TUJUH BELAS : Rasa ini

4.1K 180 13
                                        

Now playing :
Viera - rasa ini

****

Aku memeluk bunda dengan sangat erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memeluk bunda dengan sangat erat. Aku merindukannya. Bunda adalah orang yang aku cari selama ini. Dia adalah seseorang yang memberiku kalung liontin ini. Beruntung aku masih mengingat wajahnya dengan jelas. Wajahnya masih tetap cantik di umurnya yang sudah tidak muda lagi. Senyumku tidak pernah lepas untuk menatapnya yang sedang bercengkrama dengan mama. Mama dan bunda begitu sangat akrab seperti teman lama.

"Devara, kok diam saja."

"Devara seneng banget bisa ketemu bunda." Bunda tersenyum kepadaku seraya mengelus rambut hitamku. Pandangannya jatuh kepada kalungku yang terpasang dengan bebas.

"Kamu masih menyimpan kalung pemberian bunda?" Aku mengangguk. Kalung ini sangat cantik, seperti yang memberikan. Aku tidak akan menghilangkan kalung ini.

"Kamu sudah menemukan seseorang dengan liontin yang sama?" Aku menggeleng. Seseorang siapa yang memiliki liontin yang sama denganku? Apakah bunda mengenal begitu banyak anak perempuan?

"Padahal orang itu berada di dekat kamu."

"Siapa bunda?"

"Anak bunda."

Mama menatapku,"Anak bunda ini teman kamu. Apakah kamu tidak tahu?" Sekali lagi aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak tahu siapa anak bunda. Ini membuatku penasaran. Apakah bunda akan memberiku teka-teki misteri?

"Bunda, aku pulang dulu ya."

"Duduk sini,"kata bunda.

"Tapi bun..."

"Duduk!" Aku menoleh ke arah suara seseorang yang berbicara dengan bunda. Aku tidak percaya dia ada disini. Sedang apa dia disini? Dia tidak sekolah? Aish, Deva. Ternyata dia adalah anak bunda. Mengapa aku tidak tahu. Devara, mungkin kamu terlalu banyak di rumah hingga tidak memperhatikan siapapun.

Deva menatapku datar, kemudian memicingkan matanya,"Sudah sembuh?"tanyanya. Aku masih belum menjawab karena masih melamun sekaligus memandang wajah yang tidak kulihat selama beberapa hari ini.

"Detha," dia mengibaskan tangannya ke depan wajahku hingga aku tersadar.

"Iya sudah."

Tiba-tiba kak Brey menyahut,"Daritadi nglamun mikirin lo tuh."

"Kak Brey ngaco!"ucapku.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang