BaW#42 Buaya

60.7K 3.1K 229
                                    

Update lagi nih.
Bdw kalin sering minta aku publish tiap hari kan? Nah, aku gak masalah dengan itu. Tapi kalau aku minta sesuatu boleh ga? Jadi, kalau misalnya part ini komennya nembus 50, atau vote smpe 100. Aku bakal update cepet.
Gimana? Setuju ga? Kalau engga juga gapapa. Berarti aku update sesuai hati aku aja ya 💋

Playlist 👆 : Without Me_Halsey

⬇⬇⬇

Tadi malam Jeni pulang naik taxi, ia tidak membiarkan Darel mengantarnya pulang. Selain karena Jeni merasa bersalah pada Logan, juga karena wajah Darel telihat hancur setelah berkelahi.

Setelah sampai di rumah, Jeni hanya tidur selama 2 jam. Karena pikiranya sepanjang malam terus membayangi wajah Logan. Kejadian di club-saat Jeni membuat pria itu pergi, terus mengulang di dalam kepalanya, membuat batinya benar-benar tersiksa.

Entah mengapa setiap kali Jeni membuat keputusan mengenai pria itu, pilihan itu selalu membunuhnya secara perlahan, menciptakan konflik di dalam dirinya. Kata hatinya berteriak bahwa apa yang ia lakukan adalah salah, tapi egonya berkata untuk menerima kenyataan yang sudah terjadi.

Mengapa semua kekacauan ini terjadi di hidupnya?

Jeni rasanya ingin mati saja.

Wanita itu melangkah di koridor dengan lemas, kalau mengingat hari ini tidak ada ulangan di jam terakhir, Jeni sudah pasti tidak hadir lagi. Hari ini Jeni berangkat sendiri karena Darel masih dalam perawatan di rumahnya akibat berkelahi dengan Logan. Wajah pria itu memiliki banyak luka lebam, tapi anehnya Jeni tidak khawatir sama sekali.

Jeni justru memikirkan Logan. Bagaimana keadaan pria itu sekarang? Apa ia baik-baik saja ketika Jeni membuatnya pergi? Apa Logan makan dengan teratur? Apa tidur pria itu nyenyak? Apa dia menerima keputusan jeni begitu saja? Atau...

Apa Logan membencinya lagi?

Membayangkan hal terakhir membuat hati Jeni tersiksa. Ia duduk di bangku dengan meremas-remas tangannya. Entah mengapa ia jadi takut berhadapan dengan Logan. Ah, tapi pria itu pasti pindah tempat duduk, karena terakhir kali Jeni memutuskannya, Logan menghindarinya.

Hingga di detik berikutnya pria itupun masuk ke kelas, tapi yang tidak Jeni duga, pria itu membawa wanita di sampingnya. Jeni melihat dengan jelas tangan Logan melingkar di pinggang wanita itu, dan mereka berjalan tertawa bersama-sama. Dan yang membuat Jeni semakin sakit hati menyadari bahwa wanita itu adalah Susi! Wanita centil yang dari dulu mengejar Logan.

Jeni menggigit bibir bawahnya. Hatinya terbakar dan matanya terasa panas. Sialan! Kenapa rasanya sesakit ini? Jadi Logan menerima keputusan Jeni begitu saja dan kini berbahagia dengan orang lain? Bodoh! Padahal Jeni menghabiskan malamnya untuk memikirkan perasaan pria itu, tapi ternyata ia sudah bersama Susi.

Logan tidak duduk di bangku lain, melainkan duduk di bangkunya-tepat di samping Jeni. Susi masih bersamanya, dan mereka bertingkah seolah di sekitar situ hanya ada mereka berdua.

"Makasih ya, hari ini udah jemput aku." Kata Susi sambil meraba wajah Logan yang terdapat beberapa luka.

Fokus Jeni sedikit teralihkan pada perban kecil di pelipis Logan. Satahu Jeni luka itu belum ada tadi malam. Kapan Logan mendapatkan luka itu?

"Gak masalah. Aku bakal lakuin apapun untuk kamu, sayang." Logan mengelus tangan Susi yang terletak di atas meja dengan lembut.

Sialan! Sialan! Sialan! Ingin rasanya Jeni menyumpal mulut Susi menggunakan kaus kaki dan mengguyur wajah Logan dengan air got.

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang