BaW#39 Malia dan Nadin

58.2K 3K 172
                                    

Sebelum lanjut ke cerita, aku mau ngucapin Happy Birthday dulu buat yang lagi ulang tahun @auliatommo . Semoga panjang umur ya. dan makasih sudah dukung aku sejauh ini :*

⭐⭐⭐

"Jadi gimana Rel? Lo udah dapetin dia lagi?" Tanya Iwan, kemudian menghisap puntung rokoknya.

Saat ini Darel dan teman-teman komplotannya sedang berada di warung belakang sekolah. Warung kecil yang selalu mereka datangi ketika bolos jam pelajaran untuk bisa makan, rokok dan biasanya kalau tidak ada razia dadakan juga minum bareng.

Darel menghembuskan kepulan asap rokoknya membentuk lingkaran ke udara. "Udah."

"Tapi gue belum sepenuhnya dapet." Sambungnya lagi.

"Maksud lo?" Tanya Gani. Yang duduk tepat di samping Iwan.

"Tunggu. Sebelum gue jawab itu. Gue pen nanya ke lo semua." Darel menurunkan satu kakinya yang tadi naik ke atas kursi. "Menurut lo pada, Jeni berubah ga?"

"Power ranger kali ah, berubah." Saka tertawa.

Darel langsung menjitak kepalanya. "Serius anjir!"

"Berubah gimana maksud lo?" Iwan bertanya.

"Kalian tau sendiri kan, Jeni gimana waktu di Kerta Jaya? Dia selalu bolos, berantem, gonta-ganti pacar, intinya sering keluar-masuk BK. Bahkan ke club bareng temen-temennya. Nah, tapi sejak dia pindah ke Tunas Bangsa, kata Aldi, temen satu SMP gue, Jeni gak pernah ngelakuin itu. Bahkan sejak dia sekolah di Tunas Bangsa, namanya gak pernah di sebut karena buat ulah."

"Waw, unbelievable." Saka nyeletuk.

Iwan mencermati kata-kata Darel kemudian menyahut, "Tapi, mungkin aja dia kapok. Gak mau ngulangin hal yang sama di sekolah barunya."

"Atau mungkin ada sesuatu yang bikin dia akhirnya berubah." Ujar Gani.

Jawaban Gani lebih masuk akal bagi Darel. Ia kemudian berkata. "Dua minggu yang lalu, gue pernah liat Jeni jalan bareng cowok."

Saka mengipaskan tangannya ke udara. "Yailah, paling itu cuman salah satu mainan dia juga."

"Siapa?" Tanya Gani.

"Namanya Logan. Saudaranya Fathir." Jawab Darel.

Iwan yang tadi bersandar di kursi langsung duduk siap. "Anjay. Serius lo? Gue pernah liat berita sih, kalau bokapnya Fathir punya anak lain. Tapi gak nyangka gue kalau ternyata tu orang deket sama Jeni."

"Dan menurut gue, Jeni gak Cuma nganggep dia mainan. Dia suka sama cowok itu." Tatapan Darel menajam, menatap gelas di atas meja yang berada di depannya.

"Jadi lo bakal gimana?"

Satu bibir Darel terangkat, senyuman sinis terbentuk di wajahnya. "Gue bakal pastiin dia gak balik ke cowok itu lagi. Gue bakal dapetin dia sepenuhnya. Malam ini."

"Si anjing!" Saka mengumpat. "Lo serius? Lo bakal ngelakuin itu lagi?"

"Emang lo bisa? Emang dia mau?"

Pertanyaan Iwan terdengar seperti tantangan di telinga Darel. Dia tidak tahu saja kalau pria itu nekat.

"Lo siapin aja kameranya. Gue bakal siapin obatnya."

⭐⭐⭐

Malia mengelus belakang Jeni. Ia merasa perihatin melihat kondisi sahabatnya itu. Gadis itu bukan lagi Jeni yang dulu. Jeni yang keras. Jeni yang pantang menyerah. Jeni yang kuat. Melainkan Jeni yang rapuh dan tak berdaya. Lihatlah tampilannya sekarang, rambut berantakan, wajah membengkak, hidung tersumbat, dan mata yang merah. Padahal dulu pesona cantiknya berasal dari mata kucing itu.

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang