33)•DevAn - Menjaga

5.5K 376 59
                                    

Teman Bahagia - Jaz

"Jaga selagi masih ada. Selagi masih ada waktu dan selagi masih bisa."

***

Matahari mulai menampakkan dirinya di pagi yang cerah ini. Sinar matahari mulai menebus masuk ke dalam ruangan rumah sakit, membuat orang di dalamnya terbangun.

Anneth mengerjapkan kedua matanya, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Ia melirik ke samping, mendapati Deven yang masih belum membuka mata.

Anneth menegakkan tubuhnya, sedikit terasa pegal. Beberapa kali ia menguap, sepertinya rasa kantuk nya masih ada. Anneth menggeliat seraya meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.

"Morning, Deven," lirih Anneth tersenyum manis.

"Masih betah aja tidurnya, bangun dong," seru Anneth tetap tersenyum, walaupun sebentar lagi air matanya akan turun.

Anneth meraih tangan kanan Deven yang tergeletak di tepi ranjang. Ia mulai mengisi celah-celah jemari tangan Deven dengan jemari tangannya. Lalu menumpu dengan tangan yang sebelahnya.

"Selama apapun kamu bangun, selama itu juga aku bakal nunggu," ucap Anneth dengan suara gemetar. Matanya sudah berkaca-kaca memandangi wajah pria itu.

Anneth mencium tangan Deven, lalu mengelusnya. Memang mustahil untuk Deven sadar di waktu yang dekat, tetapi juga tidak menutup kemungkinan.

Pintu bergerak terbuka, itu tandanya ada seseorang yang memasuki ruangan itu. Terlihat seseorang dengan perawakan tinggi, rapi, mengenakan pakaian kantor. Ayah Anneth.

"Anneth," suara bass menyapa Anneth.

Anneth mengenali suara itu, ia menoleh ke arah sumber suara. Perlahan senyuman tercetak di bibirnya.

"Ayah," gumam Anneth.

Ayah Anneth melangkah mendekati Anneth. Dia tersenyum ke arah anaknya itu, sesekali melirik Deven yang masih tak sadarkan diri.

"Kenapa semalam nggak mau pulang?" tanya Arka yang sudah berada di samping Anneth.

"Anneth mau disini," jawab Anneth seraya melirik ke wajah Deven.

Arka menghela napas panjang seraya melengkungkan senyuman nya. Tangan kanannya bergerak mengelus rambut panjang Anneth.

"Deven itu koma, sayang. Dia akan lama sadar," kata Arka lembut.

Anneth menggeleng cepat."Anneth yakin Deven akan cepat bangun, pasien koma itu harus selalu di ajak berkomunikasi, ayah. Dan Anneth nggak mau nyerah gitu aja untuk membuat Deven kembali bangun." Anneth tetap bersikeras untuk bertahan di tempat itu.

"Kalau Deven tahu Anneth ada disini, pasti Deven bangun. Deven nggak mungkin ninggalin Anneth," lirih Anneth. Kedua matanya menatap sendu ke wajah Deven.

"Tapi kamu juga harus mikirin dirimu. Kamu ngerawat dia tapi kamu nggak terawat, gimana toh," pesan Arka.

"Ayah tenang aja, Anneth bisa merawat Deven sekaligus diri Anneth sendiri," ucap Anneth meyakinkan.

Arka melihat ketulusan hati anaknya yang menyayangi Deven. Entah mengapa ia menjadi ingat istrinya. Sikap Anneth kurang lebih sama seperti ibunya, penyayang.

"Kamu sayang banget sama Deven?" tanya Arka pelan.

"Lebih dari banget." Anneth menjawab.

"Seberapa besar?" tanya Arka lagi.

"Nggak bisa di jabarkan dengan kata-kata," jawab Anneth.

Anneth menghela napas berat. Ia memejamkan kedua matanya untuk menahan air mata yang akan menetes. Anneth mencoba sekuat mungkin di depan ayah nya.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang