"Sabar, Jen. Lo tenang dulu. Jangan kayak gini deh."
Malia kelimpungan melihat tingkah Jeni. Setelah menarik Jeni dari koridor utama, Malia dan Nadin membawanya ke tempat sepi, menyembunyikan Jeni untuk sementara agar tidak melakukan hal yang merugikan. Semua barang-barang di gudang belakang sekolah sudah berhamburan di atas lantai, akibat pelampiasan kekesalan wanita yang kini berada di puncak kemarahan.
"Gimana gue mo tenang, kalo tu manusia masih berkeliaran di luar sana buat ngejatuhin gue?! Tuh orang harus diberi pelajaran!"
"Ya trus, lo mau ngapain, Jen? Lo aja gak tau siapa yang nyebarin foto itu. Masa lo mau ngehajar semua siswa? Ya ga lucu deh, yang ada lo tambah malu nantinya."
Jeni membanting kursi besi tepat di depan kedua temannya, membuat kedua wanita itu menutup mata spontan.
"Jadi maksud lo, gue harus diem aja!?"
Malia dan Nadin lagi-lagi terdiam. Kalau tidak mengingat bahwa Jeni adalah sahabat mereka, kedua wanita itu sudah pasti pergi meninggalkannya sendiri.
Karena terlalu lelah marah-marah, Jeni akhirnya bertumpu di atas meja berdebu dengan kedua tangannya, menetralisir napasnya yang naik turun tak menentu. Keringat amarahnya bercucuran di atas meja hingga membentuk pola tetesan air.
Lalu Jeni mengangkat kembali kepalanya, setelah tanpa sadar wajah seseorang yang kemungkinan menjadi pelaku penyebar foto itu melintas di benaknya.
"Sialan!" Jeni mengumpat. Lantas dengan langkah cepat ia berjalan keluar gudang menemui orang itu secepat mungkin.
"Jeni, lo mo kemana?!"
Malia memekik, menyusul langkah Jeni dari belakang. Namun Jeni sama sekali tak menghentikan langkahnya, hingga ia sampai di depan parkiran.
Bertepatan dengan itu, sebuah mobil sport putih baru saja terparkir. Darel langsung turun dari dalam begitu melihat Jeni menyambutnya, tapi yang tidak Darel duga bahwa saat itu juga Jeni menamparnya kuat-kuat hingga wajah pria itu terhempas ke samping.
"Apa-apaan ini?!" Darel langsung membentak seraya memegang pipinya yang memanas.
"Maksud lo apa, nyebar foto itu, bangsat?! Hah?! Lo mau jebak gue?!" Geram Jeni dengan mata yang memerah.
Mata tajam Darel mengernyit, ia kebingungan dengan apa yang Jeni katakan.
"Maksud lo apa?!"
Jeni terkekeh sinis sebelum berucap. "Gak usah munafik! Lo pikir gue bego, gak tau kalau lo yang nyebar foto itu ke satu sekolahan? Biar apa lo nyebar foto dan video kita ciuman? Biar semua orang tau kalau gue milik lo?! Atau, biar semua orang tau kalau gue cewek murahan?!"
Video ciuman? Alis Darel semakin merapat, walaupun ia bejat, Darel tidak sebodoh itu untuk menyebar foto aibnya sendiri.
"Lo ngomong apa, sih, hah? Gue baru sekali nyium lo, dan gue gak pernah sama sekali foto, apalagi bikin video!"
Sebenarnya Darel ingin sekali mengumpati wanita itu, atau bahkan menarik rambutnya dan menyeret-nyeretnya ke lingkungan sekolah. Namun mengingat kalau wanita itu adalah Jeni, pacarnya, maka sebisa mungkin Darel menahan emosi di dalam dada.
"Disana.cuma.ada.kita.berdua. Darel! Jadi siapa lagi yang nyebarin, kalau bukan lo?!" Air mata Jeni sudah ingin jatuh, emosinya terkuras banyak, membuat tenaga wanita itu melemah.
Darel memegang pelan kedua lengan Jeni, ada rasa pilu ketika melihat wanitanya berkaca-kaca. Darel memang memiliki temperamen buruk, akan tetapi perasaannya tak bisa berbohong kalau ia menyayangi Jeni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Teen Fiction15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...