Tangan Jeni gemetar setelah membaca tulisan di dalam surat itu, kalimatnya mungkin terdapat kata-kata manis, penuh dengan ucapan sayang, tapi Jeni tahu sekali kalau itu bukan bunga romantis yang menunjukkan rasa peduli, melainkan suatu benda yang ditujukan sebagai tanda peringatan, ancaman untuknya karena telah berani bermain-main pada Darel.
Jeni khawatir, ia tahu kalau pria itu tidak pernah keliru dengan ucapannya, ia selalu memastikan semua berjalan sesuai keinginannya.
Lalu bagaimana jika nanti video itu tersebar? Jeni tidak mau dikeluarkan dari sekolah untuk yang kedua kalinya. Mamanya pasti akan membunuhnya kali ini.
Jeni mengenggam erat surat itu, meremasnya hingga mengerucut di dalam kepalanya lalu kemudian membuangnya di tong sampah. Jeni tidak boleh takut, tidak boleh.
"Ngapain lo?"
Jeni langsung terperanjat, matanya membelalak, dan pegangan pada bunga di tangannya semakin erat sebelum akhirnya ia berbalik badan dan melihat Logan di belakangnya.
Wajah Logan terlihat kesal, apa yang membuatnya marah pagi-pagi begini?
"Bunga dari siapa?" Alis Logan terangkat sebelah, tidak ada nada ramah dari suaranya.
"Hm... Ini... Gatau!" Jeni berbohong. "Tadi tiba-tiba dikasih sama Pak Roy."
"Oh."
Logan mengisi tangannya ke dalam saku celana, lalu melangkah di koridor menuju kelas melewati Jeni begitu saja.
Hati Jeni menciut, ia kecewa melihat Logan cuek seperti itu. Ia lalu menyusul langkah Logan dan berdiri di sampingnya "Logan serius... Ini bukan apa-apa, mungkin ada yang iseng ngasih ke gue."
"Kalau bukan apa-apa, kenapa dipegang trus?" Tanyanya datar. Tatapannya tetap lurus ke depan tanpa menoleh pada Jeni.
Jeni baru saja mau berbicara, tapi tertahan di tenggorokan karena di depan mereka sudah ada Fathir dan Rafa.
"Hai Jen?" Sapa Rafa. Jeni tersenyum. "Cieee, dapet bunga. Dari siapa tuh? Logan ya?"
Kedua alis Fathir terangkat, sementara Logan memutar kedua bola matanya. Dan Jeni jadi salah tingkah.
Fathir menatap Logan penuh selidik, mencari tahu ada hubungan apa antara Jeni dan Logan, pasalnya ia tahu betul kalau Logan masih memiliki rasa pada Rafa, ya walaupun Logan selama ini tidak pernah menunjukkannya secara terang-terangan, tapi Fathir jelas tahu.
"Hm... Bukan." Jeni menggelang menjawab pertanyaan Rafa tadi.
"Raf, kantin yuk." Tanpa babibu, Logan langsung mengapit leher Rafa, menaruh lengannya di sana sama seperti yang biasa ia lakukan pada wanita itu.
Rahang Fathir mengeras, Jeni malah semakin kesal.
"Logan! Sumpah ya lo, berapa kali harus gue bilang, kalo tangan lo itu berat." Rafa langsung melepasnya, dan Fathir menarik tangan Rafa agar lebih dekat ke arahnya.
"Lo ga liat, kalau disini ada pacarnya?" Sinis Fathir.
Logan terkekeh, "Emang kenapa? Emang temen ga boleh rangkul temennya?"
Fathir semakin merapatkan giginya, tapi Logan malah tertawa.
"Yaudah, kalau lo gak mau cewek lo gue ganggu. Lo aja kalo gitu, temenin gue ke kantin." Lengan Logan langsung pindah ke leher Fathir dan membawanya berjalan.
Jeni melotot dan meremas kuat bunganya, entah mengapa ia merasa Logan bersikap lain, tadi malam pria itu perhatian di telpon, tapi apa ini? Logan mengacuhkannya seolah ia bukan siapa-siapa, dan malah berjalan bersama Fathir!
"Ayo, Jen. Gak ikut ke kantin?" Ajak Rafa. Logan dan Fathir sudah melangkah jauh di depan.
Jeni menggeleng dan tersenyum kecut. "Enggak, Raf. Gue langsung ke kelas aja."
