BaW#14 Api Telah Menyala

86.3K 4.2K 101
                                    

Bdw aku tuh gak libur hari ini :'(.
Dari pagi jam 9 ada kelas sampe jam 4. Makanya baru ada kesempatan nulis dan baru selesai skrang. Maap ya 😘

"Cuma lo yang tau ini... Ingat. Jangan bocor."

Jeni membasuh lagi wajahnya menggunakan air dari keran wastafel, berharap dengan begitu bayangan dan kalimat Logan menghilang dari benaknya, dan pikirannya kembali jernih.

Sedari tadi--setelah Logan memberitahukan Jeni rahasianya, wanita itu menjadi gelisah. Ia sampai tidak fokus pada jam mata pelajaran terakhir, juga cepat-cepat keluar menuju kamar mandi begitu lonceng keluar sekolah berbunyi, hanya agar terhindar dari pria gay itu.

Ugh! Kenapa juga dia harus mengetahui rahasia pria itu? Hanya menambah beban saja! Karena yang benar saja? Bagaimana bisa Jeni menyimpan rahasia itu dan menganggap semua baik-baik saja?

Jeni bahkan masih tidak menyangka bahwa pria itu ternyata adalah gay. Pantas saja ia menolak waktu Jeni menggodanya di club malam, saat pertama kali mereka bertemu.

Jeni tidak bisa menyimpan bebannya sendiri, ia ingin mengatakan rahasia itu kepada Nadin dan Malia. Tapi ucapan Logan yang mengatakan untuk tidak membuka mulut kepada siapapun, mengurungkan niat wanita itu.

Argh, sialan!

Drrt... Drrt... Drrt...

Ponsel di saku kemeja Jeni bergetar, membuat fokus wanita itu seketika teralihkan. Ia lalu meraih ponselnya untuk membaca pesan yang masuk.

Darel
Ke depan skrng.

Gue di depan Tunas Bangsa.

Jeni menghembuskan napas kasar setelah membaca pesan dari Darel. Satu lagi pria yang harus dia tangani sekarang. Semoga setelah hubungan mereka berakhir, Jeni bisa sedikit lebih tenang. Maka setelah mengelap butiran air di wajahnya menggunakan tisu, dengan langkah gontai Jeni keluar dari kamar mandi menuju mobil Darel di depan sekolah.

⭐⭐⭐

Lonceng keluar berbunyi, Logan dengan santai mengemas barangnya di atas meja kemudian memasukkannya ke dalam tas. Begitu mejanya kembali kosong, Logan menoleh ke samping kanan melihat Jeni, belum sempat pria itu mengeluarkan kalimat, wanita itu sudah lebih dulu beranjak dari bangkunya--cepat-cepat keluar kelas.

Logan yang memperhatikan tingkah laku Jeni seketika menahan diri untuk tidak tertawa--karena wajahnya sangat kentara kalau sedang gelisah. Diam-diam Logan merasa puas di dalam hati, karena berhasil mengerjai wanita itu.

Merasa tak ada lagi yang perlu ia lakukan, Logan akhirnya melangkah keluar menuju parkiran. Namun betapa terkejutnya pria itu saat melihat kaca spion sebelah kiri mobilnya pecah hingga copot dari tempatnya.

Segala sumpah serapah keluar dari bibir pria itu, geram melihat mobil kesayangannya cacat karena ulah seseorang. Tanpa perlu mencari tahu siapa pelakunya, Logan sudah dapat menebak kalau itu adalah ulah si Jumiati sialan!

Logan tahu kalau Jeni belum pulang, karena mobil wanita itu masih terpakir di samping mobilnya. Maka dengan geram, Logan berjalan tergesa-gesa mencari wanita itu mengelilingi sekolah.

Logan baru mendapati Jeni sepuluh menit kemudian, ketika wanita itu melangkah keluar dari dalam kamar mandi. Cepat-cepat Logan menyusul langkahnya dari belakang, tapi belum sempat ia meraih wanita itu, Jeni sudah lebih dulu keluar gerbang dan masuk ke mobil seseorang. Logan mengernyit heran, bertanya-tanya, siapa pemilik mobil sedan putih yang dinaiki Jeni?

Tahu jika wanita itu nantinya akan keluar kembali, maka Logan memutuskan untuk menunggu Jeni di parkiran, baru setelah itu meminta pertanggungjawabannya atas kerusakan yang telah ia ciptakan.

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang