DUA PULUH : Ada apa dengan D?

4.3K 168 2
                                    

Now playing :
Raisa - jatuh hati

****

Pernyataan Chelsea terus terngiang-ngiang di pikiranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernyataan Chelsea terus terngiang-ngiang di pikiranku. Bolehkah aku terbawa perasaan untuk saat ini? Tetapi, aku belum menemukan kebenarannya. Jadi, aku tidak sepenuhnya percaya dan terbawa rasa.

Pulang sekolah sore ini, Dea menyuruh aku dan Deva untuk datang di rooftop cafe biasanya. Sebenarnya Dea kenapa? Kenapa dia tidak mengundang Chelsea juga? Mungkin pembicaraan yang akan disampaikan Dea bersifat pribadi.

"Makan nih!" Deva menyodorkan semangkuk makanan seperti baso ke arahku. Aku menatap makanan di depanku dan Deva bergantian.

Aku menghembuskan napas pelan, "Aku udah makan tadi pagi, Deva,"sambil teringat dengan mama yang setiap hari membawakanku bekal. Kini, tidak lagi.

"Makan itu tiga kali sehari, bukan tiga hari sekali."

"Aku beneran masih kenyang."

"Aku mau kumpul sama temen-temen dulu. Pokoknya kalau aku balik, makanannya udah harus habis."
Mudah. Aku akan memberikan makanan ini ke Didit. Dia suka dengan siapapun yang memberikan makanan. "Jangan diberikan ke orang lain! Awas aja." Aku menggerutu sebal. Deva tahu saja apa yang ada di pikiranku. Terpaksa aku melahap baso yang ada di depanku dengan Chelsea yang tertawa cekikikan.

Kalau dipikir-pikir, baso nya enak juga ternyata. Bohong kalau aku masih kenyang setelah mencoba baso ini.

"Itu Deva pesen online tau,"kata Chelsea yang membuatku tersedak. Aku segera meraih botol minumanku dan meneguknya.

"Kenapa dia nglakuin itu?"

"Karena kamu emang lagi pingin makan siang pakai baso kan?"

"Darimana kamu tahu?"

"Devara, aku bisa baca pikiran kamu." Bahkan aku lupa jika kami berdua memiliki kemampuan yang sama. Namun, aku sudah lama tidak memakai kemampuanku untuk membaca pikiran orang lain karena aku ingin hidup normal. Itu saja.

Aku melanjutkan makanku sebelum Deva kembali ke kelas. Satu persatu isi baso sudah habis terlahap olehku, sisa kuahnya saja. Aku sedang ingin memakan sesuatu yang pedas karena baso ini hanya terdiri dari kuah tanpa saos, kecap, maupun sambal, jadi aku tidak memakannya.

"Pinter,"katanya sambil mengacak rambutku. Aku berdecak kesal---selalu membuat rambutku berantakan.

"Kalian berdua cocok,"kata Chelsea.

"Kamu berlebihan,"kataku.

****

Matahari terlihat mulai tenggelam diantara gedung bangunan yang menjulang tinggi. Sudah satu jam aku dan Deva menunggu namun Dea belum juga datang. Milkshake yang aku pesan juga sudah habis tak tersisa. Aku takut terjadi apa-apa dengan Dea.

DEVA & DEVARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang