13)•DevAn - Deven Kenapa?

7.4K 442 148
                                    

"Jika sudah kecewa, semua akan terbawa. Rasa ingin menjauh pun ada. Namun setelah melakukannya, hanya penyesalan yang tersisa."

Deven masih terdiam dengan tatapan kosong. Tidak sama sekali menggubris perkataan Alde. Dan benar saja ada motor yang melaju cukup cepat berlawanan arah.

"Deven! Woi lihat-lihat," panik Alde. Motor itu semakin dekat.

"DEVEN!!!" teriak Alde dengan mata terpejam dan memukul keras pundak Deven.

Deven yang baru tersadar dari lamunannya akibat pukulan dari Alde langsung membelokkan arah motornya. Motor yang berlawanan arah itupun mencoba menghindari.

Sreeeeeet

Motor Deven serta Deven dan Alde ambruk di rerumputan. Untung saja Deven ahli balapan liar, jadi sangat mudah bagi Deven menghindari kecelakaan itu. Motor yang hampir tertabrak barusan tetap melaju tanpa dosa.

"Lo bego ya! Kalo celaka gimana?" tukas Alde.

"Sorry, De. Gue nggak fokus, gue ngelamun," sesal Deven.

"Kenapa? Anneth lagi? Lo jangan bego deh! Lo lagi nyetir motor. Kalo lo celaka, terus parah. Gimana coba?" cerocos Alde panjang lebar. Alde hanya tidak mau ini menjadi kebiasaan Deven.

"Iya De, sorry. Gue bener-bener nggak fokus," terang Deven.

"Ya udah, lo nggak papa kan?" tanya Alde.

"Gue nggak papa, cuma lecet di siku aja. Lo?"

"Gue oke. Ya udah gue aja yang nyetir, daripada kaya gini lagi," pungkas Alde.

Mereka berdua bangkit walaupun masih meringis kesakitan di bagian siku. Alde menegakkan motor Deven. Sekarang bergantian Alde yang membonceng Deven. Demi keamanan dan keselamatan berkendara. Mereka melanjutkan perjalanan ke arena balapan liar.

Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai ke tempat tujuan. Seperti biasa, Alde memarkirkan motor di wilayah perkumpulan geng mereka. Geng Rajawali. Disana sudah terlihat ramai riuh karena balapan akan segera dimulai. Penonton-penonton yang sangat antusias sudah memadat di pinggir lintasan balap yang di batasi dengan tali.

Disana sudah ada William dan Clinton yang kini duduk di atas motor mereka. Alde dan Deven berjalan menghampiri mereka. Namun kali ini, raut wajah Deven terlihat berbeda. Biasanya saat akan memulai balapan, Deven terlihat songong, sombong dan percaya diri. Hari ini tidak bagi Deven. Pikirannya kacau, konsentrasinya menurun setelah dari rumah Anneth.

"Tumben lo telat," kata Clinton di barengi seruan-seruan dan tos menyambut kedatangan Deven. Ya Deven adalah seorang ketua atau bisa dibilang bos diantara mereka. Wajar saja bila mereka menyambut kedatangan Deven.

"Ada masalah tadi," cetus Deven dengan nada dinginnya.

"Kenapa? Ada yang ngajak berantem? Sini lawan gue," tanya William heboh sendiri.

"Alah lo di deketin Nathan aja lari terbirit-birit," sahut Alde tertawa cekikikan.

"G-gue waktu itu kebelet," alibi William asal.

"Bullshit!" gumam Clinton mendelik tajam ke arah William.

William hanya menyengir tak berdosa. Semakin lama, tempat itu semakin ramai. Banyak geng-geng motor lainnya yang berdatangan. Mereka dari sekolah lain, namun kenal akrab dengan geng Deven. Nama geng itu adalah Elang yang di ketuai oleh Maxis.

"What's up bro!" sapa Maxis yang kini bertos ria dengan Deven.

"Oh, i'm okay," balas Deven menunjukkan senyum miringnya.

"Lama nggak ketemu nih, gue baru pulang kemaren, kangen sama kalian-kalian," sahut Adi, anggota dari geng Maxis. Lebih tepatnya Aditya.

Maxis dan Adi adalah dua orang dari geng lain yang paling akrab dengan Deven maupun anggotanya. Mereka kenal sejak kelas sepuluh. Saat itu, untuk pertama kalinya mereka menjadi lawan, dan akhirnya berkenalan.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang