6)•DevAn - Dirinya Yang Sebenarnya

11.4K 574 236
                                    

Di saat benih-benih asmara sudah bermunculan, mengapa pula muncul benih kebencian.

"NETHH!!! CEPET, NTAR KEBURU HABIS PERTANDINGANNYA," teriak Joa dari depan pintu kelas sudah tidak sabaran ingin menonton pertandingan basket.

Hari ini adalah hari Sabtu. Hari dimana akan selalu diadakan pertandingan basket setiap jam pelajaran ketiga. Ini bertujuan untuk melatih para pemain agar dapat melatih skill, fisik agar dapat memenangkan lomba di luar sekolah.

"Sabar napa Jo," kesal Anneth sembari mengemasi buku-bukunya dengan tergesa-gesa.

Setelah selesai mengemasi buku-bukunya, Anneth berdiri dan menghampiri Joa yang sudah menunggu di depan pintu.

"Neth, lo sodaranya siput atau suka makan siput sih, lemot banget. Bahkan otak lo aja lemot," cerocos Joa sambil menggandeng Anneth dan berjalan menuju ke lapangan basket.

"Lo nya aja yang nggak sabaran, takut banget ketinggalan, kaya ada pembagian kuota gratis aja buru-buru bet," bantah Anneth dengan nada yang meninggi.

"Ya udah cepetan ayo." Joa berlari sembari menarik tangan Anneth, alhasil Anneth juga ikut berlari.

Keduanya telah sampai di lapangan basket. Pertandingan sudah dimulai dan sudah banyak siswa yang menyaksikan dipinggir lapangan. Olahraga ini memang cukup banyak diminati siswa-siswi di SMA ini, bahkan terkadang jika ada perlomba yang bertempat di luar kota, mereka akan ikut mendukung dan menyaksikan pertandingan tersebut. Begitu antusiasnya bukan? Ya karena ada Deven yang bermain.

Joa dan Anneth menerobos kerumunan-kerumunan di pinggir lapangan. Mereka berdua menghampiri Charisa dan Nashwa yang tampak sudah bersorak menyaksikan pertandingan itu.

"Udah berapa score nya?" tanya Joa antusias.

"Dua kosong, regunya Deven tertinggal," jawab Charisa cakap.

Joa dan Anneth mengernyit bingung. Tidak seperti biasanya Deven tertinggal. Ada apa dengannya kali ini? Bukankah dia captain basket? Pro basket?

"Loh. Tumben, sarapan apa dia tadi pagi kok bisa di ungguli," celetuk Anneth dengan gerakan mata yang terus bergerak mencari dimana Deven berada. Anneth menemukan titik terang dimana Deven berada. Deven terlihat lesu, lemas, tidak bersemangat-tidak seperti biasanya.

"Makan rindu kali, gara-gara lo," timpal Nashwa terkekeh sembari menoyor tubuh Anneth hingga terpental ke tubuh Joa.

"Adoh, sakit bego! Udah tau gue kurus ceking masih aja kena korban dorong," kata Joa sembari membenarkan posisinya.

"What? Kurus ceking? Gak salah denger gue? Pipi lo aja udah kaya benjolan ikan lohan," celetuk Charisa sembari memencet kedua pipi tembem milik Joa.

"Ikan lohan, gigi lo!" timpal Joa dengan nada yang meninggi.

Mata mereka kembali tertuju ke lapangan itu. Mereka fokus menyaksikan pertandingan basket yang saat ini memanas. Di barengi oleh sorakan-sorakan cewek-cewek dari pinggir lapangan.

"DEVEN AYO DEVEN, LO PASTI BISA. ADA GUE DISINI. AYO SEMANGAT DEVENKU!"

"DEVEN! DEVEN! DEVEN!"

"DEVEN SEMANGAT"

Teriakan-teriakan fans Deven yang begitu antusias memberikan semangat kepada Deven tentunya sangat berisik-didominasi oleh para cewek. Diantara mereka-mereka, ada Henza yang berteriak. Henza? Ya cewek menyebalkan yang sangat dibenci oleh banyak orang-ia musuh Joa. Ia sedang bersama gerombolannya-cewek-cewek alay dan hitz di sekolah itu.

"Jo, Henza tu siapanya Deven sih?" tanya Anneth matanya masih terfokus pada pertandingan.

"Dia cewek gatel yang selalu ngejar-ngejar Deven. Sok hitz padahal mukanya kaya kambing mang Adi," jawab Joa enteng.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang