Now playing :
Nindy - untuk sahabat****
Sorot mata kak Brey memancarkan emosi yang terpendam sejak menjemputku sekolah. Mungkin keluargaku memang sudah tidak mau memaafkan Jojo. Memaafkan bukanlah hal yang mudah, apalagi orang itu sudah menyebabkan kematian di tengah kebahagiaan. Aku tahu, bukan Jojo yang bersalah. Tapi, tetap saja dia adalah keluarga pembunuh. Satu orang bertindak, maka semestanya juga ikut tercemar buruk. Nila setitik, rusak susu sebelanga.
Mama menatapku dan kak Brey bergantian. Mungkin mama sedang bertanya-tanya, ada apa dengan kak Brey? Namun, salah satu dari kami tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. "Kalian kenapa?"tanya mama. Aku harus menjawab apa ketika kak Brey malah berjalan pergi ke kamarnya. Aku menghela napasku,"Devara sama kakak gapapa kok, mah,"sambil membawa segelas susu ke dalam kamar. Aku meninggalkan mama yang mungkin masih bertanya-tanya.
Aku mendaratkan tubuhku di atas kasur. Gelas susu yang kupegang masih belum aku minum. Aku melirik pigura foto yang terpajang di dinding kamar. "Kak Rasyid, dia kembali. Entah apa tujuannya datang kesini. Devara belum bisa cerita pada mama dan papa. Maafin Devara." Benar. Mama dan papa belum tahu jika kak Rasyid meninggal karena keluarga Jojo. Aku hanya menceritakan ini kepada kak Brey dan memintanya untuk merahasiakan kepada mama dan papa. Aku tidak mau membuat papa semakin berpikir keras dan tidak mau membuat mama menderita.
Aku meminum segelas susu di tanganku. Sepertinya aku butuh ketenangan. Aku akan mandi, lalu pergi ke ruang pribadi.
Ting!
Jonathan
Devara
MaafUntuk apa dia menghubungiku. Aku sungguh membencinya. Bagaimana dia mendapatkan id line ku.
Block. Thx
Aku menekan kata blokir di sudut ruang chat. Mungkin ini terdengar jahat. Tapi, kepercayaan itu memanglah mahal bahkan uang pun tidak bisa membelinya. Inilah bagaimana dunia bekerja, beribu kebaikan yang sudah dilakukan, akan kalah dengan satu kejahatan. Karena apalah arti hidup jika berbuat baik namun akhirnya tersesat oleh kejahatannya sendiri.
"Devara." Aku menoleh ke arah pintu kamar dan mendapati kak Brey tengah menatapku. Aku mengangkat alisku bingung. Kak Brey berjalan menghampiriku dan merebahkan tubuhnya ke atas kasurku. "Kakak pingin ngomong ke mama sama papa."
"Kenapa?"tanyaku.
"Kakak yakin, dia akan melakukan sesuatu kembali dan kita tidak boleh membiarkan papa memiliki hubungan dengan keluarganya lagi. Demi bang Rasyid,"katanya. Aku terdiam. Sepandai apapun kami berdua menyimpan rahasia, pasti mama dan papa juga akan tahu. "Keadaan sedang baik, Devara,"lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVA & DEVARA ✅
Teen FictionDia adalah seseorang yang berperan penting dalam kehidupanku dan menjadi pusat semestaku. Dia bukan orang yang patuh atau rajin. Dia juga tidak pandai memainkan kata. Dia, Deva Ghanali Achmad. Seorang most wanted dan juga cowok paling menyebalkan ya...