"Kesalahan butuh permintaan maaf. Maka sekarang kesalahan ku hanya membutuhkan maafmu."
- Deven Christiandi Putra
*
Anneth menatap layar ponselnya. Sedari tadi, Anneth hanya duduk manis di bangku kesayangannya dan tidak sama sekali keluar dari kelasnya. Padahal hari ini ada ekstrakurikuler musik.
Di sebelahnya, ada Joa yang tengah fokus mengerjakan tugas nya. Joa menoleh kearah Anneth yang tengah asyik bermain ponsel.
"Neth, lo duluan aja. Kaya nya gue masih lama," ucap Joa lantas mengedarkan pandangannya kembali ke arah bukunya.
"Hari ini aku absen aja," celetuk Anneth yang tiba-tiba tidak ingin mengikuti ekstrakurikuler.
"Loh kenapa?" tanya Joa yang sedikit terkejut dengan pengakuan Anneth.
"Males," ketus Anneth. Matanya masih tetap terfokus pada layar ponselnya.
Joa meletakkan bolpoinnya di atas meja. Ia menghela napas berat. Joa membalikkan badannya menghadap Anneth. Ia tersenyum mengerti.
"Baikan aja napa," kata Joa langsung kepada intinya.
Anneth mendesis kesal. Ia meletakkan ponselnya dan membalikkan badannya menghadap Joa. Ia menatap mata Joa lekat-lekat.
"Nggak!" tolak Anneth memelototi Joa.
"Lo sendiri yang ke siksa neth," tutur Joa.
Anneth berdecak sebal. Ia kembali membalikkan badannya menghadap papan tulis. Benar saja kata Joa. Anneth memang sulit menjauh dari Deven.
"Udah gih sana keburu telat," pinta Joa mengisyaratkan agar segera pergi ke ruang musik.
"Tapi kan-"
"Nggak ada tapi-tapian, udah cepatan." Joa menarik pelan tangan Anneth.
"Jadi ngusir nih?" tanya Anneth sedikit kecewa.
Joa tertawa kecil mendengar pertanyaan Anneth. Ditambah lagi ekspresi polos dari wajah Anneth.
"Ya nggak gitu. Udah jangan sia-siakan waktu," terang Joa lantas berdiri memberikan ruang untuk Anneth agar dapat melangkah keluar dari tempat duduknya.
Sebenarnya limapuluh persen setuju limapuluh persen tidak. Di satu sisi, Anneth ingin menjauh. Tetapi di sisi lain, hatinya berkata jangan. Sulit kalau sudah mencintai seseorang.
Akhirnya Anneth berdiri dan melangkah keluar dari area bangkunya. Anneth sekilas memberikan senyuman manisnya ke pada Joa. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju keluar kelas. Joa hanya tersenyum mematung memandangi punggung sahabatnya.
"Good luck!" ucap Joa setengah berteriak. Ia kembali melanjutkan tugasnya.
***
Anneth berjalan ke arah ruang musik dengan langkah yang lamban. Tepat saat masuki ruangan, Anneth mendapati seorang cowok yang sedang bermain piano dengan alunan musik yang syahdu.
Cowok itu menoleh. Ternyata Deven. Ia tersenyum ke arah Anneth. Namun Anneth hendak membalikkan badannya untuk menghindar dari Deven.
"Anneth, tunggu dulu," panggil Deven yang langsung bangkit dari duduknya. Ia segera menghampiri Anneth.
Deven menghadangnya. Ia berdiri tepat berada di hadapan Anneth. Anneth tidak sedikitpun menatap Deven. Ia selalu melemparkan pandangannya ke arah lain.
"Belum maafin gue?" tanya Deven. Matanya menatap wajah manis Anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
DevAn
FanfictionMengubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu mengubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Harapan Bangsa. Dia ketus, dingin, cu...