Matematika adalah suatu kumpulan angka yang tak mandiri. Ia mempunyai banyak masalah, namun selalu melibatkan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Anneth berjalan melewati koridor dengan langkah yang terburu-buru. Pagi ini, Anneth berharap Joa sudah bisa bersekolah. Sudah cukup sehari saja tanpa mendengar ocehan dari Joa, tak ingin untuk hari-hari berikutnya.
Saat memasuki kelas, Anneth melihat Joa yang sudah duduk di bangkunya. Anneth berlari, raut wajahnya terlihat gembira.
"Jo..." panggil Anneth bersemangat sembari menghamburkan pelukan ke sahabat kecilnya itu.
"Gimana keadaanmu? Maaf enggak sempat jenguk, karena kebetulan oma juga sakit," sesal Anneth sembari melepaskan pelukannya.
Joa tersenyum merekah."Gue udah sembuh kok. Makasih ya lo udah khawatir," kata Joa yang masih terlihat lemah.
"Itu udah seharusnya, karena kan kamu sahabatku," jawab Anneth sembari tersenyum. Di balas oleh senyuman manis yang tercetak di bibir Joa.
Anneth menduduki bangkunya dan melepas tasnya, menaruhnya di atas meja.
"Oya Jo, kemarin kak Sam jenguk kamu?" tanya Anneth antusias.
Joa tersenyum merekah sembari menganggukkan kepalanya. Tentu saja jawabnya adalah iya.
"Kamu deket sama kak Sam?" tanya Anneth semakin antusias. Walaupun Anneth itu polos, namun dia juga doyan gosip.
"Friendzone," jawab Joa tersenyum singkat.
"Terus Friden?" Anneth kembali menyebut nama Friden di hadapan Joa. Joa benar-benar muak mendengar nama Friden.
Joa menghela napas berat. Tiba-tiba semangatnya hilang begitu saja saat Anneth mengingatkannya dengan Friden.
"Jangan bawa-bawa dia lagi, Neth," pinta Joa lirih.
"Tapikan Friden sama Charisa udah putus? Bukannya kamu suka sama dia?" tanya Anneth begitu polos.
Joa mengacak rambutnya frustasi. Sangat gemas dengan Anneth. Ingin mencabik, tapi sahabatnya sendiri. Ingin menghilangkan kepolosannya, tapi sudah bawaannya. Perlu kesabaran, Jo.
"Gue enggak peduli. Sam adalah orang baik, dan gue seneng sama dia. Jangan ungkit yang dulu-dulu, gue enggak suka masa lalu gue di ungkit-ungkit," kata Joa dengan mata berkaca-kaca.
"Iya...Iya. aku minta maaf. Kalo sampai ada yang berani nyakitin Joa Bernessa lagi, bakal ku cabik-cabik, ku gigit-gigit, ku cincang-cincang. Awas aja!" cerocos Anneth mulai tertular penyakit sahabat di sampingnya.
"Ululu, kejam amat si.." goda Joa lalu terkekeh sembari merangkul sahabat nya itu.
Mereka tertawa bersamaan. Sungguh indahnya persahabatan. Kadang salah satu dari mereka ada yang waras dan kadang tak waras semua.
***
Semua siswa yang berada di dalam kelas berbondong-bondong berjalan menuju ke luar kelas setelah pak Yadi keluar. Jam pelajaran IPS telah selesai, waktunya istirahat.
Anneth dan Joa berjalan keluar kelas untuk menuju ke kantin. Pelajaran IPS memang selalu membuat perut lapar. Sebab, lawakan-lawakan garing kriuk kres gurunya membuat semua siswa terpaksa tertawa. Menghargai lah.
"Jo, aku ke toilet dulu, kamu duluan aja." Anneth menunda langkahnya menuju yang tadinya menuju ke kantin.
"Ya udah, hati-hati ya," kata Joa sembari memandang Anneth yang sedari tadi sudah tidak dapat menahan panggilan alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DevAn
FanfictionMengubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu mengubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Harapan Bangsa. Dia ketus, dingin, cu...