"Sakit akan membutuhkan obat untuk sembuh. Apakah aku membutuhkan kamu untuk merubah diriku?"
-DevenBel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Seperti biasa, Joa, Nashwa dan Charisa selalu terlihat lengket. Mereka sudah dua tahun bersama, jadi makhlum jika mereka sangat dekat bahkan sudah seperti seorang saudara. Mereka sedang berada di kantin-surganya para siswa saat istirahat. Mereka disana bukan hanya membeli makanan dan minuman, tetapi juga membicarakan gosip terbaru. Huh! Dasar cewek.
"Anneth mana?" tanya seorang cowok dari belakang yang membuat obrolan mereka terhenti.
Ketiganya menoleh kearah sumber suara itu. Ya... Deven lah yang berbicara barusan. Aneh rasanya mengapa Deven datang ke kantin area sekolah. Biasanya, dia di kantin belakang-tempat perkumpulan anak-anak nakal. Sebelumnya, ia tidak pernah datang ke kantin ini.
"Anneth gak masuk, dia sakit demam," jawab Joa mendongak menatap manik mata tajam milik Deven.
Deven berdiam sejenak. "Ini gara-gara gue kemaren," bisik batin Deven menyalahkan dirinya sendiri karena kejadian kemarin.
Kemarin, Deven memaksa Anneth untuk pulang di bawah derasnya hujan. Anneth sempat menolak, mungkin inilah alasan ia menolak, ia akan demam. Namun Deven adalah orang yang keras kepala, jadi akan sangat sulit membangkang keinginannya.
"Oh gitu, pantesan gue gak liat dia," kata Deven dingin bersikap seolah-olah semua baik-baik saja.
Nashwa menyipitkan kedua matanya, ia nampak mencurigai Deven. Suatu ketidakmungkinan Deven datang ke kantin ini. Pasalnya, Deven tidak pernah kesini kecuali ada suatu hal yang sangat penting baginya.
"Lo ngapain kesini?"
"Tumben?"
"Cuma buat nyari Anneth?" Pertanyaan bertubi-tubi terlontar dari mulut Nashwa. Maaf Joa, sikapmu berpindah ke Nashwa sebentar.
Walaupun Nashwa sepupu Deven, ia terlihat sangat jarang berbicara dengan Deven-karena rumah mereka cukup jauh-Itu sebabnya mereka tidak terlihat akrab. Meskipun demikian, Nashwa sangat hapal dengan sikap Deven. Begitupun sebaliknya.
"Iya, emangnya kenapa?" sahut Deven dengan nada meninggi sembari menatap Nashwa lekat-lekat.
"Lo suka Anneth?" tanya Nashwa lagi dengan alis kanan yang terangkat.
Deven memutar bola matanya kesal. Helaan napasnya terdengar berat, sepertinya ia risi dengan pertanyaan barusan. Deven tidak suka jika ada orang yang ingin tahu tentang urusannya. Baginya, itu adalah suatu hal yang privasi dan tidak untuk mereka ketahui.
"Bisa gak sih kalian gak usah ikut campur urusan orang?" ketus Deven menatap ketiganya secara bergantian dengan tatapan tajam.
Joa menghela pelan."Bisa gak sih lo gak usah ngegas, gak usah galak!" sahut Joa tak kalah ketusnya.
Deven memutar bola matanya mengarahkan pandangan kearah lain."Sori gue masih ada urusan lain, gak penting gue ngobrol disini." Deven tersenyum sebelah. Sudah menjadi ciri khas Deven dengan senyuman seperti ini.
"Ya udah sana pergi. Gitu aja kok ribet," timpal Joa menyuruh agar Deven cepat meninggalkan tempat itu.
Deven membalikkan badannya dan melangkah menjauh meninggalkan meja mereka. Banyak sekali pertanyaan yang ingin Nashwa tanyakan, tetapi mungkin nanti, ini bukan waktu yang tepat.
"Itu yang kata Anneth baik? Cuih. Sombongnya kaya gitu, galaknya kaya gitu kok dibilang baik." Joa benar-benar tidak mengerti dengan Anneth. Mengapa Anneth beranggapan bahwa Deven adalah orang yang baik? Nyatanya di hadapan mereka barusan, ia terlihat ketus, sombong dan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DevAn
FanfictionMengubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu mengubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Harapan Bangsa. Dia ketus, dingin, cu...