SEPULUH : Mendadak dekat

4.5K 166 32
                                    

Now playing :
Maudy ayunda - tiba tiba cinta datang

****

Aku bisa tersenyum lebih lama karena tingkah Deva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bisa tersenyum lebih lama karena tingkah Deva. Walaupun, dia bertingkah bukan untukku. Aku rasa itu sudah cukup untuk mewarnai hariku yang biasanya hanya monokrom.

"Aku pulang dulu ya. Papa sudah jemput di bawah, mau qtime karena besok udah weekend,"kata Dea. Dia mengecup pipi Deva dam bergegas pergi dari rooftop, bersamaan dengan hilangnya senja yang ada di langit.

Aku menatap Chelsea,"Kamu mau pulang juga?"tanyaku.

"Iyaa, udah mau malem. Kamu pulang sama siapa?"

"Jalan kaki. Deket dari rumah."

"Aku duluan boleh?"

"Kenapa engga."

Kami berdua bersalaman dengan ciri khas yang sudah kita miliki. Aku masih ingin disini, menunggu taburan bintang terlihat. "Kamu gak pulang?"tanyaku kepada Deva. Dia sedang asik memotret pemandangan dari atas. Masih belum ada jawaban apapun dari Deva. Dia sangat menyebalkan. "Aku pulang duluan, Dev,"ucapku. Kelamaan menunggu dia yang masih sibuk dengan kegiatannya. Menoleh saja tidak. Mengapa aku bisa suka dengannya.

Aku beranjak dari tempatku dan turun dari rooftop. Saat aku ingin berjalan keluar cafe, banyak orang yang melihatku aneh. Apa ada yang salah dengan diriku? Aku melihat penampilanku, masih rapi seperti semula. Lalu apa yang salah? Mengapa semua orang tampak menatapku dengan anehnya.

Saat aku ingin berjalan kembali, aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. Napasku memburu. Detak jantungku sudah tidak normal lagi. Deva memelukku dari belakang, dia berbisik,"Lo pms ya? Gue tutupin, belakang lo tembus." Aku membulatkan mulutku. Jadi, ini yang membuat semua orang menatapku aneh. Pipiku bersemu merah, aku sangat malu. "Lo jalan aja. Gue giniin sampai parkiran biar gak ada yang keliatan. Gue lupa bawa jaket,"bisiknya lagi. Aku mengangguk pelan sambil berjalan kembali dengan Deva yang masih memelukku dari belakang seperti itu.

Demi apapun, aku benar-benar sangat malu. Malu kepada diriku sendiri, Deva, dan orang yang ada di cafe. Mengapa aku tidak menyadari jika aku sedang mengalami menstruasi. Ahh, bodoh kau, Devara.

"Cepet masuk!"perintah Deva. Dia menyuruhku masuk ke dalam mobilnya. Aku segera masuk sebelum pakaianku benar-benar terlihat jelas oleh orang lain. Aku merutuki diriku sendiri.

Setelah Deva masuk, mobil yang kami tumpangi berjalan meninggalkan cafe tersebut. Aku hanya memandang pemandangan di luar jendela mobil, sesekali melirik Deva yang sedang menyetir lewat kaca spion. Tunggu----mengapa Deva berhenti di tempat pencucian mobil?

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang