15+ (END) ✔
(SPIN OFF BAD & GOOD)
Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya.
GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...
UTSku udah selesai kemarin. Mulai hari ini aku akan upadate rutin lagi. Dan juga hari ini akan double up, special malam minggu 😂😘
⭐⭐⭐
"Nah, sampai." Logan berucap tepat setelah mobilnya terparkir di sebuah cafe yang cukup terkenal di kawasan Kuningan, Jakarta. Kemudian melepas seatbelt-nya dan turun dari mobil di susul dengan Jeni.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Begitu masuk ke dalam, mereka langsung disambut aroma sedap dari menu makanan, membuat perut Jeni seketika keroncongan. Cafe itu menawarkan menu yang bervariasi, juga memiliki nuansa yang membuat pengunjung merasa nyaman karena bersih dan didominasi dengan cat warna cokelat kayu.
Jeni memesan pasta, dan Logan memesan grill salmon. Setelah memilih menu makanan, mereka lalu melangkah untuk mengambil tempat duduk yang kosong.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Duduk di sana aja. Ada yang kosong tuh." Jeni menunjuk tempat yang dekat dengan jendela berkaca besar, dimana di sana suasananya lebih bagus karena bisa melihat pemandangan taman dari dalam.
"Ck. Ribet banget sih, ada tempat yang dekat, malah ngambil yang jauh. Ini aja nih, kosong." Logan menarik kursi bagian kanan yang terletak di dekat pilar.
"Iss, Logan. Disana spot fotonya bagus. Terang."
"Kita disini mau makan, bukan foto!" Ketus Logan.
Jeni merutuk kesal. Kenapa mereka tidak bisa, satu kali saja tidak berdebat?
"Logan, pliss. Lo mah ga asik."
"Makan disini, atau pulang?"
Jeni merutuk kesal dengan wajah cemberut. Dengan ogah-ogahan ia menarik kursi dan duduk dengan menyentakkan bokongnya seperti anak kecil.
Setelah hening beberapa menit, Jeni akhirnya berkata dengan nada datar.
"Lo udah sering ke sini?" Tanyanya begitu mereka duduk berhadap-hadapan dengan meja sebagai perantara.
"Dulu iya, sekarang jarang." Jawab Logan mengambil tisu dan melap meja, padahal meja itu sudah bersih mengkilap. Tapi karena kebiasaan, maka Logan spontan melakukannya. Jeni diam-diam memerhatikan. Setelah Logan selesai melakukan kegiatannya, Jeni kembali berucap.