"Yaudah kalo gitu." Rafa menepuk pelan bahu Jeni sebelum menyusul langkah Logan dan Fathir.
Begitu Jeni hanya sendiri, ia mencabik-cabik kasar buket bunga di tangannya dan membuangnya di dalam tong sampah. Hari ini mood-nya benar-benar kacau. Pertama, Darel mengancamnya. Kedua, Logan mengacuhkannya. Sungguh dua manusia yang sangat menyebalkan!
⭐⭐⭐
Mata pelajaran pertama selesai, seluruh siswa memasukkan buku ke dalam tas setelah guru pergi dan berjalan keluar kelas untuk istirahat. Dari awal jam masuk, Logan dan Jeni saling diam-diaman hingga akhirnya Logan berkata untuk yang pertama kalinya.
"Mana bunga lo?" Tanyanya.
"Kenapa nanya-nanya?" Ketus Jeni. Ia mengambil ponsel dari tas berusaha mengalihkan perhatian agar tidak menatap wajah pria itu.
"Gak kenapa-kenapa." Jawab Logan. Ia berdiri dari kursi berniat keluar kelas sama seperti siswa yang lain.
Jeni langsung merutuk kesal. "Ngeselin banget sih lo!!!"
Langkah Logan berhenti, ia berbalik badan menghadap Jeni. "Siapa yang ngeselin, gue apa lo?"
"Lo lah!"
"Lo!" Tuding Logan.
Jeni mengernyit. "What? Jelas-jelas lo yang nyuekin gue dari awal masuk."
"Oh ya? Trus maksud lo gue harus respect sama lo, disaat lo lagi pegang bunga dari cowok lain?"
Jeni memutar bola matanya. "Gue udah bilang, bunga itu gada apa-apanya. Lagian bunganya udah gue buang di tong sampah."
"Tapi lo pasti seneng kan, di kasih bunga kek gitu?" Tanya Logan tajam.
Ada apa dengan pria ini?
"Biasa aja." Balas Jeni.
"Masa? Bukannya lo selalu suka tebar pesona sama cowok-cowok di sekolah ini?"
Jeni semakin tidak mengerti ke arah mana perdebatan mereka. Mengapa Logan bereaksi sangat berlebihan hanya karena sebuket bunga mawar?
"Sumpah ya lo. Gue gak ngerti lo ngomong apa." Ucap Jeni.
"Yaudah. Gak usah dimengerti." Sahut Logan akhirnya. Ia melanjutkan langkahnya ke luar kelas.
"Mau kemana lo?" Tanya Jeni. Lagi-lagi Logan berhenti dan berbalik badan.
"Kenapa nanya-nanya?" Logan balik melempar pertanyaan.
"Lo pasti ke kelas Fathir lagi kan?"
"Ada masalah dengan itu?"
Jeni mengepal kuat ponsel di tangannya, ingin sekali rasanya melempar wajah Logan dengan ponsel itu. Kesabarannya sungguh diambang batas. Ia tidak pernah semarah ini.
"Lo kenapa sih?" Jeni memberi tekanan pada ucapannya.
"Gue kenapa?"
"Lo marah sama gue?"
Logan mengangat satu alisnya. "Kenapa gue marah?"
"Ya mana gue tau anjir. Tadi malam lo baik-baik aja, perasaan."
"Lo mau gue jujur?" Tanya Logan.
Jeni mengangguk.
"Gue gak suka lo sok kecantikan di sekolah ini."
Mata Jeni membelalak, perkataan Logan jelas penghinaan. Oke, Jeni tahu kalau ia suka menebar senyum agar cowok-cowok di sekitarnya terpikat, tapi mendengar Logan menegurnya secara langsung sungguh membuat hati Jeni tertampar.
Logan melihat mata Jeni berkaca-kaca. Hingga akhirnya ia mengubah konteks kalimat sebelumnya "Gue gak suka lo dideketin cowok lain."
Mata Jeni langsung membelalak, tapi Logan langsung keluar kelas meninggalkan Jeni. Dan kali ini tanpa berhenti atau berbalik badan hingga akhirnya Jeni hanya sendiri di kelas, dengan sejuta tanda tanya di kepala.
⭐⭐⭐
Tadi siang aku jalan sampe magrib. Pas buka wp, ternyata banyak yang minta update, jadi baru bisa ngetik malam. Dan sorry, partnya pendek. :'(

KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Roman pour Adolescents15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...