TIGA PULUH TIGA

3.5K 130 0
                                    

Now playing :
BCL - kecewa

****

Setelah makan malam selesai, gue meminta izin ke Devara untuk menemui Karin. Dia mengijinkan gue. Gue bergegas menuju kebun sebelum hari mulai gelap atau nantinya Devara akan takut di vila sendirian. Karin sudah menunggu gue disana rupanya.

"Rin."

"Hei, Dev."

"Mau ngomong apa?"

"Maaf gue lancang. Gue udah lama suka sama lo. Gue udah lama sayang sama lo. Tapi, setelah gue tahu lo punya pacar dan calon tunangan, hati gue hancur Dev. Gue gak bisa ngrelaiin lo gitu aja sementara gue bertahun-tahun nungguin lo."

"Apaan sih lo. Gak jelas."

"Dev." Tiba-tiba dia memeluk gue hingga membuat gue kaget. Gue berusaha untuk melepaskannya namun pelukannya malah makin erat. "Rin, apa-apaan sih lo. Lepasin." Gue masih berusaha melepaskan pelukannya dan berhasil. Dia menangis. Ya Tuhan, gue paling tidak bisa melihat cewek menangis. Apa yang harus gue lakukan.

"Lo tega banget sih, Dev. Gue nungguin lo disini Dev. Gue beneran sayang sama lo."

"Karin, gue juga sayang sama lo tapi sebagai adik. Gue udah punya Devara, gue cinta sama dia, gue gak mau kehilangan dia. Jadi, tolong, lo jangan kayak gini. Gue udah anggap lo sebagai adik gue."

"Gue gak mau, Dev."

"Karin, jangan kayak bocah please. Gue mau balik ke vila, kasian Devara sendirian."

Sebuah benda kenyal menempel di bibir gue. Karin mencium gue tanpa aba-aba. Sialnya, gue menikmati sedikit lumatannya. Sampai akhirnya gue mendorong dia sampai dia terjatuh.

"Apa-apaan sih lo ! Lo gak sopan, lancang. Lo jangan bodoh dan buta karena cinta lo itu. Banyak cowok yang lebih dari gue. Karena perbuatan lo ini, gue gak akan pernah mau nemuin lo apalagi ngliat lo. Cewek ugal!"

"DEVA!!!" Gue berlari ke arah vila secepat mungkin tanpa mempedulikan teriakan Karin dan tangisannya. Shit, that is my first kiss.

Gue masuk ke dalam vila dan mencari Devara. Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi gue. Devara menampar gue tanpa gue tahu alasannya.

"Kok aku ditampar sih?"

"Enak pelukan? Ciuman sampai dinikmati. Aku kecewa tau gak sih. Aku tau kok aku gak secantik Karin dan gak punya body goals kayak Karin. Tapi kamu gak harus menikmati itu semua kan? Perih tau gak, Dev." Gue menunduk mendengarkan semua kekesalan Devara. Gue sangat-sangat merasa bersalah. Tidak seharusnya gue menikmati ciuman itu.

"Aku ngikutin kamu ke kebun karena aku takut disini. Aku takut sendiri. Tapi, apa yang aku dapat? Pacar aku sendiri ciuman sama cewek lain di depan mata aku sendiri."

"Maaf,"ucap gue.

"Maaf nya kamu gak bisa ngembaliin hati aku, Dev. Hati aku udah retak, perih, sesek banget rasanya." Gue berlutut di hadapan Devara. Dia kaget.

"Maaf. Aku beneran khilaf, sayang. Maafin aku. Aku gak bisa jaga diri aku. Aku juga gak tau tiba-tiba Karin...but, ini emang kesalahan aku. Please, forgive me." Gue berdiri dan mendorong tubuhnya ke arah dinding. Dengan segenap hati dan atas nama cinta, gue mencium bibirnya. Tidak akan ada lagi ciuman dari Karin. Bibir gue hanya milik Devara.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang