BaG#46 Membawanya pergi

60.8K 3.6K 184
                                    

Aku bakal double up malam ini. Tapi kalau komen lebih dari 80 ya :).
Eh, spam ga di hitung :p

⬇⬇⬇

Mobil Logan terparkir di depan pintu gerbang rumah Jeni. Tanpa membuang waktu lebih lama, ia langsung masuk ke halaman.

Belum sempat menaiki tangga teras, seorang wanita paruh baya berdaster bunga-bunga yang sedang menyiram tanaman menghampirinya.

"Ada apa, Mas?"

Logan menoleh, dan mendapati Bi Ona-wanita yang sama dengan yang ia temui malam itu-malam dimana ia datang menjemput Jeni untuk datang ke pesta di rumahnya.

"Jeni ada mbok?" Tanyanya penuh harap.

Wanita paruh baya itu terdiam. Wajahnya berubah sedih membuat hati Logan mulai berdegup kencang.

"Maaf Mas. Mba Jeninya lagi gak pengeng ketemu siapa-siapa."

Raut wajah Logan berubah memelas, "Mbok saya mohon. Saya gak akan lama. Saya ingin ketemu Jeni sebentar. Saya harus liat keadaannya. Pliss, mbok."

"Mas siapanya Mba Jeni?"

Untuk sesaat Logan terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.

"Hmm, saya teman satu kelasnya."

"Tapi Mas-"

"Mbok, saya mohon."

Bi Ona menghembuskan napas berat. Ia lalu tersenyum kecut, "Yasudah, kalau Mas mau ketemu Mba Jeni silahkan. Kamarnya ada di lantai dua dekat tangga. Mas harus cepat-cepat, karna nyonya Laras lagi mandi di kamar. Dia gak izinin siapapun untuk ketemu Jeni."

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Logan langsung masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai dua. Saat sampai di depan pintu kamar Jeni, Logan menghembuskan napasnya kemudian membuka pintu perlahan-lahan.

Suara denyitan pintu terbuka memenuhi ruangan. Jeni yang duduk dengan posisi meringkuk di atas kasur langsung bersuara.

"Gue bilang pergi... Pergi... " Suara wanita itu bergetar terdengar lirih dan serak.

Tanpa memedulikan ucapan Jeni, Logan mendekat lalu duduk di atas kasur.

Jeni semakin memeluk kakinya. Juga menenggelamkan wajahnya di kedua lutut, "Pergi dari hidup gue... Pergii..."

Hati Logan tersayat, ia bisa melihat dengan jelas kalau wanita itu takut akan kehadirannya. Sialan! Logan bersumpah akan membunuh pria yang telah membuat Jeni seperti ini.

Tangan Logan terangkat untuk menyentuh lengan Jeni yang penuh dengan bekas cakaran. Ya Tuhan, apa Jeni menyiksa dirinya sendiri?

"Jen?"

Jeni langsung menjauh dari sentuhan Logan.

"Gue bilang pergi. jangan ganggu gue, sialan!"

"Hei... Ini aku. Logan."

Jeni terpaku sesaat. Pelan-pelan ia mengangkat kepala dan melihat Logan berada tepat di atas kasurnya.

Isakan Jeni langsung keluar. Ia tak kuasa melihat wajah Logan. Sekarang ia tampak berantakan dan tak berdaya. Logan pasti jijik melihatnya.

"Kenapa lo kesini?" Lirih Jeni. Mulut Jeni membengkok ke bawah.

"Aku..." Logan tidak tau harus berkata apa. Yang jelas saat ini Logan ingin sekali memeluk tubuh wanita itu dan berkata semua baik-baik saja.

"Kamu gak suka aku ada di sini?" Tanya Logan, mengalihkan pertanyaan Jeni tadi.

Jeni terdiam. Ia ingin Logan ada di sampingnya. Ia ingin Logan memeluknya. Tapi... Tapi ia sangat menjijikkan. Dia tidak pantas untuk pria itu!

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang