37)•DevAn - First and Last

6.3K 394 92
                                    

"I'll be the last for you and you'll be the last for me."

*

"Yakin non mau bantuin bibi masak?" tanya bibi yang kelima kalinya.

"Iya, Anneth mau bantuin bibi masak," jawab Anneth sambil mencuci beberapa buah wortel di wastafel.

Bibi berjalan menuju wastafel. Kini bibi berada di sebelah Anneth. Bibi ikut mencuci sayuran lainnya.

"Den Deven nggak salah milih pacar. Non Anneth baik banget, cantik lagi. Kalo bahasa inggrisnya non Anneth itu ... Ferfek untuk den Deven."

Anneth terkekeh."Perfect, bi," ucap Anneth dengan sisa tawanya.

"Iya itu maksud bibi. Pokoknya non Anneth itu cocok sama den Deven."

Lagi-lagi Anneth terkekeh. Bukan hanya itu, pipi Anneth juga merona merah karena perkataan bibi barusan.

"Bibi apaan sih, lagian Anneth kan nggak pacaran sama Deven," elak Anneth tersipu.

"Loh belum toh? Bibi kira kalian udah pacaran, karena den Deven tu sering banget cerita tentang non Anneth ke bibi," cetus bibi.

"Kan cuma cerita, bi. Anneth nggak mau geer, nanti kalo realita nya nggak sesuai ekspektasi jadi sakit sendiri."

"Iya bener juga. Tapi kalau seandainya den Deven nembak non Anneth, di terima nggak?" tanya Bibi antusias.

"Anneth tolak," jawab Anneth tanpa ragu.

Raut wajah bibi berubah menjadi bingung dan bertanya-tanya."Loh kenapa?"

"Ya Anneth bakal mati lah, bi."

Bibi menepuk dahinya sendiri."Bukan tembak pistol, non. Tembak nyatakan cinta gitu kayak di sinetron-sinetron," terang bibi.

Ternyata cantik nggak menjamin kepintaran. Batin bibi.

"Oh kirain. Kalau itu sih, mmm...," Anneth terlihat berpikir sejenak,"Anneth belum mikir sampai ke situ bi," jawab Anneth.

Bibi hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian bibi berjalan menuju meja yang di sediakan untuk memotong bahan-bahan makanan. Anneth mengikuti langkah bibi dari belakang.

"Non Anneth bisa masak sup ayam?" tanya bibi.

"Bisa, bi. Itu gampang kok,"

Bibi mengulas senyuman kecil. Walaupun dikata Anneth agak sedikit lama loading nya, tetapi memiliki hati yang baik. Bibi merasa sangat senang dengan kedatangan Anneth.

"Ya sudah, non Anneth siapin bumbu-bumbunya, bibi mau goreng ayam nya dulu," ujar bibi.

"Iya, bi."

Keduanya mulai mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya masing-masing. Di tengah-tengah pekerjaan mereka, mereka membicarakan banyak hal. Yang pastinya tentang Deven.

Bibi yang selalu memulai.

"Oh iya, non Anneth kok bisa dekat sama den Deven? Selama bibi kenal sama den Deven, setau bibi, den Deven nggak pernah mau dekat tuh sama cewek," cerocos bibi.

"Ya gitu lah, bi. Anneth aja bingung kenapa bisa kenal bahkan sedekat ini sama Deven," jawab Anneth sekenanya.

"Loh kan yang ngejalanin non Anneth, kok bingung?" tanya bibi lagi.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang