. Bahkan aku sendiri baru sadar jika tasku dibawa olehnya. Aku menghembuskan napas pelan sambil melirik makanan di sebelahku---sedikit tidak minat untuk melahapnya. Bubur polos tanpa toping apapun. Aku tidak sakit, lalu mengapa Deva memberikanku ini. Aigoo!
Ting!
Deva_ga
Emang sih gak enak
Hargain gue lah
Dimakan buburnyaAish, lagi-lagi dia membuatku mengernyit. Mengapa dia bisa tahu jika aku tidak suka makanan ini, apa jangan-jangan dia belum benar-benar berada di kelas? Aku melihat ke arah luar UKS. Tidak ada siapapun disana. Hm, pasti Deva punya kekuatan ghaib.
Aku mengambil semangkuk bubur tersebut, mengaduk-aduknya hingga lebih membuatku tidak ingin memakannya. Aku mendesah pelan,"Ini beneran gak enak. Aku itu sehat lahir batin. Maunya apasih Deva,"sambil melahap juga bubur itu. Aku langsung menelannya saja tanpa proses mengunyah untuk mendapatkan rasa. Tanpa kusadari, bubur yang semulanya semangkuk penuh, kini tersisa setengahnya saja. "Udah cukup, gamau lagi." Aku meletakkan mangkuk itu dan meraih segelas susu putih,favoritku di segala situasi.
"Devara!!!"teriak dua orang yang memiliki suara melengking.
"Kata Deva, tadi lo mimisan. Kok bisa sih?" Aku mengendikkan bahu tanda tidak tahu. Aku memang tidak tahu.
"Kamu udah baikan?" Aku mengangguk, lalu menoleh ke arah Dea yang sudah berbaring di ranjang sebelah sambil menarik selimut. "Ngapain?"tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVA & DEVARA ✅
Novela JuvenilDia adalah seseorang yang berperan penting dalam kehidupanku dan menjadi pusat semestaku. Dia bukan orang yang patuh atau rajin. Dia juga tidak pandai memainkan kata. Dia, Deva Ghanali Achmad. Seorang most wanted dan juga cowok paling menyebalkan ya...