Jeni sampai di dalam kelas. Ia menarik kursi dari tempatnya dan duduk dengan tatapan yang mengarah ke pintu masuk. Di dalam hati ia berharap Logan muncul dari sana, dan berusaha menjelaskan semua yang ingin ia dengar.
5 menit berselang, lonceng masuk hanya tinggal 10 menit lagi. Waktu yang tersisa sebelum jam pelajaran selanjutnya itu Jeni gunakan untuk memberikan kesempatan kepada Logan, jika pria itu tidak datang sekarang dan menjelaskan semuanya, sampai kapanpun Jeni tidak akan mau mendengarnya lagi. Ia bersungguh-sungguh.
7 menit berlalu, Jeni mulai muak dan meremas-remas kertas, sekarang sangat jelas kalau Logan lebih memilih Rafa, mereka pasti menghabiskan waktu di dalam perpustakaan dan tertawa bersama-sama, Jeni bisa melihat kalau Logan terlihat bahagia di samping Rafa, tidak dengannya yang selalu berujung perdebatan. Akh! Membayangkannya saja membuat Jeni berang. Ingin sekali ia menampar wajah Logan untuk meredakan rasa sakit di hatinya itu. Seumur hidup, Jeni tidak pernah merasakan hal seperti ini, justru ia yang selalu memberikan pria rasa sakit hati.
Waktu terus berlalu, tinggal 5 menit lagi sebelum lonceng masuk berbunyi. Jeni akhirnya pasra, air mata di pipinya menetes tanpa sebab, dengan kesal Jeni menenggelamkan wajahnya di kedua lengan yang terlipat di atas meja, menyembunyikan wajahnya yang lembab.
Hingga akhirnya lonceng masuk berbunyi, tanda bahwa waktu yang Jeni berikan kepada Logan telah habis. Setelah ini, mereka akan menjadi orang asing satu sama lain, Jeni akan membuang perasaannya jauh-jauh dan kembali menjadi Jeni seperti dulu. Ia akan mendekati banyak pria untuk membantunya move on dari rasa sepihak itu, lihat saja, Jeni akan dengan mudah memikat hati pria dan tidak akan pernah peduli dengan Logan. Tidak akan!
Tapi apakah Jeni bisa? Bagaimana caranya? Mereka bertemu 6 kali dalam seminggu, berada di kelas yang sama dan tempat duduk yang sama pula, bukannya move on, Jeni malah semakin sakit hati. Atau haruskah Jeni memohon pada Om Ben untuk memindahkannya di kelas sepuluh IPA 1? Kelas itu sangat jauh dari kelas ini, Jeni yakin dengan begitu ia bisa menghindar dari Logan. Ya, Jeni harus mencobanya.
Di dalam pemikiran itu, tiba-tiba saja denyitan pintu terdengar berbunyi, menandakan seseorang baru saja memasuki kelas, Jeni tidak dapat melihanya, karena wajahnya masih tertutup lengan yang terlipat di atas meja, tapi entah mengapa Jeni merasakan kalau yang baru saja masuk itu adalah Logan. Tapi apa boleh buat? Waktu yang Jeni berikan sudah habis. Jeni yakin, Logan datang ke kelas ini hanya karena tuntutan lonceng masuk yang berbunyi, bukan karena ingin menjelaskan sesuatu kepadanya.
"Gaes, Bu Dewi tunggu kalian di perpustakaan, kita belajar di sana." Ternyata benar, kalau itu adalah Logan. Mendengar suaranya membuat perasaan Jeni semakin remuk.
Satu per satu para siswa keluar kelas, hingga kelas menjadi hening di pendengaran Jeni. Wanita itu mengangkat kepala, ia sengaja membiarkan semua orang pergi sebelum ia menyusul ke sana. Namun saat ia menoleh ke pintu, ternyata Logan masih ada di sana, memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk Jeni artikan. Jeni hanya berharap semoga wajahnya tidak ketahuan kalau habis menangis.
Jeni membuang muka, ia langsung berdiri meraih tas, tapi belum sempat Jeni melangkah keluar kelas, Logan sudah lebih dulu mengunci pintu dan menyisahkan mereka berdua di dalam ruangan yang tertutup.
"Gue harus ngomong sama lo." Kata Logan, tangan kanannya menyimpan kunci ke dalam saku celananya.
Tangan Jeni mengepal kuat. Ini sudah terlambat untuk mendengar penjelasan pria itu.
"Gue gak punya waktu untuk ini, buka pintunya." Tangan Jeni terlipat di dada, ia bersikap dingin, tidak berteriak berapi-api seperti tadi pagi. Lagipula sekarang Jeni merasa lelah, ia tidak ingin mengeluarkan banyak emosi menghadapi pria itu. Cukup air matanya yang terbuang percuma.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Teen Fiction15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...